x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Zaman Now Harus Berani Refleksi Diri

banyak orang sudah gak mau refleksi diri. pantas dibuai oleh zaman now. Kamu gitu gak?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kamu itu lelah deh kayaknya. Karena jarang refleksi diri. Wajar jadi kayak begitu. Refleksi diri dulu aja, gak usah urusin orang lain.

 

Mengejar dunia, sungguh tak akan pernah berakhir. Ambisi dan angan-angan seringkali mengajak kamu terjebak pada rutinitas kehidupan. Memang betul, uang harta pangkat atau jabatan itu perlu. Tapi itu bukan segalanya. Pantas, kamu semakin ngotot untuk menggapai impian dan angan-angan. Kamu itu lagi dibuai harapan dan mimpi kamu sendiri. Jadi lupa, refleksi diri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ibarat pendakian, kamu itu mau jadikan “puncak gunung” sebagai tujuan. Sayang sekali. Kamu suka lupa ya. "Puncak gunung” itu  bagian dari perjalanan hidup kamu, bukan tujuan kamu. Karena dalam perjalanan, justru kamu sedang berusaha menemukan “makam” diri kamu sendiri, sebagai makhluk Allah. Agar kamu, siap dan bersedia untuk kembali ke pangkuan-Nya. Suatu saat nanti .....

 

Hampir tiap hari kamu bekerja. Tiap hari pula kamu ikhtiar. Mengapa?

Karena di luar sana, kata kamu, hidup itu keras dan sangat kompetitif. Ketat kata kamu, kayak sempak yang kamu pakai. Wajar, jadi lelah dan sibuk tak berujung. Sampe-sampe gak sempat untuk rileks. Bikin status medsos aja, bawaannya baperan, maunya berseberangan melulu. Emang kamu siapa sih?

 

Emang kamu pengen sekencang apa sih?

Tiap detik tiap menit, gak pernah berhenti. Apa dan siapa yang ingin kamu genggam? Apa yang ingin kamu bawa mati? Tolong dong kasih tahu. Kok kamu larinya kencang amat sih. Sampe tak terkejar. Emang mau lari dari kenyataan ya. Jangan dong, hadapi saja. Kan kalo gak bisa sama, kenapa gak boleh beda. Ahhh kamu ahhh ....

 

Kamu, mau gak berhenti sejenak?

Iya, berhenti sejenak saja, sambil merenung. Kalo kata banyak orang, itu namanya "refleksi diri".

Untuk apa? Iya untuk memperbaiki diri, muhasabah diri. Kamu itu siapa, dari mana asalnya dan mau ke mana? Biar eling lan gak lupa diri. Lagian, “pertandingan hidup” kamu itu keras dan gak akan pernah berhenti. Bahkan mungkin, gak akan pernah berakhir. Emang kamu mau begini terus? Lantas, kapan dong berbuat baik buat orang banyak? Ahhh kamu ahhh ....

 

Dulu, kamu masih ingat gak. Saat kamu kecil dulu, orang tua kamu sering bilang “Nak, berhentilah sejenak dan istirahatlah”. 

 

Kalimat itu terucap, ketika orang tua kamu melihat kamu lari ke sana ke mari. Kamu ngos-ngosan kecapean. Sepintas, memang kalimat itu sederhana. Tapi coba pikir deh, di tengah hiruk pikuk kehidupan kayak sekarang. Hidup zaman now, hingar-bingar hidup kamu yang kayak begini. Kalimat itu jadi penting untuk “direnungi”. Iyaa, kamu diminta “berhenti sejenak”. Untuk meluangkan waktu merefleksi diri, self reflection. Entah, refleksi diri untuk apa saja, tentang yang dusah kamu lalui, tentang yang akan kamu jalani. Atau mungkin tentang apa yang telah kamu kerjakan? Itu namanya, refleksi diri ....

 

REFLEKSI DIRI, itu akhlak yang udah banyak dilupakan orang. Apalagi orang-orang hebat dan sukses kayak kamu. pasti udah jarang refleksi diri. karena kamu merasa, kamu sudah hebat. Tidak ada lagi orang lain yang bisa "mengalahkan kamu". Apalagi kamu "orang andalan". Walau kamu sendiri gak tahu, andalan buat siapa dan seberapa andal?

 

Refleksi diri bukan cuma buat evaluasi. tapi bisa bikin hidup kamu lebih asyik gitu. Refleksi diri bisa bikin “hidup kita lebih hidup”. Bukan "tegak lebih tegak" ya. Hidup di sisa usia kamu itu gak mudah tapi juga gak sulit. Asal mau refleksi diri. Biar makin berkualitas dan bermakna. Refleksi diri adalah momentum, saat yang harus diambil karena ia tidak selalu datang setiap saat.

 

Terus, apaan yang dilakukan kalo mau REFLEKSI DIRI ? 

Yah, namanya merenung, refleksi diri boleh ngapain saja. Asal merenung. Tapi kalo gak tahu, kamu boleh kok refleksi diri dengan melakukan yang disebut 3 T Tanpa 1 T atau Tafakur, TadaburTasyakur tanpa Takabur.

 

1.         Tafakur. Untuk instropeksi diri, merenung akan apa yang sudah dan belum kita lakukan? Untuk apa kita ada? Agar hidup kita menjadi lebih berkualitas di sisa waktu usia kita. Kita bicara dengan hati kita sendiri hingga mampu mendengarkan suara-suara hati kita sendiri dan tentu suara Allah SWT. Dengan tafakur, kita dapat mengubah pola pikir dalam menjalani hidup di dunia yang sementara ini.

 

2.         Tadabur. Untuk memaknakan hidup secara lebih dalam dengan bantuan alam semesta.  Alam dan isinya adalah pembelajaran bagi kita. Bersediakah kita belajar pada alam dan bukan hanya menikmatinya. Mengapa ada malam dan mau apa kita di dalamnya? Tadabur mengajak kita mendengarkan nasihat dari alam. Sungguh alam di sekitar kita diciptakan tanpa sia-sia karena ada banyak pelajaran di dalamnya. Melalui alam, kita belajar mendengar dengan hati juga pikiran.

 

3.         Tasyakur. Untuk menstyukuri anugerah dan karunia yang telah diberikan Allah SWT. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini. karena semua datangnya dari Allah, bukan dari kita. Bersyukur itu artinya tidak hanya mengucap “syukur-alhamdulillah” tetapi diikuti kesediaan untuk merealisasikan dalam perilaku nyata; berbagi pada sesama, peduli pada anak-anak yatim, dan sejenisnya. Inilah fitrah kita sebagai hamba-Nya yang bersyukur.

 

4.         Tanpa Takabur. Untuk diingat agar kita tidak merasa sombong. Kita bukanlah siapa-siapa, juga bukan apa-apa. Apa yang kita punya, bukan karena kita. Tapi amanat yang dipercayakan kepada kita. Maka gak boleh angkuh. Takabur adalah salah satu penyakit hati yang mudah tampak pada perilaku. maka refleksi diri juga untuk "membunuh" sifat takabur kita.

 

Sungguh refleksi diri menjadi penting bagi kita hari-hari ini dan esok. Refleksi diri adalah pengendalian diri agar kita tidak semakin terbelenggu oleh hawa nafsu, hingga lupa menghitung-hitung diri (muhasabah) dalam ketaatan-Nya. Kalau saja refleksi diri dalam hidup telah kita lakukan, kemudian kita akan kembali “bergerak” alias move on.

 

Emang kita suka lucu. Orang lain kita minta move on. Tapi kita malah gak pernah mau move on. Gitu-gitu aja.

 

Maka, berhentilah sejenak. refleksi diri. Biar lebih dinamis, biar bisa bergerak seiring dinamika zaman. Zaman now gitu loh. Betapa indahnya hidup kita, jika kita mau merajut “refleksi diri” dan “move on – bergerak kembali” sebagai bagian dari siklus kehidupan yang kita bangun sendiri. Kita ini siapa lah? Bukan siapa-siapa kok. Maka, bercerminlah. Refleksi diri, akhlak yang sudah sering dilupakan rang.

 

Kamu tahu gak? kenapa kaca mobil depan lebih besar daripada kaca spion?

Sederhana, agar kita diminta untuk tetap fokus dan bergerak maju ke depan. Fokus pada "jalan ke depan". Tapi tetap sesekali menengok ke belakang, lihat kaca spion agar tahu apa yang ada di belakang kita.

 

Kenapa begitu? Sederhana. Agar semuanya dapat dikendalikan dengan baik. Jadi, mulailah untuk refleksi diri .... mumpung masih ada waktu. Udah ahhh, kamu sih gitu …?? #RefleksiDiri

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler