x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ta'ziyah: Abdul Mannan Usman

Berdoa tulus semoga almarhum Abdul Mannan Usman mendapatkan limpahan rahmat Allah; dan keluarga yang ditinggalkan tulus melepas kepergian almarhum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keabadian hanya milik Allah swt. Kematian itu pasti adanya. Dan hari ini menerima kabar duka tentang seorang yang pernah dan masih saya posisikan sebagai guru: ustadz Abdul Mannan Usman, yang wafat di Kairo-Mesir pada Senin, 24 Desember 2018/ 17 Rabiul-akhir 1440H, sekitar pukul 15.00 local time Cairo (pukul 20.00 WIB).

Perkenalan saya dengan almarhum berjejak jauh ke belakang, sekitar 33 tahun silam. Beliau termasuk orang pertama yang saya kontak saat tiba di Kairo pada tahun 1985. Ketika itu, beliau sudah bekerja sebagai local-staff di KBRI Kairo.

Ceritanya unik. Ketika masih di Jakarta, sekitar bulan Agustus 1985, menjelang dan dalam persiapan berangkat ke Kairo, saya berkesempatan ngumpul dengan teman-teman sealmamater dari Makassar (alumni Pesantren IMMIM, Makasar) di bilangan Matraman, Jakarta. Teman-teman kemudian memberitahu bahwa di sekitar Matraman (saya sudah lupa alamat persisnya), ada seorang tokoh asal Sulawesi, yang punya dua anak kuliah di Mesir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya manfaatkan kesempatan itu untuk menemui orangtua (ayah) dari Abdul Mannan Usman di kediamannya di Matraman, Jakarta. Saya memperkenalkan diri, dan memberitahu niat berangkat ke Kairo, sambil meminta nasehatnya. Tanpa pamrih, beliau menasehati saya. Ketika akan pamitan, dia menyerahkan ke saya secarik kertas, yang berisi kalimat pendek (kira-kira berbunyi begini): “Nanda Abdul Mannan, pembawa surat ini bernama Syarifuddin Abdullah, agar dibantu pengurusan kuliahnya di Universitas Al-Azhar, lalu saya diminta untuk memasukkannya ke amplop.

Berbekal surat itulah, setiba di Kairo, saya menemui ustadz Abdul Mannan Usman di rumahnya di bilangan Masakin Ustman, Nasr City, Cairo.

Sejak pertemuan pertama, saya langsung merasa nyaman berkomunikasi dengan almarhum, dan meminta kesediaan almarhum berkenan selalu membimbing.

Ketika masih duduk di tingkat satu Fakultas Ushuluddin, almarhum membimbing saya mata kuliah dakwah. Dan seingat saya, melalui almarhumlah, saya pertama kali belajar tarjimah fauriyah (terjemah langsung) koran-koran berbahasa Arab, yang diselenggarakan di markas KKS (Kerukunan Keluarga Sulawesi), yang terletak di Imarah (Gedung Apartemen) 53, Nomor 106, Khidr El-Tony St (yang bersimpangan dengan Tayaran St). Nasr City, Cairo.

Ketika saya tiba di Kairo, almarhum Abdul Mannan Usman sudah dikategorikan sebagai generasi senior mahasiswa Indonesia di Mesir (minassabiqinal-awwalin). Karena itu, di lingkungan mahasiswa asal Sulawesi, selain diposisikan sebagai kakak, almarhum juga dihormati sebagai guru dan figur yang sering dimintai nasehatnya dalam berbagai persoalan kemahasiswaan.

Selama beberapa tahun bermukim di Kairo sampai akhirnya kembali ke tanah air, saya dengan takzim tak pernah berhenti memposisikan almarhum sebagai guru. Rumahnya di daerah Masakin Usman, Nasr City, merupakan salah satu rumah mahasiswa senior, yang sering dikunjungi mahasiswa dari berbagai daerah, terutama asal Sulawesi dan Jawa Tengah. Kebetulan juga, istri almarhum, yang kami panggil akrab Kak Rahayu asal Jawa, juga sangat welcome dengan mahasiswa-mahasiswi junior.

Tentu saja banyak kesan tentang almarhum Abdul Mannan Usman yang bisa diceritakan. Salah satu yang paling berkesan, menurut pengamatan saya, dalam bergaul dan pada setiap obrolannya, almarhum selalu memposisikan lawan bicaranya sebagai orang yang setara, baik terhadap yang lebih muda ataupun dengan yang sebaya apalagi yang lebih tua. Artinya, almarhum tidak memposisikan dirinya sebagai senior apalagi guru. Singkat kata, almarhum sangat santun dan jauh dari perilaku congkak. Karena sikapnya itulah, almarhum justru semakin diposisikan sebagai senior dan guru.

Terakhir kali berkomunikasi langsung dengan almarhum sudah cukup lama memang, sekitar akhir 1990-an. Saya pernah dua kali ke Kairo, 2014 dan 2016 dan berniat untuk menemuinya. Namun saya diberitahu bahwa almarhum sedang berada di Malaysia.

Melalui artikel ta’ziyah ini, saya bersaksi bahwa almarhum Abdul Mannan Usman adalah orang baik; Berdoa tulus semoga almarhum mendapatkan limpahan rahmat Allah swt; Keluarga yang ditinggalkan dikarunia kesabaran dan ketulusan melepas kepergian almarhum.

Syarifuddin Abdullah | 24 Desember 2018/ 16 Rabiul-akhir 1440H

Sumber foto: istimewa

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB