x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pernyataan Kosong Amien Rais

Amien Rais, semakin tua. Mungkin itu yang menyebabkan pernyatan-pernyataan politiknya tidak lagi berisi dan juga bergizi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Amien Rais. Hampir semua warga Indonesia mengenal nama itu. Namanya, begitu dielu-elukan 20 tahun silam. Saat itu, ia bersama tokoh lainnya dan juga gerakan mahasiswa mendesak rejim otoritarian Orde Baru harus bubar.

Rejim korup dan menindas selama 32 tahun itu pun jatuh. Soeharto turun dari singgasananya. Nama Amien Rais pun mulai popular. Hingga menghantarnya ke kursi Ketua MPR.

Waktu berlalu. Hingga akhirnya Presiden Gus Dur jatuh dari kekuasaannya. Sulit untuk mengatakan bahwa Amien Rais tidak berperan dalam menjatuhkan mantan Ketua Umum Nahdatul Ulama (NU) tersebut dari kursi kepresidenan. "Gus Dur sedang menunggu ajal politik," ungkap Amien Rais seperti ditulis TEMPO.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak tahu bagaimana emosi warga NU saat mantan Ketua Umumnya diperlakukan seperti itu. Untung saja, warga NU memiliki kesabaran yang luar biasa. Tidak mudah terbakar oleh provokasi. Gus Dur sendiri pun tidak ingin ada darah yang tertumpah hanya karena jabatan.

Singkat kata, Gus Dur akhirnya jatuh. Sejak itulah sebenarnya nama besar Amien Rais mulai redup. Amien Rais, meskipun mendapat jabatan di PAN, akhirnya gagal menjadi Presiden Indonesia pada 2004.

Kegagalan demi kegagalan dalam politik ternyata terus mengikuti Amien Rais. Pada tahun 2014, Prabowo Subianto, tokoh yang didukungnya menjadi Presiden Indonesia ke-7 kalah dengan Joko Widodo dalam pilpres. Padahal, Amien Rais saat itu sudah terlanjur mengeluarkan pernyataan bahwa untuk menang dalam pilpres, para pendukung Prabowo harus memakai mental Perang Badar.

Apa itu Perang Badar? Perang Badar adalah perang antara umat Islam melawan orang kafir. Rasanya tidak cocok menganalogikan perang Badar dengan pilpres 2014 saat itu. Analogi perang Badar dalam pilpres 2014 sangat mengaduk-aduk emosi umat Islam, apalagi itu disampaikan Amien di sebuah masjid di Jakarta.

Kini menjelang pilpres 2019, Amien Rais kembali mengeluarkan pernyataan yang mengaduk-aduk emosi umat Islam dengan istilah Partai Allah dan Partai Setan. Pernyataan itu berpotensi membelah umat Islam menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan tanpa jelas akhirnya. Apakah perpecahan antar umat Islam di Indonesia yang ingin dilihat Amien Rais sebelum ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa? 

Entahlah, namun yang jelas semakin bertambah usia, Amien Rais seperti kehilangan substansi dalam pernyataan-pernyataan politiknya alias kosong. Pernyataan politiknya jauh dari akar persoalan yang terjadi di tengah rakyat. 

Pernyataan kosong Amien Rais adalah kritiknya terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang membagi-bagi sertifikat tanah. Menurut Amien Rais, tindakan bagi-bagi sertifikat tanah adalah pengibulan di tengah 74 persen tanah negeri ini dimiliki kelompok tertentu.

Persoalan ketimpangan penguasaan lahan oleh segelintir orang kaya, yang sebenarnya dekat dengan persoalan rakyat justru menjadi kritik kosong jika dilontarkan oleh Amien Rais. Isu ketimpangan penguasaan lahan adalah isu yang bagus tapi pembawa pesannya salah, sehingga isu itu menjadi kosong, tidak menggerakan perubahan. Bahkan berpotensi merusak citra Amien Rais sendiri.

Bagaimana tidak, Studi Greenomics Indonesia justru memperlihatkan, Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan periode 2009-2014, kini Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), justru menteri yang paling banyak memberikan izin-izin perkebunan kepada para pelaku bisnis tertentu.

Menurut Greenomic, Zulkifli Hasan, tercatat memberi izin, hampir 25 kali lipat luas DKI Jakarta. Izin-izin perkebunan yang diterbitkan oleh Zulkifli Hasan setara dengan hampir 70 persen dari total luas izin perkebunan yang telah diberikan kepada para pebisnis selama periode 2004-2017. Lantas bagaimana politik perijinan pelepasan lahan di era Presiden Jokowi? Menurut catatan Greenomic, ijin-ijin perkebunan yang diberikan pada era Presiden Joko Widodo, hanya sekitar 200 ribu hektar an, atau di bawah 9 persen.

Amien Rais, semakin tua. Mungkin itu yang menyebabkan pernyatan-pernyataan politiknya tidak lagi berisi dan juga bergizi seperti 20 tahun silam. Kini pernyataan-pernyataan Amien Rais hanya mengaduk-aduk emosi umat Islam dan tercerabut dari akar persoalan yang dihadapi rakyat. Mungkin saatnya Amien Rais beristirahat, biarlah anak-anak muda yang kini berjuang. Ataupun kalau masih ingin terjun ke politik, Amien harus lebih sering bersentuhan kulit dengan rakyat jelata sehingga kritiknya tidak lagi kosong tak berjiwa.

sumber foto: https://news.detik.com/berita/3523620/amien-rais-bilang-ada-pembusukan-ini-respons-kpk

 

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler