x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ibn al-Haytham dan Keajaiban Penglihatan

Sebagai ilmuwan, ibn al-Haytham telah melakukan perjalanan panjang dalam ikhtiarnya memahami kemampuan manusia dalam melihat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sejak masa Yunani kuno, manusia amat berminat pada isu-isu yang terkait dengan penglihatan manusia. Tak lain karena penglihatan manusia terhadap sekelilingnya dapat memengaruhi persepsinya terhadap dunia sekitar. Penglihatan juga bisa memengaruhi pikiran manusia: apa yang ia pikirkan, bagaimana caranya berpikir, dan apa pandangan tentang yang ia pikirkan. Mata membuat manusia bertanya-tanya ‘apa yang membuat langit tampak biru, terkadang gelap, dan sewaktu-waktu bagai merah membara’.

Kira-kira abad ke-5 Sebelum Masehi, Empedocles—seorang filsuf Yunani—bernalar bahwa dewi Yunani Aphrodite telah meletakkan api di mata manusia, lalu mata memancarkan sinar ke sekitar, sehingga manusia dapat melihat benda-benda, langit, tanaman, maupun manusia lainnya. Bagi manusia masa sekarang, gagasan ini terdengar menyeramkan: manusia memancarkan sinar dari matanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski begitu, gagasan yang dipelopori Empedocles dan dilanjutkan oleh pemikir Yunani lainnya ini sanggup bertahan di sebagian belahan Bumi hingga abad ke-10 Masehi. Bagi Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham, gagasan yang bertahan lama ini terdengar aneh, dan ilmuwan ini berpikir bahwa mestinya ada penjelasan lain yang lebih dapat diterima nalar. Maka, ibn al-Haytham pun berikhtiar menemukan jawabannya sendiri.

Ibn al-Haytham tak mau mengandalkan spekulasi dan mencari jalan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan untuk memahami fenomena ‘manusia melihat’. Ia tak puas hanya dengan hitungan matematis dan geometris, dan karena itu melakukan serangkaian eksperimen. Secara menukik, ibn al-Haytham menyelidiki cahaya, warna, bayangan, pelangi, dan fenomena optis lain.

Riset eksperimental ini, yang disertai pembahasan matematis-geometris, membuahkan tujuh jilid Kitab al-Manazir. Karya fenomenal ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin sebagai Opticae Thesaurus Alhazeni  (Book of Optics). Lebih dari kontribusi terhadap bidang optika, karya luar biasa ini mendasarkan kesimpulannya di atas bukti-bukti eksperimental ketimbang penalaran abstrak—dan merupakan publikasi pertama yang melakukan hal itu. Kontribusi Alhazen terbukti demikian signifikan.

Ibn al-Haytham telah menyediakan bukti eksperimental pertama bahwa cahaya tidak memancar dari mata manusia, melainkan dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek. Eksperimen ibn al-Haytham mungkin terlihat sederhana dipandang dari masa sekarang, namun metodologinya betul-betul mengguncang: ia mengembangkan hipotesis berdasarkan observasi hubungan fisik dan kemudian mendesain eksperimen untuk menguji hipotesis itu.

Eksperimen ini merupakan peristiwa besar dalam perkembangan metodologi riset ilmiah modern. Dalam hal metode eksperimen, ibn al-Haytham mendahului para ilmuwan Barat 200 tahun; dan mereka umumnya membaca lebih dulu Kitab al-Manazir. Karyanya memengaruhi sosok intelektual Barat seperti Roger Bacon (1214-1294), John Pecham (1230-1292), Witelo (1230-...), Johannes Kepler (1571-1630). Karya rintisannya dalam teori angka, geometri analitik, maupun tautan aljabar dan geometri juga memengaruhi Rene Descartes (1596-1650) maupun Isaac Newton (1643-1727).

Kedalaman  pencarian ibn al-Haytham dalam bidang optik menjangkau wilayah lebih jauh ketika bukan hanya mengkaji perambatan cahaya di berbagai medium, serta fenomena refleksi dan refraksi, tapi juga persepsi visual manusia. Ia pelajari anatomi mata manusia hingga ia mendiskusikan topik tentang ilusi dan persepsi visual—di titik ini, ibn al-Haytham mendiskusikan psikologi manusia. Sebagai ilmuwan, ibn al-Haytham telah melakukan perjalanan panjang dalam ikhtiarnya memahami kemampuan manusia dalam melihat. Sebagai penghormatan kepada ibn al-Haytham, Oktober depan akan digelar Festival Sains Manchester, Inggris, dengan tema: Ibn al-Haytham: Mysteries of How We See. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu