x

Iklan

yoyo tuna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perlukah Impor Jagung Pakan Ternak Sebanyak 100 Ribu Ton?

mencermati perkembangan harga jagung pakan yang memberatkan peternak ayam mandiri dengan alasan biaya logistik membengkak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Impor jagung di tahun 2018 mengalami surplus atau kelebihan dari target pemerintah. Namun lucunya,  melalui rapat koordinasi terbatas dibawah kementerian koordinator (menko) perekonomian,menghasilkan impor jagung besar-besaran mencapai 100 ribu ton ke seluruh pelosok negeri.

Ya,katanya sih keputusan ini diambil dari mencermati perkembangan harga jagung pakan yang memberatkan peternak ayam mandiri dengan alasan biaya logistik membengkak, maka diadakan impor jagung kepada peternak, bukan diperuntukan konsumsi manusia loh!

Dilansir dari Detik.com, Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin mengkuatirkan hasil pertemuan para menteri akan menurunkan semangat petani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah tak seharusnya melakukan impor sebanyak 100 ribu ton jika beralasan stok menipis. Ini akan menyebabkan petani merugi.

“ Kami bisa mentahkan itu. Saat ini pabrik pengering kami di Lamongan saja, masih ada stok 6.000 ton.

Bahkan Ia memperkirakan impor jagung baru akan terealisasi di bulan Januari. Momen itu bertabrakan dengan musim panen raya.

 

"Kalau impor masuk saat panen, petani sudah bisa membayangkan harga jagung mereka akan anjlok," jelasnya.

Sementara itu, pemerintah melalui Bulog akan mengimpor jagung kepada peternak mandiri untuk menstabilisasi harga jagung di sentra sentra peternakan. Sekaligus mengefesiensi biaya transportasi pengiriman jagung kepada peternak di luar pulau Jawa, dan Lampung.

Hal ini dikarena biaya pengiriman ongkos logistik bisa mencapai dua kali lipat kedaerah lain dibanding mengirim ke negara tetangga, Malaysia.

Meski demikian, diperkirakan sampai akhir tahun yakni Desember, impor tidak akan mencapai angka tersebut jika harga jagung di dalam negeri sudah kembali stabil.

Dilihat dari pengalaman 2016 silam, harga sudah normal sehingga tak ada lagi impor. Hanya saja, kuota impor yang diberikan ke Bulog adalah 100.000 ton.

Biaya logistik yang mahal yang menyebabkan harga-harga komoditi melonjak naik, tidak hanya pertanian, di semua sector mengingat luasnya wilayah Indonesia dengan terbatasnya infrastruktur yang kita miliki.Nah loh, jadi selama ini yang dibangga-banggakan pemerintah dalam hal pembangungan Tol laut, Tol Trans Papua, dan Tol Trans Sumatera dibuat untuk apa? Pencitraan saja kah? Entahlah!

Hanya saja yang perlu diingat, tiap kebijakan yang dibuat hendakya rakyat dilibatkan, jangan hanya dikalangan penguasa. Karena yang akan merasakan akibat dari keputusan tersebut hanya masyarakat kecil saja. Petani dan peternak yang mendapatkan hasil keuntungan pertanian dan peternakan yang dimiliki. Tidak mempunyai penghasilan seperti tunjangan dan gaji seperti penguasa di Tanah Air ini.

Salah satu solusi pihak pemerintah dalam hal ini Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro dengan memangkas biaya logistik, namun hal itu tidak mudah dilakukan karena infrastruk terbatas.

Oleh sebab itu, dikatakannya perlunya dilakukan kordinasi antar kementerian untuk memperbaiki sistem logistik antar pulau. Sebab semua harga pangan akan ikut naik sesuai dengan biaya pendistribusiannya.

Hasil rapat ini dihadiri menteri pertanian, menteri perdagangan, menteri badan usaha milik negara (BUMN) dan Perum Bulog pada Jumat (2/11/) lalu di Jakarta.

Untuk diketahu, Indonesia telah ekspor 380.000 ton. Data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat 12,49% per tahun.

Artinya periode 2018 produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta pipilan kering (PK). Sementara itu untuk luas panen per tahun naik 11,06% dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42% (data BPS).

Kemudian, ketersediaan produksi jagung pada November sebanyak 1,51 juta ton dengan luas panen 282.381 hektare. Bulan Desember 1,53 juta ton, dengan luas panen 285.993 hektare, tersebar di sentra produksi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontolo, Lampung, dan provinsi lainnya.

Sementara dari sisi kebutuhan, berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15, 5 juta ton PK, terdiri dari: pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120.000 ton PK, dan industri pangan 4,76juta ton PK.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik yoyo tuna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler