x

Iklan

TD Tempino

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Jari Warga Ditekuk Paspampres

Belum lagi kisah nyata ketika seorang pengawal presiden menekuk jari seorang warga. Pasalnya entah disengaja atau tidak warga di hadapan Presiden

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberi  nomor urut  kepada capres 2019 -2024 dengan 2 digit. Prabowo Sandi 02 Jokowi M. Amin 01. Sepengetahuan umum penetapkan angka dua digit itu apabila jumlah peserta satu kompetisi menjapai angka 99 .  Untuk peserta dibawah 10 maka cukup diberi nomor urut 1 sampai 9. Satu digit saja.

Entah bersebab apa pemberian nomor oleh KPU sedemikan rupa.  Paling  boros dan tidak bermakna.  Seperti diketahui  digit nomor urut bisa juga 3 angka , contohnya 212 milik wiro sableng. Hal ini bermakna,  ada 999 pendekar kapak geni di atas bumi ini.  Demikian pula digit 4 seperti 7777 yang bermakna ada restoran ikan bakar bumbu pedas berjumlah dibawah 10.000.

Sudahlah, entah bermaksud apa KPU ini.  Bisa jadi mereka berpikiran dengan digit 2 yaitu  nomor urut  01 dan 02 maka para kandidat presiden berkesulitan menggunakan simbol jari tangan. Seharusnya apabila mengikut nomor urut versi KPU maka  para pendukung Jokowi menggunakan 2 tangan kiri dan kanan.  Tangan kiri membentuk simbol 0 berupa jempol dan telunjuk dipertautkan sedangkan jari tangan kanan menunjuk satu jari saja. Entah telunjuk atau kelingking terserah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun kenyataan yang terjadi dilapangan nomor urut versi KPU tidak digubris kader dan pendukung capres.  Tetap saja mereka mengacungkan jari telunjuk  dan jari tengah sebagai kode angka 2.  di dunia internasional bermakna Peace atau damai.  Itulah sebabnya ketika berselfie ria di ajang IMF Bali orang ekonomi penting dunia itu mengacungkan 2 jari.  Lucu juga ketika 2 menteri kabinet " merevisi " 2 jari tamunya.  Mereka menganjurkan "satu jari saja Mister and Mrs"  Thats mean Jokowi, Sir and Madam 

 
 
Sumber : Instagram Christine Lagarde

Belum lagi kisah nyata ketika seorang pengawal presiden menekuk jari seorang warga.  Pasalnya entah disengaja atau tidak  warga tersebut di hadapan Presiden ke 7  mengacungkan 2 jari. Entah disuruh / diperintah entah tidak  paspampers menekuk jari telunjuk sehingga menjadi jempol saja. Si warga tersenyum geli bermaksud mengatakan damai damai damai (prabowo prabowo prabowo versi paspampers)) malah berubah menjadi mengacungkan jempol kepada presidennya. 

Ya sudahlah fungsi jari - jemari tangan kini menjadi lebih produktif menjelang pemilihan presiden.  Selama ini  jari jemari tangan kanan digunakan untuk menyuap makanan istimewa restoran padang maka  kini jari berperan pula untuk menunjukan dukungan kepada capres. Satu untuk Jokowi 2 untuk Prabowo. Paling tidak para kader mania parpol tidak akan berlaku ekstrim dalam artian sampai sampai ketika menyuap makanan  mereka hanya menggunakan satu jari saja. Repot omm.

Terakhir awak tertawa terbahak bahak ketika mendapat pesan berantai terkait kegiatan  ngupil.  Ngupil adalah satu kenikmatan tersendiri yang dilakukan secara sembunyi sembunyi atau terkadang lupa sehingga di lakukan di ruang publik. Mengorek hidung tentu dengan jari tidak mungkin pakai sendok atau pentol korek telinga.  Nah masalahnya jari yang di gunakan ngupil  pasti 1 (angka 1 ?).  

Semua penggemar ngupil sepakat jari yang di fungsikan adalah  kelingking.  Kadang kadang di gunakan jari telunjuk apabila lobang hidung agak besaran. Namun dapat dipastikan tidak ada orang sedunia menggunakan jari jempol untuk ngupil.  Mengapa demikian ? Jawaban sederhana,  bersebab jari jempol selain besar juga agak pendek sehingga tidak nyaman untuk mengorek hidung.  Jempol adalah ibu jari memiliki fungsi istimewa.  Memberikan penghargaan kepada orang berprestasi. Ini jempol untuk anda tetapi bisa juga jempol terbalik bermakna "payah loe"

Point yang ingin disampaikan disini adalah biarlah fungsi jari jemari berperan sebagai mana takdirnya. Untuk berjabat tangan dan boleh juga untuk menampar orang kurang ajar. Jangan di konotasikan jari - jemari  dengan nomor urut pemilihan presiden.  Lebih elegant nomor dituliskan besar besar di atas kertas kemudian diacung acungkan.  Pola ini lebih efektif karena bisa dilihat  dari jauh  apalagi bila nomor itu disertakan juga foto ganteng kandidat presiden.

Salamsalaman

TD

Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB