x

Personil Koes Plus Yon Koeswoyo tampil menghibur para penggemarnya dalam konser Jakarta Dekade di Balai Sarbini Jakarta, Jumat 14 November 2014. Koes Plus menyanyikan lagu Why Do You Love Me, Buat Apa Susah, Kolam Susu, Andaikan Kau Datang, Pelang, M

Iklan

Mardiyah Chamim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Yon Koeswoyo kepada Calon Pemimpin Negeri Ini

Ini adalah surat Yon Koeswoyo yang kami minta untuk anak-anak muda yang dibukukan dengan tajuk "Surat dari dan untuk Pemimpin."

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada 2012, kami di Tempo Institute punya program penting: mengumpulkan surat dari para tokoh, surat yang ditujukan kepada orang-orang muda. Kami kumpulkan surat-surat itu dalam buku bertajuk "Surat dari dan untuk Pemimpin". Yon Koeswoyo, yang meninggal pagi 5 Januari 2018 ini, termasuk salah satu penulis surat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yon Koeswoyo, salah satu dari Koes Plus Bersaudara yang terkenal di 1960-an, punya banyak penggemar setia. Di masa Bung Karno, yang anti musik Beatles yang disebutnya sebagai musik ngak-ngik-ngok, musik Koes Plus dilarang, bahkan mereka pernah disekap. Namun, Koes Plus tak surut. Musik adalah hidup itu sendiri. Mereka terus bernyanyi.

Dalam surat ini, hebatnya, tidak tampak kebencian pada Bung Karno --yang pernah merepresi musik Koes Plus. Justru Yon merasa Bung Karno-lah yang mendorong mereka untuk lebih dalam menggali kekayaan musik negeri sendiri.  Salut.

#RIP Bung Yon Koeswoyo

Surat Yon Koeswoyo kepada Calon Pemimpin Negeri Ini

Pesan-pesan saya untuk yang akan memimpin bangsa ini.

Bangsa Indonesia itu punya kemampuan sendiri. Bung Karno pernah bilang, "Ini dadaku, mana dadamu." Intinya adalah, kita jangan jadi bebek. Saya sudah merasakannya dalam bermain musik, yaitu menggali budaya sendiri.

Koes Plus itu kan musik nasional yang menjadi fenomena kuat. Dulu lagu asing nggak bisa masuk ke Indoinesia setelah Koes Plus masuk. Itu bisa menjadi contoh bahwa kita kuat sendiri.

Koes Plus menggali musik dari daerah sendiri. Kami menggali budaya Jawa. Kalau ada keriaan di Jawa, maka diputar Koes Plus Jawa, lalu Koes Plus Melayu, terus Koes Plus Pop Keroncong, dan kemudian Koes Plus Qasidah. Itu kan menggali budaya Indonesia, agar Indonesia menjadi negara berjiwa kuat.

Ini keroncong pertemuan ….

Itu penggalan salah satu lagu versi keroncong. Nggak ada lagu barat seperti itu iramanya. Itu berarti keluar dari jiwa bagus. Jadi, jangan yang ngetren saja yang ditonjolkan. Jadi, saya sebegai orang tua merasa miris dengan music sekarang. Mbok ya jangan begitu. Lagu India dijiplak, sekarang lagi banyak kegilaan boyband, meniru Korea. Coba rasakan lirik lagu ini.

Mengapa….

Mengapa…

Hatiku merasa merana…

Coba, mana ada nada seperti itu dinyanyikan orang Inggris, orang India. Meskipun saya sudah tua, tahu mana nada khas Melayu dan yang bukan.  

Kita boleh tertinggal pemikiran akan budaya dan pengetahuan dengan orang Eropa dan Jepang. Tapi, mengapa kita tidak mempelajari kesana lalu mengelola tanah air kita dengan kemampuan kita.

Ada syairnya yang bisa kita nyanyikan dengan nada lagu Indonesia Raya.

Indonesia tanah surgaku, indah dan kaya raya.

Mari kita siap berkorban demi kemakmuran bersama.

Indonesia tanah pusaka, mari kita kelola,

Jangan sampai tanpa daya upaya.

Demi kemakmuran bersama

Intinya adalah, mari kita pelajari ilmunya, ayo kita kerjakan bersama-sama. Jangan engkau serahkan tanah air kita dikelola bangsa lain nanti kita akan kec ewa.

Kalau kita mengingat, lagu Indonesia Raya, lagu itu lahir agar kita berjuang untuk merdeka. Sekarang kita berjuang untuk mengelola, jangan sampai tanpa daya upaya.  

Selamat berkarya!

Ikuti tulisan menarik Mardiyah Chamim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu