x

Iklan

Hamzah Zhafiri Dicky

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Underpass Kentungan dan Akar Masalah Kemacetan Yogyakarta

Kemacetan di Yogyakarta terus terjadi, underpass dibangun untuk mengurainya. Namun, proses pembangunannya berpotensi menyebabkan kemacetan yang lebih parah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di awal tahun 2019 ini, warga Yogyarta mungkin boleh bergembira, tapi juga mungkin kecewa, atau bahkan keduanya. Pasalnya, underpass Kentungan dan Gejayan akan mulai dibangun. Rencana penutupan jalan simpang Kentungan pun direncanakan pada tanggal 14 silam, sekalipun akhirnya sedikit diundur dan simpang-siur. Tapi tetap, underpass akan dibangun.

Kabar lainnya, pembangunan underpass ini tidak akan sebentar. Tidak tanggung-tanggung, targetnya pembangunan underpass ini akan selesai pada bulan Desember 2019. Itu artinya, selama hampir satu tahun pas, simpang ini tidak bisa dilewati. Rekayasa lalu lintas pun sudah dipersiapkan Dishub dan kepolisian lalu lintas. Arus kendaraan yang biasanya melewati simpang ini pun akan dialihkan ke jalur lain. Hampir bisa ditebak, kepadatan pun akan sangat merayap di sekujur jalan alternatif yang ditetapkan sebagai pengalihan.

Pada dasarnya, tidak ada yang perlu diperdebatkan dengan kebijakan ini. Dari segi proyek, memang sudah dirasa tepat untuk didirikannya underpass. Hal ini demi memecah kemacetan yang sudah begitu menahun di sepanjang jalan Kaliurang. Dari segi pembangunan pun memang satu tahun mungkin memang waktu yang diperlukan untuk pembangunan ini. Bisa dibayangkan, pembangunan ini rumit karena harus membuat terowongan di bawah tanah, sehingga harus membenagi apapun yang ada di sana, seperti air bawah tanah, saluran air, dan lain sebagainya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas, apa renungan yang bisa kita ambil dari pembangunan underpass ini?

Pertama, mari sama-sama mengakui. Yogyakarta telah menjadi tempat yang makin padat lalu lintasnya. Di setiap jam-jam ramai alias peak hour, jalanan hampir selalu padat. Apalagi di jalan-jalan besar seperti jalan kaliurang, solo, magelang, dan sebagainya. Dan ketika sudah mencapai persimpangan jalan, wah sudah tidak ada lawan. Pasti luar biasa sekali kepadatan macetnya.

Kepadatan ini memang sejalan dengan banyaknya transportasi pribadi yang terus tumbuh di Yogyakarta. Naiknya daya beli masyarakat pun berimplikasi pada penambahan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Sementara laju pembangunan dan pembenahan infrastruktur lalu lintas pun tidak bisa mengikuti laju pertumbuhan kendaraan bermotor.

Pertanyaan berikutnya. Kenapa kendaraan bermotor pribadi terus bertumbuh tiap tahunnya? Tentu saja karena makin banyaknya pertumbuhan populasi, apalagi populasi masyarakat produktif di angkatan kerja. Maka itu kebutuhan transportasi pribadi akan terus bertumbuh untuk menunjang pertumbuhan produktivitas ini. Tapi kenapa yang tumbuh adalah kendaraan pribadi? Tentu saja karena selama ini kendaraan umum pun tidak berkembang.

Yogyakarta memiliki Trans Jogja sebagai kendaraan umum andalan dalam kota. Namun, tidak seperti “kembarannya” di ibukota sana, Trans Jogja tidak terlalu “greget” sebagai transportasi massal dalam kota. Trayeknya seringkali berubah, armadanya tidak banyak, dan tidak memiliki jalur sendiri alias harus berbagi dengan kendaraan umum lainnya. Praktis, penduduk kota pun lebih nyaman untuk memakai kendaraan pribadi.

Justru yang terlihat masif adalah transportasi online, yang sebenarnya lebih tepat dipakai sebagai transportasi feeder jarak dekat dan bukan transportasi massal. Setidaknya dengan transportasi online ini, ada beberapa warga yang memilih menggunakannya ketimbang buru-buru membeli dan memakai kendaraan pribadi. Tapi, efeknya pun tidak seberapa besar di jalanan.

Belum lagi Yogyakarta tiap tahunnya memang akan selalu kedatangan pelajar dari seluruh penjuru nusantara. Dari pelajar-pelajar ini, ada yang akhirnya membeli dan menggunakan kendaraan pribadi. Praktis, jalanan pun akan semakin penuh.

Akhirnya, jalanan pun makin penuh dengan kendaraan pribadi. Di setiap persimpangan besar, akan selalu ada kemacetan. Pembuatan underpass dan mungkin lebih banyak fly over mungkin bisa jadi solusi, namun perlu sebanyak apa penunjang infrastruktur seperti itu untuk memecah kemacetan? Tidak ada yang tahu. Infrastruktur tentu saja penting, tapi lebih penting lagi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar memakai kendaraan umum.

Dengan kemacetan yang sudah biasa terjadi di Yogyakarta, kini simpan Kentungan ditutup untuk pembangunan underpass. Bisa dibayangkan akan seperti apa corak kemacetan yang mungkin terjadi di seantero daerah ringroad yang akan jadi jalur alternatif pengalihan. Kondisi normal saja sudah macet, kini salah satu persimpangan besar di Jalan Kaliurang ditutup. Iya memang demi pembangunan Underpass, jadi mau apa lagi.

Semoga jika underpass selesai dibangun dan kemacetan terurai, masyarakat dapat terbangun kesadarannya untuk memakai kendaraan umum, bukan malah menambah kendaraan pribadi.

Selain itu, warga Yogyakarta juga perlu untuk meningkatkan kesadarannya dalam pemilu. -Seperti yang kita tahu, tahun 2019 ini kita akan melakukan pesta demokrasi besar-besaran. Tidak tanggung-tanggung, rakyat akan memilih Presiden, Wakil Presiden, DPR, DPRD, dan DPD. Tentu ini bukan pilihan main-main, karena kita wajib memilih pemimpin politik yang memang punya kapabilitas baik dan integritas yang bagus.

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi yang akan mengirimkan 8 orang anggota DPR dan 4 orang anggota DPD. Sudahkah warga Yogyakarta melakukan penggalian atas calon legislatif yang akan menduduki kursi-kursi tersebut?

DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat, dan DPD adalah Dewan Perwakilan Daerah. Jika kita sudah familiar dengan DPR, sudahkah kita familiar dengan DPD?

Salah satu calon legislatif yang mencalonkan diri menjadi anggota DPD DIY adalah Bambang Soepijanto. Mantan Dirjen Planologi dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini memiliki nomor urut 24 sebagai caleg DPD DIY. Mengusung semangat sebagai DPDnya Wong Cilik, beliau berkomitmen untuk menjadi pemimpin yang berwawasan kerakyatan, termasuk memberi kesadaran akan penggunaan transportasi publik di Yogyakarta.

Buka situs bambangsoepijanto.com untuk tahu tentang Bambang Soepijanto lebih dalam.

 

Ikuti tulisan menarik Hamzah Zhafiri Dicky lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB