x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bom Maut dan Ibu yang Menjaga Kehidupan

Ketika Ibu merenggut kehidupan buah hatinya sendiri, ia telah memaksakan kematian kepada buah hatinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagaikan surya menerangi dunia
--Karya Muchtar Embut

 

Saya membayangkan Ibu saya (juga ibu Anda, ibu-ibu lainnya) tengah meregang nyawa tatkala melahirkan putra/putrinya. Proses kelahiran adalah sebentuk perjuangan bagi sang Ibu untuk mengantarkan janin yang sebelumnya membentuk diri fase demi fase—janin yang terbentuk dari kasih sayang dua anak manusia yang dipercayai oleh Sang Pencipta untuk dititipi kehidupan.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengandung janin selama 9 bulan dan membawanya ke manapun ia pergi, ibu tidak pernah mengeluh—peluh, rasa sakit, letih, maupun gelisah dijalani demi kehidupan yang tengah bersemai di dalam rahimnya. Ibu merasa diamanahi untuk menjaga kehidupan yang sedang membentuk diri sebelum datang ke dunia. Menit ke menit, hari ke hari, minggu ke minggu, Ibu menjaga kehidupan dalam rahimnya agar tetap aman, nyaman, sehat, dan riang--bukankah ia senang bergerak-gerak ketika semakin dewasa, menendang-nendang dinding perut Ibunya?

Menjadi tanggungjawab orang tua, khususnya sang Ibu, untuk menjaga dan merawat buah kasihnya. Betapapun melelahkan, betapapun berat, betapapun menimbulkan kesakitan, para Ibu selalu menghadapi gerak sang buah hati dengan rasa bahagia: “Inilah buah hati, kehidupan, yang dipercayakan kepadaku.” Tidak setiap orang dapat menikmati kebahagiaan seperti ini.

Bukan hanya kaum lelaki yang tidak bisa menjadi ibu, bahkan kaum perempuan pun tidak selalu berkesempatan mengandung dan melahirkan buah hatinya sendiri. Sebagian orang berjuang bertahun-tahun untuk memperoleh buah hati keturunan darah dagingnya sendiri: berdoa, meminta nasihat dan saran ahli kandungan, menyantap hidangan yang memperkuat kesuburan. Bertahun-tahun sebagian perempuan berjuang untuk meraih kebahagiaan menjadi manusia yang mengandungkan kehidupan baru—sungguh, ini kesempatan langka yang tidak setiap orang berpeluang menjalaninya. 

Janin yang dijaga dalam rahim seorang Ibu bukanlah sekedar manusia yang kelak menambah banyak statistik kependudukan. Janin adalah bentuk kehidupan baru yang diamanahi tanggung jawab untuk menjaga Bumi tempat ia hidup dan semesta tempat ia merasa jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan sangat besar. Janin adalah bentuk kehidupan baru yang dilarang untuk berbuat kerusakan di muka Bumi. 

Kasih Ibu, seperti ditulis komponis Muchtar Embut, tak terhingga sepanjang masa. Saya tak mampu membayangkan bahwa seorang Ibu akan rela menyerahkan kepada maut kehidupan buah hati yang lama dikandungnya, dipelihara dan diberi asupan apapun yang dibutuhkan, yang dibesarkannya dengan sepenuh hati, yang diajarinya merangkak, berjalan, melompat, bernyanyi, mendengarkan hal yang baik, dan berkata-kata yang baik. Terlebih lagi, sukar mengimajinasikan seorang Ibu menyerahkan buah hatinya kepada maut dengan cara yang tidak terbayangkan dan oleh tangannya sendiri.

Ketika seorang Ibu mengandung, sesungguhnya ia telah dipercayai, diamanahi, dan dititipi oleh Sang Pencipta untuk menjaga, merawat, memelihara, dan mengasuh kehidupan yang sedang mekar dalam rahimnya. Sang Pencipta tidak pernah memberi amanah kepada Ibu untuk merenggut kehidupan yang selama berbulan-bulan dijaganya dengan hati-hati, cermat, dan penuh kasih sayang, serta dibesarkannya hingga bertahun-tahun kemudian.

Ketika Ibu merenggut kehidupan buah hatinya sendiri, melalui bom bunuh diri, ia telah memaksakan kematian kepada buah hatinya dengan cara yang tak mencerminkan perjuangannya yang berat untuk menjaga kehidupan di dalam rahimnya. Ia telah memainkan peran yang tidak seharusnya ia mainkan. Ia mungkin lupa bahwa setiap yang hidup berhak atas kematian yang layak, bukan menjadi serpihan yang membuat siapapun terhenyak. Ia mungkin lupa bahwa dialah yang dipilih Sang Pencipta untuk mengandung anak-anak itu dan bukan untuk melenyapkan mereka. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler