x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berburu Ikan Lebak, Asap Menggepul di Atas Gambut

BERBURU ikan dan kayu di bawah lahan gambut merupakan salah satu mata pencaharian warga di banyak desa dan kampung di Ogan Komering Ilir (OKI).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

BERBURU kayu di bawah lahan gambut merupakan salah satu mata pencaharian warga di banyak desa dan kampung di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Diwaktu yang hampir bersamaan biasanya warga juga mencari ikan yang terjebak diantara kepekatan air rawa bercampur lumpur hitam. Kebiasaan ini sering menjadi salah satu pemicu terjadinya kebakaran lahan gambut di OKI. Cerita ini disampaikan sejumlah warga kelurahan Kedaton, Kayu Agung, kemarin siang disela-sela kunjungan jurnalistik yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutannan (KLHK).

Manto, salah seorang warga mengatakan biasanya warga membakar gambut dengan tujuan untuk mempermudah akses keluar masuk kawasan yang diperkirakan memendam banyak kayu tua dan ikan khas daerah rawan gambut. Usai membakar, biasa warga langsung pergi untuk menghindari kejaran petugas ataupun sekedar menjauh dari asap yang pekat. Lalu ketika dirasa aman dari sengatan api maupun pantauan petugas, oknum tadi kembali untuk mencari ikan dan kayu yang biasanya berada di kedalaman lebih dari satu meter dibawah gambut.

"Biasanya mereka menusuk-nusukkan besi behel kedalam air guna memastikan keberadaan kayu," katanya mengenang. Bila dipastikan ada kayu seperti Ulin mapun Unglen yang berusia puluhan tahun dan berdiameter diatas 1 meter, secara bergotong royong mereka menariknya ke daratan untuk dibelah maupun dipotong. Cara yang hampir sama juga dilakukan warga untuk memburu ikan. Membakar gambut ataupun material lainnya diatas permukaan air dengan tujuan untuk mempermudah menebar alat tangkap seperti jala, jaring maupun tangkul.

Kepala Manggala Agni Daerah operasi OKI, Tri Prayogi mengatakan sebab lain adanya kebakaran hutan,lahan dan kebun adalah kebiasaan bercocok tanam dengan sistem sonor atau membakar lahan sebelum ditanam. Namun cara-cara tradisional itu mulai ditinggalkan seiring mulai tumbuhnya pemahaman warga akan bahaya dan dampak hukumnya bagi pelaku. Selain itu Pendekatan persuasif dengan mendirikan kelompok masyarakat peduli api dinilai cukup efektif. "Di OKI ini rawa gambut banyak di Tulung Selapan," katanya.

Sementara itu AKBP Ade Harianto, Kapolres OKI mengatakan masyarakat dan korporasi tidak dapat begitu saja memanfaatkan lahan bekas terbakar, Diperlukan proses panjang. Pasalnya pihaknya langsung memasang garis polisi untuk mencari sebab musabab kebakaran. Selain itu ia menambahkan pihaknya mewajibkan setiap perusahaan HTI dan perkebunan diwajibkan membangun minimal 10 sekat kanal diluar konsesi mereka. Tahun 2015 OKI menjadi sorotan dunia lantaran ratusan ribu lahan, hutan dan kebun diwilayah itu terbakar. Akibatnya asap dari kebakaran tersebut masuk ke Palembang, pulau Jawa hingga ke Malaysia dan Singapura. "Tekad kami Asian Games ini tanpa asap," katanya. (pharliza@gmail.com)

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler