x

Iklan

andre HI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Garam Industri di Tengah Polemik Kegelisahan Para Tengkulak

Indonesia Butuh Impor Garam Untuk Kebutuhan Industri

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Surabaya, Indonesiana.tempo.co – Kebijakan pemerintah membuka kran impor garam untuk industri saat ini dikabarkan tengah menjadi polemik dikalangan petani garam. Hal itu ditengarai karena kurangnya informasi terkait tujuan distribusi garam yang masuk dan akan digunakan sebagai bahan iindustri seperti tekstil, kosmetik, pengasinan ikan bahkan pangan.

Dikabarkan saat ini pemerintah melalui Kementerian Perindustrian tengah mengajukan kebutuhan bahan baku garam untuk industri nasional sebesar 3,7 juta ton yang direalisasikan pada tahun 2018.

Direktur Jenderal (Dirjen-red) Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan pihaknya saat ini tengah mengupayakan dalam memberikan kemudahan bagi izin importasi garam untuk kebutuhan sejumlah industri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Pemenuhan bahan baku untuk industri tentu membawa multiplier effect bagi perekonomian nasional, seperti impor bahan baku garam sebesar 3,7 juta ton senilai Rp. 1,8 triliun akan diolah menjadi berbagai macam produk dengan nilai tambah besar,” ujar Sigit Dwiwahjono melalui keterangan resminya yang pernah ditayangkan oleh Kompas pada Kamis (25/1) lalu.

Kebutuhan garam industri tersebut, menurut Sigit akan disalurkan kepada industri kertas dan petrokimia, farmasi kosmetik, industri aneka pangan, industri pengasinan ikan, penyamakan kulit, pakan ternak, tekstil, resin, pengeboran minyak dan sabun serta detergen.

“Sesuai dengan hasil rapat pembahasan, garam untuk industri aneka pangan diimpor dalam bentuk kristal kasar (bahan baku) dan akan diolah oleh industri pengolahan garam menjadi garam untuk kebutuhan industri,” terang Sigit.

Sigit mengaku impor garam industri diperlukan pasalnya pertumbuhan industri petrokimia, makanan, minuman, farmasi dan kosmetik terbilang cukup tinggi dan membutuhkan bahan baku yang banyak.

Sementara itu, polemik masuknya garam atau penolakan yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya oleh petambak garam Madura ditengarai hanya merupakan selisih informasi yang diterima ditengah masyarakat terkait fungsi keberadaan garam impor.

Disebutkan garam yang masuk secara resmi ke Pelabuhan Tanjung Perak lalu  disebutkan merupakan garam untuk keperluan industri yang akan dijamin oleh pihak perusahaan.

Salah satunya perusahaan Mitra Tunggal Swakarsa. Pihak manajemen perusahaan, Arya Sugiata Molyono menyampaikan pihaknya mengimpor garam industri dari Australia dengan izin resmi dari pihak Kementerian Perdagangan dan menjamin penggunaan garam tersebut untuk industri.

Sugi mengaku garam industri tersebut akan disalurkan kebeberapa perusahaan ikan yang menjadi mitranya untuk mensuplai bahan baku garam industri yang mereka butuhkan.

“kalau perusahaan ikan yang bekerjasama dengan kita banyak, termasuk yang di Medan,” ujarnya.

Sementara itu, aksi penolakan masuknya garam impor untuk industri itu sendiri juga ditengarai oleh beberapa pihak dikarenakan adanya kegelisahan dari para tengkulak yang selama ini bermain hingga menyebabkan turun dan naiknya harga garam konsumsi ditengah masyarakat yang kesemuanya itu tidak ada kaitannya secara langsung dengan garam yang diperuntukkan untuk konsumsi.

Diketahui sebelumnya para petani garam Madura datang ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya memprotes kedatangan garam impor sebanyak 26.800 ton. Mereka kabarnya khawatir garam impor tersebut akan diselundupkan untuk kebutuhan konsumsi yang berdampak pada harga garam dalam negeri. (dre/ist)

Ikuti tulisan menarik andre HI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu