x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Celoteh Orang-Orang Sibuk Zaman Now

Zaman now, makin banyak orang sibuk ngurusin hal kecil, hal yang gak penting. Hidup di zaman merdeka, tapi jiwanya terjajah oleh pikirannya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zaman now, makin banyak orang sibuk. Sibuk banget.

Tapi sayang, sibuknya untuk urusan yang gak penting. Kata orang, urusan remeh temeh, urusan yang kecil-kecil. Terus berbagi kekhawatiran kepada orang lain. Entah tujuannya apa? Membuat orang lain ikut khawatir, atau biar dibilang keren ….

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sibuk, untuk urusan yang kadang kita sendiri gak tahu banyak.

Semua hanya di permukaan saja. Lalu, sibuk menuding. Sebelah sana yang mulai, sebelah sini yang duluan. Emang apaan sih yang dimulai atau memulai? Sibuk banget.

 

Toh, menang jadi arang kalah jadi abu. Kenapa harus sibuk? Menang dibenci, kalah pun di bully. Menang dicaci, kalah pun kebiri. Lagi-lagi, sibuk urusan gak penting.

  

Memori “pikirannya” begitu besar tapi diisi file-file yang kecil. Anugerah “jiwanya” begitu luas tapi dirasuki pikiran yang sempit-sempit. Itulah kesibukan zaman now. Sibuk urusan yang gak penting. Bikin capek sendiri. Tapi sayang, sama sekali gak produktif.

 

Sibuk urusan gak penting. Ibarat komputer, mereknya canggih. Tapi memorinya dipakai untuk file-file yang gak berguan, gak penting. Kapasitasnya habis buat “simpan” hal-hal kecil yang gak penting. Setelah itu, teriak kehabisan ruang. Sehingga gak bisa lagi nampung hal-hal penting. Sibuk, ketika file penting “dikalahkan” file gak penting.

 

Sibuk meributkan hal yang gak penting.

Kadang kita lupa. Atau sengaja lupa. Kenapa ada orang yang merasa terganggu dengan hal-hal kecil yang sebenarnya gak akan berakibat apa-apa bila diabaikan. Dollar naik diributkan sementara makan di warteg masih enak. Asian Games keren diributkan tapi ikut nonton setiap hari.

 

Sibuk dan sibuk lagi. Mungkin di hari-hari ke depan pun begitu.

Berceloteh sambil “mengerdilkan” orang lain. Berkomentar sambil “menaifkan” realitas. Sungguh, itu semua terjadi karena “rasa sedih gelisah yang mengendap lebih lama daripada rasa senang gembira”. Pesimisme yang sedikit tapi dibiarkan mampu “menghancurkan” optimisme yang banyak. Pikiran negatif yang lebih dominan dari positifnya. Sibuk berteriak. Bak mentalitas “korban” bukan “pelaku”. Seolah, dialah yang menjadi korbannya. Mungkin begitu, kenapa gak?

 

Memang, sibuk gak semuanya baik. Bahkan sibuk gak baik pun kian menyeruak.

Mungkin, sebagian mereka berpikir. Bangsa ini akan hebat dan besar bila mau mengikuti pikiran dan celotehan mereka. Hebat betul mereka …

 

Orang-orang sibuk. Mereka gembira bisa tiba di era milenial. Mereka pun bangga punya gaya hidup. Mereka bersyukur bangsa ini merdeka. Tapi sayang, kadang jiwa dan pikiran mereka masih terjajah… ciamikk #TGS

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB