
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Menjadi Jomblo Itu Memang 'Ngenes'
Selain menjadi obyek risak skala nasional, menjadi jomblo juga dipandang layaknya aib yang perlu disingkirkan.
Dibaca : 2.467 kali
Diteriaki 'jomblo' ternyata bukan lagi sekadar selentingan isapan jempol belaka. Para jomblo akut menganggap bahwa menjadi jomblo adalah aib, apalagi yang tengah berada di usia matang. Menjadi jomblo berada pada stigma tidak laku, culun, atau bahkan anti sosial. Tapi sepertinya orang-orang harus mulai berhati-hati ketika memanfaatkan status jomblo seseorang sebagai bahan bulian. Karena ini bisa menjadi masalah serius.
Seorang pemuda (28 tahun) asal Garut tega menghabisi nyawa tetangganya yang tengah hamil. Semua itu bermula karena pelaku dendam kepada korban akibat sering di risak atas statusnya sebagai jomblo ngenes. Saya yakin niat si Ibu hanyalah bercanda dan berharap sindirannya dijadikan pemicu agar pemuda itu mencari pasangan. Tapi faktanya, modus pembunuhan itu bukanlah perampokan, melainkan murni hanya karena statusnya yang jomblo.
Lain lagi kisah jomblowan asal Pekalongan. Dia nekat mengakhiri hidupnya di umur 27 tahun dengan gantung diri di atap palang dapurnya. Aksi itu diduga akibat dirinya tidak tahan menjomblo berkepanjangan. Terkesan sepele memang, tapi status jomblo ngenes bisa sangat mempengaruhi psikologis seseorang.
Pada Tahun 2016, WHO bahkan mempertimbangkan bahwa seseorang yang tidak mampu menemukan pasangan hidupnya dalam kurun waktu yang lama akan dikategorikan sebagai penyandang disabilitas. Kendati masih diperdebatkan, paling tidak isu soal jomblo ngenes ini telah menjadi perbincangan dunia.
Di Indonesia sendiri, seorang jomblo tidak bisa bersembunyi di manapun. Di dunia nyata, setiap tetangga terus menggempur si jomblo dengan berkata 'Mana pacarnya? Si Ono anaknya udah 2, kamu kapan? dsb'. Di media sosial, beragam status dan meme seputar jomblo masih menjadi bahan candaan yang populer. Meski banyak para jomblo mati-matian membela diri dengan mensugesti bahwa menjadi jomblo juga bisa bahagia, tetap saja, banyak bujang yang tak mampu menahan risak skala nasional itu.
Mungkin, sudah saatnya masyarakat menganggap permasalahan jomblo ini bukan bahan lawakan ringan semata. Cukuplah para jomblo menahan sakitnya tiap malam minggu. Jangan ditambah lagi dengan sindiran-sindiran yang telah mereka sadari itu.
Menganghiri hidup hanya karena menjomblo tahunan, tentu saja langkah yg kurang bijak. Hidup seharunya bisa lebih berharga. Ada banyak di luar sana, dengan segala kekurangan fisik maupun materinya justru memiliki semangat hidup yag tinggi. Jadi, tetaplah semangat Mblo! Mungkin jodohmu belum lahir.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
1 jam lalu

Pengaruh Komunikasi dari Orang Tua Terhadap Anak Pada Masa Pandemi
Dibaca : 38 kali
22 jam lalu

Kehidupan Malam Remaja di Jakarta Dalam perspektif komunikasi Intrapersonal
Dibaca : 174 kali
2 hari lalu

8 Aplikasi yang Tepat untuk Kalian yang Hobi Menulis, Asah Bakatmu Mulai Dari Sekarang!
Dibaca : 700 kali
Selasa, 19 Januari 2021 17:33 WIB

8 Langkah Menemukan Arah dalam Hidup Jika Anda Merasa Tersesat
Dibaca : 1.352 kali
5 hari lalu

Dinilai Bermain Aman, Keberpihakan Puan Maharani kepada Hak-hak Perempuan Dipertanyakan
Dibaca : 939 kali
2 hari lalu

Ketua Satgas Covid-19 Umumkan Positif: Nah, Begitu Bagus!
Dibaca : 939 kali
Rabu, 20 Januari 2021 06:37 WIB
