x

PLN Bakal Akuisisi Tambang Batu Bara

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hilirisasi Aspal Buton

Hilirisasi adalah proses untuk mengolah bahan mineral mentah, menjadi bahan jadi, atau bahan setengah jadi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Holding BUMN tambang akhirnya terbentuk efektif 29 November 2017. Tujuan pembentukan holding BUMN tambang ini adalah untuk meningkatkan nilai kapasitas usaha, pendanaan pengelolaan sumberdaya alam, hilirisasi dan efisiensi biaya. Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba) telah mewajibkan seluruh hasil tambang dimurnikan di dalam negeri. Ekspor mineral mentah (ore) dan konsentrat dilarang per 11 Januari 2014. Apabila kita kaitkan antara pembentukan holding BUMN tambang dengan Undang Undang Minerba, maka benang merahnya adalah “hilirisasi”. Selama ini kita terlena dengan mengekspor bahan mineral mentah. Dan ketika Undang Undang Minerba diterbitkan, maka semua pihak merasa terkejut, karena program hilirisasi masih belum siapuntuk dilaksanakan. Jadi sekarang setelah holding BUMN tambang sudah terbentuk, lalu bagaimana dengan implimentasi hilirisasinya ? 

Hilirisasi adalah proses untuk mengolah bahan mineral mentah, menjadi bahan jadi, atau bahan setengah jadi untuk meningkatkan nilai tambahnya. Harga jual bahan jadi, atau bahan setengah jadi akan dapat berkali-kali lipat dari pada harga bahan mineral mentahnya. Dan yang paling utama dalam hilirisasi adalah pembangunan unit pemurnian atau smelter untukmenciptakan banyak lapangan kerja baru yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspal Buton selama ini diekspor dalam bentuk bahan mineral mentah. Hilirisasi aspal Buton adalah proses pemurnian untuk memisahkan kandungan bitumen dari batuan pengikatnya. Proses ini disebut juga sebagai proses ekstraksi. Proses ekstraksi batuan aspal Buton ini akan menghasilkan aspal alam murni yang dapat menggantikan aspal minyak.

Hilirisasi aspal Buton adalah hal penting yang luput dari perhatian holding BUMN tambang. Holding BUMN tambang tidak pernah menyinggung sama sekali mengenai hilirisasi aspal Buton dalam pemberitaannya di Media Massa. Holding BUMN tambang fokusdan berambisi untuk membeli divestasi saham PT Freeport Indonesia, sehingga hilirisasi aspal Buton kelihatannya dianggap tidakterlalu penting. Sejatinya hilirisasi aspal Buton adalah sangat penting dan sangat strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hilirisasi aspal Buton adalah satu-satunya produk tambang lokal yang akan berdampak langsung terhadap pembangunan infrastruktur jalan-jalan untuk menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Hilirisasi aspal Buton bertujuan untuk menggantikan aspal minyak impor. Selama ini Indonesia masih mengimpor aspal minyak 1 juta ton per tahun, atau kurang lebih senilai US$ 400 juta per tahun. Dengan hilirisasi aspal Buton,maka Indonesia akan dapat menghemat devisa negara yang sangat besar.Dengan menggunakan aspal Buton ekstraksi penuh, maka uang yang berjumlah US$ 400 juta per tahuntersebut akandapat digunakan di dalam negeri untuk menciptakan banyak lapangan kerja baru. Menciptakan banyak lapangan kerja baru merupakankebutuhan nasional yang mendesak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintahan Presiden Joko Widodo memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia. Selama ini jalan-jalan yang sudah dibanguntersebut semuanya menggunakan aspal minyak impor. Padahal deposit aspal alam di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, sangat melimpah yang jumlahnya kurang lebih 650 juta ton. Tetapi mengapa sumberdaya alam kita yang sangat melimpah ini selalu diabaikan dan disia-siakan begitu saja ? Sudah hampir 1 abad rakyat di pulau Butonmenantikan datangnya sebuah “keajaiban” untuk ada yang mampumengolah dan memanfaatkan aspal Buton.Pertanyaannya sekarang apakah hilirisasi aspal Buton ini merupakan “keajaiban” yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh rakyat di pulau Butontersebut ?

Aspal Buton dianggap tidak berharga apabila dibandingkan dengan nilai tembaga dan emas dari Freeport.Hilirisasi aspal Buton bukan merupakan prioritas, karena selama ini kita masih bisa mengimpor aspal minyak untuk memenuhi kebutuhan aspal di dalam negeri.Untuk apa sekarang kita harus repot-repot memikirkan hilirisasi aspal Buton, kalau selama ini kita masih bisa mengimpor aspal minyak tanpaada masalah ?. Pembelian divestasi saham Freeport lebih penting, karena ini merupakantarget utamadari pembentukan holding BUMN tambang. Tetapi masalahnya bukan itu. Masalah hilirisasi aspal Buton adalah masalah istimewa bagi rakyat di pulau Buton yang sudah menantikan hampir 1 abad lamanya untuk dapat menikmati berkah dan anugerah aspal Buton. Aspal Buton adalah karunia Allah SWT yang sangat luar biasabagi Bangsa dan Negara Indonesia. Tetapi mengapa hilirisasi aspal Buton dianggap tidak penting oleh holding BUMN tambang ?.Apakah karena mengimpor aspal minyak masih lebih menguntungkan dari pada hilirisasi aspal Buton ?

Mohon diingat Bapak Presiden Joko Widodo bahwa aspal Buton pertama kali diketemukan pada tahun 1924. Pada tahun 2024 nanti kita akan memperingati 1 abad aspal Buton. Dan sampai hari ini Pemerintah masih belum mampu mengolah dan memanfaatkan aspal Buton untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Holding BUMN tambang dibentuk antara lain untuk tujuan hilirisasi. Mohon hilirisasi aspal Buton lebih diprioritaskan dari pada pembelian divestasi saham PT Freeport Indonesia, karena yang akan menikmati dampak sosial dan ekonomi dari hilirisasi aspal Buton adalah rakyat kecil.Mohon Bapak Presiden membayangkan seandainya saja infrastruktur jalan-jalan yang sudah Bapak bangun semuanya itu menggunakan aspal Buton, mungkinsekarang ini sudah ada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sekarang hilirisasi aspal Butonsudah menjadi tuntutan jamanyang tidak boleh ditunda-tunda lagi. Hilirisasi aspal Buton adalah“keajaiban”yangsudah ditunggu-tunggu dan sekarang sudah ada di depan mata.

 

Indrato Sumantoro

Pengamat di bidang aspal Buton sejak tahun 2005.

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler