x

Iklan

Rofiq al Fikri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pernyataan Mahfud di ILC dan Ajakan Untuk Mendukung Jokowi

Alasan realitas politik JKW vs Alasan Politik Uang Sandi Uno

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Alasan Realitas Politik JKW vs Alasan Politik Uang Prabowo-Sandi

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak Selasa malam, (14/8/2018) ramai diperbincangkan di media online dan media sosial tentang kronologis dari Mahfud MD yang nyaris menjadi cawapres Pak Jokowi. Pernyataan MMD lantas dimanfaatkan sedemikian rupa oleh pendukung Prabowo seolah-olah MMD menjadi korban. Padahal jelas, dari pernyataan MMD dapat dipahami bahwa ia mengajak kita semua mendukung Pak Jokowi.  

 

Dalam ILC, MMD bercerita bahwa sampai hari terakhir namanya sudah disepakati JKW untuk menjadi cawapresnya di 2019. Namun, selepas Ashar beberapa partai kembali menemui JKW dan mengatakan tidak setuju jika cawapres yang dipilih adalah MMD. Ada beberapa ancaman untuk meninggalkan koalisi, bahkan membuat poros baru yang tentu akan membuat perhitungan politik akan sulit nantinya bagi JKW jika terwujud

 

Secara gamblang MMD menyebut ada beberapa oknum partai atau pun NU yang berperan besar “menggagalkan” dirinya menjadi pendamping JKW dengan alasan yang aneh. Meski JKW sebenarnya menginginkan MMD, namun konstitusi seolah menghendaki JKW akhirnya menngandeng K.H. Ma’ruf Amin (KMA).

 

MMD berkata “Pak Jokowi tidak salah, saya akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi pak Jokowi”. Sangat beralasan, jika dalam pengambilan keputusan, JKW mendengarkan suara partai. Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem pemerintahan berdasarkan kepartaian. Adakah, jabatan politis apa di negeri ini yang tanpa melewati mekanisme parpol? Tidak. bahkan, jabatan Panglima TNI, Kapolri, Gubernur BI, itu harus melalui fit and proper test di DPR yang isinya kader parpol.

 

Dalam pencalonan presiden, bahkan di UUD dan UU tentang Pemilu, capres dan cawapres harus direkomendasikan oleh parpol atau gabungan parpol dengan presentase suara 25 persen suara nasional atau 20 persen suara di DPR. Artinya tanda tangan ketua partai memang sangat menentukan.

 

Seluruh cerita Pak Mahfud sama sekali tidak menyalahkan JKW. Ia hanya tersinggung dengan beberapa oknum di parpol pendukung JKW. Ya, JKW mengakomodir keputusan partai agar tidak ada poros ketiga (PKB, Golkar sudah bersiap akan bergabung dengan Demokrat membangun poros ketiga jika MMD tetap dipilih), bayangkan jika Gatot Nurmantyo maju.

 

Mantan Panglima TNI, yang bermanuver politik dan tak ragu mengangkat isu SARA untuk meningkatkan elektabilitasnya. JKW menjaga moral bangsa untuk terhindar dari pertarungan politik yang lagi-lagi memecah keutuhan bangsa yang akan terjadi jika poros ketiga muncul. 

 

Perlu digaris bawahi, MMD menegaskan bahwa ia mendukung Jokowi karena tiga hal. 1. Jokowi adalah orang yang bersih, di mana para lawan politik selalu mencari celah di mana JKW korupsi namun tidak pernah menemukannya. 2. Jokowi adalah orang yang tegas, berani melawan parpol di DPR ketika kebijakan JKW sudah sesuai konstitusi, meski tidak disukai parpol. 3. Jokowi adalah orang yang mendengarkan keluhan rakyat karena tidak pernah ingkar janji menuruti aspirasi warga.

 

Jika ada beberapa oknum yang memanfaatkan niat baik JKW membangun bangsa memang itu sebuah keniscayaan. Tugas kita lah yang seharusnya tambah semangat untuk mengawal JKW mewujudkan niat baiknya dengan terus melanjutkan berbagai program yang sudah dibangunnya di periode pertama.

 

Menjadi menarik jika melihat pernyataan Wasekjen Demokrat Andi Arief, “saya menyaksikan penjelasan Pak Prof MMD semalam, kesimpulan saya murni pertarungan (politik) kegagalannya. Ada tekanan politik yang serius dan tidak bisa ditukar dengan uang. Beda dengan tekanan politik ditukar mahar dalam kasus Sandi Uno”.

 

Benar juga, setidaknya, kegagalan MMD menjadi cawapres adalah pertarungan yang biasa terjadi dalam politik. Bukan kegagalan yang disebabkan oleh proses transaksi haram dengan mahar politik yang jelas-jelas dilarang oleh konstitusi. Itu yang terjadi di kubu Sandi, membeli PKS dan PAN masing-masing Rp 500 miliar untuk mau memberikan ttd nya agar Sandi jadi cawapres Bowo.

 

Tindakan yang justru sangat tidak bermoral dan tidak patut dilakukan oleh calon pemimpin yang selalu meneriakan rakyat, namun elit justru bagi-bagi uang dengan jumlah fantastis.

 

Jadi, sangat keliru jika kita menyalahkan JKW terkait kasus Ma’ruf dan justru mendukung BoSan (Bowo-Sandi) yang jauh lebih cacat dalam proses penentuan cawapresnya. Kita perlu mengingat kata-kata Mahfud “Pilihan JKW untuk menyelamatkan negara”. Memilih JKW berarti menyelamatkan negara karena lawan JKW jelas-jelas telah menista negara dan rakyat dengan alasan uang.

 

Rofiq Al Fikri

Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu (JAMMAL)

 

 

Ikuti tulisan menarik Rofiq al Fikri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler