x

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pesan Kemanusiaan dari #RoyalWedding

Pesan kemanusiaan dari acara pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markel yang universal tetant CINTA KASIH bagi semua

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PESAN KEMANUSIAAN #ROYALWEDDING

(Victor Rembeth)

"There’s power in love. Love can help and heal when nothing else can. There’s power in love to lift up and liberate when nothing else will"

Penggalan homili Michael Curry diatas dalam Royal wedding Pangeran Harry dan Meghan Markel sangat relevan untuk umat manusia dan kemanusiaan. Ada semangat kuat dalam pesan itu untuk masuk menghadapi dunia yang semakin rentan terhadap kebencian, prasangka dan bahkan stigmatisasi akut.  Apapun, status, kondisi, pilihan dan keberadaan kita kerap dieksploitasi sebagai alat tembak yang menghasilkan pembedaan, keterbelahan dan kekerasan.

Tetiba kungkungan agama dalam baju gereja Inggris (Anglikan) yang selama ini dianggap beku, dan tradisi kerajaan  yang kaku didekonstruksi dengan manis oleh Harry dan Meghan. Dalam pernyataan Pendeta berkulit hitam Michael Curry itulah digaungkan makna kemanusiaan yang memartabatkan. Manusia harus bisa dibebaskan dari segala macam eksklusifisme buruk yang merusak dengan cinta yang hakiki. Ironisnya sang mempelai perempuan, Meghan Markle memiliki bisa saja triple stigma, namun dalam cinta kasih ia diterima sebagai anak manusia apa adanya.

Stigma Meghan yang seharusnya menjadi penghalang baginya untuk bersanding dengan Pangeran Harry adalah karena dia warga negara Amerika Serikat. Negeri pemberontak yang pernah menjadi perluasan kerajaan Inggris dan merdeka pada tahun 1776 ini sudah tentu secara kultural sulit untuk bisa diterima dalam keluarga kerajaan. Sampai saat inipun negeri Paman Sam ini masih " mbalelo" karena tidak masuk dalam satu dari 53 Commonwealth Countries yang eks jajahan Inggris. Stigma ke "Amerika'an Meghan pasti sulit untuk dilepaskan begitu saja dari idetitas Meghan agar dijadikan bagian dari Royal family. Kenapa bukan seorang dari kerajaan lain di Eropa dan atau belahan dunia lain?

Prasangka selanjutnya adalah karena Meghan secara genetik setengah berkulit hitam. Ras yang dianggap sub-human pada masa lampau di Inggris Raya ketika orang orang dari Afrika dianggap tak berharga untuk diperdagangkan beraba sebagai budak belian belaka. Hanya karena seorang William Wilberforce yang berjuang dan menghasilkan UU Anti Perdagangan Budak 1807 di parlemen Inggris, maka ras ini mulai dimanusiakan secara perlahan di Inggris Raya. Dalam pemerintahan dan ruang ruang publik lainnya harus diakui masih sulit mendapat perlakuan setara bagi ras ini, apalagi dalam lingkup istana. Sudah tentu secara sosial, kultural bahkan teologis menerima seorang afro dalam keluarga terhormat adalah hampir mustahil. Kenapa bukan ras yang sama dan tidak membawa beban sejarah yang menjadikan penerus kerajaan "kurang terhormat"?

Tembok penghalang lain adalah karena Meghan secara status keluarga bisa membawa aib bagi sang pangeran yang perjaka. Percakapan umum dengan mudah menyayangkan kenapa Harry memilih istri yang janda. Berbagai polemik yang peyoratif mudah diucapkan untuk status pernikahannnya ini. Ungkapan liar pasti cenderung menyalahkan dan sudah tentu pilihan ini tidak mudah bagi siapapun di istana Kerajaan Inggris untuk menerima. Namun Harry sudah memilih dan siapapun kita tidak tahu mengapa, dan memamg tidak harus perlu tahu juga detilnya, mengapa Meghan harus sampai pada statusnya sekarang. "Kepo"nya kita tidak akan membuat Harry mengubah pilihan hatinya. Kembali sebuah halangan psikologis bisa terjadi dan publik bertanya, kenapa bukan perempuan yang lain dan harus Meghan?

Tiga tembok pemisah yang bisa menjulang tinggi diformulasikan dengan baik solusinya oleh "khutbah kemanusiaan" Curry.  "Ada kekuatan dalam Cinta Kasih". "Cinta Kasih akan menolong dan menyembuhkan ketika usaha yang lain tidak dapat lagi melakukannya". "Ada kekuatan dalam Cinta Kasih untuk mengangkat (yang jatuh) dan membebaskan ketika upaya yang lain tidak akan bisa". Pernyataan itu bukan melulu berita romantisme hubungan dua manusia saja, tetapi pesan kuat untuk mengatasi berbagai halangan yang bisa memisahkan anak anak manusia karena takdir dan kondisi mereka. Ada panggilan  kuat untuk hadirnya CINTA KASIH KEMANUSIAAN menuju dunia baru yang kita diami bersama.

Bukanlah sebuah kebetulan untuk kita di Indonesia pesan universal itu menjadi "syiar kemanusiaan" ketika masih segar diingatkan dengan teror kekerasan bom 5 hari sebelumnya. Adalah juga merupakan berkah bagi semua ketika komitmen akan penghargaan positif terhadap sesama manusia itu diucapkan dalam bulan Ramadan yang mubarak dan karim. Dari Kapel di Windsor Inggris, pesan itu menggaungkan Cinta Kasih menembus semua halangan identitas apapun yang kita sandang, perbedaan apapun yang kita pilih dan takdir apapun yang kita jalani. Kita diajak untuk melihat manusia lain bukan sebagai bagian dari berkompetisi untuk menjatuhkan tetapi melakukan kolaborasi dalam cinta dan kasih yang apik.

Pesan kebersamaan kemanusiaan itu dilengkapi dengan dua lagu yang dinyayikan, dalam gereja mayoritas kulit putih itu, oleh Paduan Suara yang mayoritas anggotanya berkulit hitam. Lagu lagu yang merupakan simbol perjuangan persamaan hak sipil manusia di Amerika Serikat,  "Stand by Me" dan "This Little Light of Mine", mengajak dan mendorong untuk tetap bersama, siapapun kita dan apapun yang kita lakukan untuk komitmen memartabatkan manusia lain. "Whenever you're in trouble, won't you stand by me" dan tetap tidak mau kalah kalaupun hanya menjadi cahaya kecil adalah kita. Kita bisa dan kita harus bisa dalam Indonesia yang sedang terus belajar hidup bersama. Kita bisa ketika dalam hari hari di bulan penuh berkah ini dan kapanpun kita terus mencari fitrah kemanusiaan yang hakiki.

Belajar dari WIndsor di Inggris Raya, kita bisa jadi Meghan, kita bisa jadi Harry. Kita bisa jadi kita yang berkemanusiaan dan menjalankan pesan cinta dan kasih. Kita bisa menolong, menyembuhkan, mengangkat dan membebaskan. Kita bisa menjadi manusia Indonesia yang memartabatkan manusia lain. 

Kita bisa mencintai dan mengasihi karena sang Pencipta telah mengasihi kita.

Untuk Cinta Kasih dan Panggilan Fitrah Kemanusiaan

Pdt. Victor Rembeth

"CINTA KASIH menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. KASIH tidak berkesudahan."

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler