x

Pekerja melakukan pengaspalan di jalur pantura Brebes, Jawa Tengah, 30 Mei 2015. Perbaikan jalan di jalur Pantura dilakukan untuk memberi rasa aman dan kenyamanan pengguna jalan saat arus mudik mendatang. ANTARA/Oky Lukmansyah

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ada Apa dengan Aspal Buton?

Aspal Buton adalah“emas hitam”yang masih terpendam, yang selama ini selalu diabaikan oleh Pemerintah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton sudah sangat terkenal sejak lama. Tetapi apa yang sudah diketahui oleh kebanyakan orang adalah bahwa di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, mengandung banyak sekali deposit aspal, sehingga pulau Buton sangat terkenal dengan aspal Butonnya. Dan hanya sebatas itulah yang sudah diketahui oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Memang hal ini sudah sangat sesuai dengan apa yang telah diajarkan di Sekolah Dasar. Apakah sebagian besar rakyat Indonesia sekarang sudah tahu bahwa aspal Buton pertama kali diketemukan pada tahun 1924 ? Dan 6 tahun lagi; yaitu pada tahun 2024 kita akan memperingati 1 abad atau 100 tahun aspal Buton ?. Dan apakah anda juga sudah tahu bahwa sampai saat ini, tahun 2018, Pemerintah masih belum mampu mengolah dan memanfaatkan aspal Buton untuk kesejahteraan rakyatnya ?

Mengapa aspal Buton menarik sekali untuk kita bicarakan ? Mengapa kita harus peduli dengan aspal Buton ? Karena aspal Buton adalah“emas hitam”yang masih terpendam, yang selama ini selalu diabaikan oleh Pemerintah. Apabila aspal Buton ini dapat diolah menjadi aspal Buton ekstraksi penuh, maka aspal Buton akan dapat menggantikan aspal minyak impor. Dan devisa negara akan sangat banyak yang dapatdiselamatkan dan dihemat. Aspal Buton adalah karunia Allah SWT yang sangat besar bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang mempunyai potensi sangat besar untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Dan itulah hebatnya aspal Buton yang sekarang ini harus kita perjuangkan bersama-sama demi NKRI.

Ada apa dengan aspal Buton ? Sebuah pertanyaan kritis yang seharusnya sudah kita tanyakan berkali-kali sejak dahulu kala ketika kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ada apa dengan aspal Buton ? Mengapa Pemerintah lebih suka mengimpor aspal minyak dari pada menggunakan aspal Buton ?Pertanyaan klasik ini seharusnya dijawab oleh Pemerintah. Tetapi yang pasti pada saat ini pemakaian aspal Buton tidak lebih dari 10% dari kebutuhan aspal nasional. Dan selebihnyasebagian besar kebutuhan aspal di dalam negeri masih dipenuhi oleh aspal minyak impor.

Waktu berjalan dengan sangat cepatnya.Dan tidak terasa 6 tahun lagi aspal Buton akan genap 1 abad atau 100 tahun. Apakah kita sekarang masih peduli dengan aspal Buton, si “emas hitam” yang masih terpendam ? Pada awal tahun 2018, harga minyak bumi dunia sudah mulai merangkak naik.Dan pada tanggal 16 Januari 2018, harga minyak Brent yang merupakan patokan global, telah menyentuh harga US$ 70,73 per barel. Kondisi ini membuat Pemerintah terus memantau kenaikan harga minyak bumi untuk mengambil keputusan mengenai harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Bagaimana dampak kenaikan harga minyak bumi terhadap kenaikan harga aspal minyak impor ? Apakah Pemerintah juga sudah memantau dan mengantisipasi akan adanya kenaikan harga aspal minyak impor ?Dan bagaimana dampaknya terhadap pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan-jalan yang sekarang sedang marak dikerjakan? Apakah pembangunan infrastuktur jalan-jalan akan terhenti ? Atau dipaksakan akan tetap harus dilanjutkanapapun konsekwensinya demi mengejar target harus selesai sebelum tahun 2019 ?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harga minyak bumi naik bukan kali ini saja. Pada tahun 2006 harga minyak bumi juga pernah melonjak dengan pesat yang berdampak terhadap tingginya harga aspal minyak impor. Harga aspal minyak impor pernah mengalami kenaikan hingga 200 persen. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia yang mencapai US$ 76 per barel.Pada awal tahun 2015, harga minyak bumi jatuh ke titik terendah. Dan semua pihak yang berhubungan dengan aspal minyak impor bersorak gembira, karena harga aspal minyak impor menjadi lebih murah. Tetapi mereka lupa bahwa rendahnya harga minyak bumi yang berdampak terhadap rendahnya harga aspal miyak impor tidak akan terjadi selamanya. Harga miyak bumi akan selalu berfluktuasi sesuai dengan keadaan pasar dunia. Sekarang pada tahun 2018 dengan adanya kenaikan harga minyak bumi, otomatis cepat atau lambat harga aspal minyak impor akan turut naik. Lalu siapa yang paling dirugikan dalam hal ini ? Bagi para importir aspal minyak, berapapun harga aspal minyak, baik itu rendah maupun tinggi, mereka tidak peduli. Mereka akan selalu saja diuntungkan. Mereka menjual jasa, dan bukan menjual produk. Jadi kenaikan harga aspal minyak impor yang tinggi bukanlah masalah bagi mereka. Mereka sudah mengantisipasinya sejak lama. Masalah yang mereka hadapi adalah apakah sekarang mereka untung banyak atau untung sedikit. Tetapi pada hakikatnya mereka akan selalu dan selamanya untung dan untung. Kalau rugi, pasti mereka tidak akan mau mengimpornya.

Lalu sekarang siapa yang akan paling dirugikan kalau harga minyak bumi naik, yang akan berdampak terhadap kenaikan harga aspal minyak impor ? Dengan asumsi sekarang Indonesia masih mengimpor aspal minyak1 juta ton per tahun, atau setara dengan US$ 400 juta per tahun, dan dengan asumsi harga aspal minyak impor akan naik 10%, makabesarnya devisa yang harus Indonesia keluarkan adalah sebesar US$ 440 juta per tahun. Bagaimana kalau kenaikan harga aspal minyak impor lebih dari 10% ? Yang pasti, yang akan paling dan sangat dirugikan apabila harga aspal minyak impor naik adalah Bangsa dan Negara Indonesia sendiri. Bukan siapa-siapa, apa lagi para importir aspal minyak.

Kita tidak pernah belajar dari pengalaman dimasa lalu ketika harga aspal minyak naik sangat tinggi pada tahun 2006. Kita menganggap kejadian itu adalah sebagai musibah. Kita selalu punya prinsip “Badai pasti berlalu”. Dan betul saja, badai itu sudah berlalu, dan harga aspal minyak imporpun turun lagi. Tetapi sekarang akan ada “badai”baru lagi. Harga aspal minyak impor akan naik lagi. Apakah sekarang kita akan menggunakan jurus yang sama lagi ? Jurus “Badai pasti berlalu” ? Mengapa kita tidak pernah belajar dan mengambil hikmah dari kejadian pada tahun 2006 ? Dimana akal sehat kita ?. Mengapa kita selalu mengatakan kenaikan harga minyak bumi yang berdampak terhadap kenaikan harga aspal minyak impor adalah di luar kendali kita ?.Apakah ini sudah merupakan takdir dari Allah swt yang harus kita terima dengan ikhlas ?.

Betapa naifnya kita yang suka menyalahkan takdir. Apa lagi menyalahkan Allah SWT. Kita lupa atau memang sengaja melupakan bahwa kita masih punya aspal Buton yang sangat terkenal itu. Meskipun untuk mengolah dan memanfaatkan aspal Buton sekarang ini sudah agak terlambat, tetapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.Ada apa dengan aspal Buton ? Aspal Buton adalah “emas hitam” yang masih terpendam. Anugerah dari Allah SWT yang sangat besar bagi Bangsa dan Negara Indonesia untuk kesejahteraan rakyatnya. Ada apa dengan aspal Buton ? Siapa diantara kita yang mau menjawab pertanyaan ini dengan jujur dan tulus ?

 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler