x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menyorot Keterangan BMKG Soal Gempa-Tsunami di Donggala-Palu

Jika tsunami hanya 3 meter, ya, nggak mungkinlah menyeret kapal setinggi lima meter ke darat. Jumlah korban jiwa sudah mendekati angka 500 orang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tak lama setelah Gempa dengan kekuatan magnitudo 7,7 melanda wilayah Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat malam 29 September 2018, sejumlah pejabat BMKG mengeluarkan pernyataan. Salah satunya adalah keterangan resmi Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, yang disiarkan live oleh sejumlah stasiun swasta, yang berisi beberapa poin antara lain sebagai berikut:

- Gempa yang melanda Donggala-Palu yang awalnya dinyatakan bermagnitudo 7,7 diubah menjadi 7,4, dan sempat memicu gelombang tsunami dengan ketinggian lebih dari 0,5 sampai 3 meter di Palu; kurang dari 50 sentimeter di pantai Donggala Sulawesi Tengah dan 6 sentimeter di Pantai Mamuju, Sulawesi Barat.

- Peringatan dini tsunami dikeluarkan sekitar 5 menit setelah gempa M7,4. Tsunami diperkirakan sampai ke daratan pada pukul 17.22 WIB atau 18.22 WITA (atau sekitar 20 menit paska gempa Magnitudo 7,4).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- Peringatan tsunami diakhiri pada pukul 17.36 WIB atau 18.36 WITA, dengan pertimbangan air naik (terlihat) semakin surut, berdasarkan pengamatan saksi mata salah satunya staf BMKG di Kota Palu.

- Tercatat 1 orang meninggal dunia, dan 10 orang luka-luka.

- Pada kesempatan yang sama, Kabag Humas BMKG, Hari Tirta, mengatakan, berdasarkan pantauan selama 30 menit peringatan dini stunami (disimpulkan) tidak berdampak signifikan di perairan, sehingga BMKG menyatakan peringatan dini tsunami berakhir.

Tentu saja, keterangan itu bersifat sementara, karena merupakan respon awal dari pihak BMKG. Namun fakta-fakta di lapangan kemudian terbukti menafikan keterangan awal BMKG, khususnya terkait tinggi tsunami, dampak dan jumlah korban.

Beberapa saksi mata menyebutkan, ketinggian tsunami di Palu bahkan mencapai 7 meter. Keterangan saksi warga tentang tinggi tsunami yang sekitar 7 meter tersebut cukup logis karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah sejumlah kapal yang terhempas dan terseret ke darat:

- Kapal Perintis Sabuk Nusantara 39 terseret naik ke daratan dermaga, di Pelabuhan Pantaloan Palu.

- Sebuah kapal melintang di tengah jalan di Kecamatan Mamboro, Kota Palu.

- Sebuah kapal Patroli TNI terseret ke darat di wilayah Donggala.

- Sebuah mobil Kijang kotak berwarna hijau terlihat tertancap dan bertengger di atas bangunan yang hancur di kawasan Pantai Talise, Palu.

Argumennya, jika tsunami hanya setinggi 3 meter (seperti keterangan awal BMKG), ya, nggak mungkinlah mendorong dan menyeret ke darat kapal-kapal yang tinggi badannya sekitar lima-enam meter.

Pernyataan awal yang menyebutkan hanya 1 orang meninggal dan 10 orang cedera juga menunjukkan bahwa keterangan awal BMKG tidak mengacu pada pengamatan yang cermat di lapangan. Sebab terbukti, sampai minggu pagi ini, 30 September 2018, jumlah korban jiwa sudah mendekati angka 500 orang.

Barangkali ketidakakuratan keterangan awal BMKG ini dapat menjadi pelajaran penting agar tidak terulang ketika memberikan keterangan dan respon awal pada peristiwa-peristiwa bencana lainnya di masa depan.

Syarifuddin Abdullah | 30 September 2018/ 20 Muharram 1440H

Sumber foto: Screen-shot tayangan langsung KompasTV pada Jumat malam, 28 September 2018.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB