Ketika Mimpi Juara Piala AFF pun Semakin Sulit

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kegagalan demi kegagalan sepak bola Indonesia di Piala AFF selalu saja terjadi, bahkan yang terbaru kita gagal lolos ke semifinal gelaran itu di 2018.

Tragis. Itulah gambaran kondisi timnas Indonesia senior saat ini di gelaran Piala AFF 2018. Harapan melangkah ke semifinal sempat tumbuh manakala Indonesia menghajar Timor Leste 3-1 di Stadion Gelora Bung Karno walaupun kemenangan tersebut diraih dengan susah payah.

Setidaknya setelah laga itu rasa optimisme lolos ke babak selanjutnya tetap terjaga, mengingat di laga perdana Indonesia dikalahkan Singapura 1-0. Namun semua berubah manakala Indonesia dilumat Thailand 4-2 dan Filipina berhasil menahan imbang 1-1 negeri gajah putih tersebut dan selanjutnya Indonesia tersingkir!.

Meratapi kegagalan demi kegagalan, yang bahkan jangankan masuk ke piala dunia, mimpi juara Piala AFF pun sepertinya terasa semakin sulit direngkuh. Dosa apa yang menghinggapi persepak bolaan nasional hingga timnas kita tak kunjung mentas dari kubangan kegagalan.

Timnas senior yang bermain di Piala AFF saat ini banyak dihuni mantan pemain Asian Games 2018 yang sebenarnya ketika dilatih Luis Milla permainan mereka cukup solid dan menjanjikan, gerakan dari kaki ke kaki dan penguasaan bola cukup baik membuat sebagian masyarakat meyakini timnas ini akan melangkah lebih jauh di gelaran Piala AFF. Bima Sakti yang ditunjuk PSSI menggantikan Luis Milla dengan persiapan tidak ada dua bulan tersebut membuat ia harus bergerak cepat, termasuk segera menunjuk asisten pelatih. Kondisi itu diperparah Liga 1 yang masih berjalan sementara liga liga di Asia Tenggara lainnya sudah usai.

Akhirnya Bima Sakti mengambil jalan pintas dengan memilih pemain-pemain yang sudah lama bersamanya di Timnas, yaitu eks pemain Asian Games. Namun, ada yang lupa disitu, bahwa Asian Games tentu berbeda dengan Piala AFF. Atmosfir, gairah dan tentu saja format Piala AFF yang berbeda dengan dua tahun lalu, sepertinya tidak diperhatikan betul oleh tim pelatih.

Nah, karena format AFF kali ini ada laga tandangnya, timnas kita kebanyakan babak belur jika bermain tandang, apalagi kalau bukan soal mental bertanding. Pemain yang bermain di Asian Games belum cukup mental bertanding melawan pemain-pemain senior Asia Tenggara lainnya. Namun hal berbeda jika bermain di Piala AFF, mengapa tidak memanggil pemain pemain senior sarat pengalaman seperti Boaz Solossa, Victor Igbonevo, Greg Nwokolo, dua pemain yang bermain di Thailand Ryuji Utomo dan Yanto Basna, minimal ke dua pemain tersebut sudah mengetahui beberapa pemain Thailand.

Sebenarnya, Indonesia harusnya sudah juara Piala AFF tahun 2010 ketika melawan Malaysia di Final, bahkan di babak penyisihan grup mereka dibantai 5-1, melihat permainan yang kolektif ditambah bermain di kandang saya meyakini Indonesia bakal juara. Entah dosa apa yang membuat Indonesia kembali gagal di final.

Setelah 2010, semua tim Asia Tenggara grafiknya naik, Filipina yang untuk pertama kali lolos semifinal di tahun tersebut konsisten masuk semifinal di Piala AFF sampai 2016 lalu. Thailand apalagi, bahkan untuk Piala AFF saat ini yang tidak diperkuat bintang-bintangnya seperti Teerasil Dangda, Chanatip Songkrasin, Theeraton Bunmatan dan kiper Kawin Thamsatchanan mereka tetap kuat dan kompak.

Tapi nasi sudah jadi bubur, kini Indonesia dipastikan tidak lolos semifinal Piala AFF setelah Thailand dan Filipina bermain imbang 1-1. Pertandingan terakhir melawan Filipina tidak lebih dari sekedar menuntaskan kewajiban saja. Karena mungkin saja dengan kegagalan ini semangat para pemain sudah tidak ada dan ingin segera melupakan momen buruk ini. Jadi apa langkah PSSI setelah kegagalan ini, apakah targetnya sekarang yang penting tidak kalah dari Timor Leste?

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ahmad Syaiful Bahri

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler