x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cara Agar Tidak Terjerumus Hoax

Akhir-akhir ini saya banyak menerima berita dari teman-teman soal akun twitternya yang kena suspend dari twitter.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

tulisan oleh : Elrisa T Nadelia

Akhir-akhir ini saya banyak menerima berita dari teman-teman soal akun twitternya yang kena suspend dari twitter. Akhir-akhir ini juga di twitter saya terpampang dengan nyata apa saja yang menjadi trending topic (di Indonesia), yap: topik Politik.
 
Saya belum begitu paham kenapa twitter memberikan suspend kepada akun-akun penggunanya. Apakah karena disangka bot, apakah akun pengguna itu kerjaannya nge-buzz melulu, menaikkan tagar agar bisa menjadi trending topik? Katanya sih karena: 'aktivitas yang tidak biasa'. Tapi aktivitas apa yang dimaksud? Saya belum mengerti.

Beralih ke soal politik. Pembahasan mengenai politik terasa memanas saat ini. Namanya juga menuju pemilu 2019. Tak heran setiap hari menjadi trending topic di twitter. Ada aja tagar yang dimasukkan setiap harinya. Di luar twitter pun juga menjadi trending topic.

 
Menurut saya, sah-sah saja kita mendukung calon presiden dan calon wakil presiden jagoan kita. Namun, tidak sah kalau sudah berkata-kata tidak benar, saling menjatuhkan, dan parahnya lagi: menyebar hoax.
 
Apalagi, ada yang mengemas kalimat-kalimatnya dengan tulisan yang indah dan halus, padahal informasinya tidak benar. Ada yang pernah bilang: Hoax dibuat dengan niat jahat, disebar dengan "niat baik" karena merasa peduli berbagi. Jadi, pembaca yang budiman harus hati-hati.
 
Sebelum jauh membahas hoax, mari kita bahas apa arti "hoax". Barangkali ada yang belum tahu apa artinya. Nah, "hoax" yang dalam tatanan kata Bahasa Indonesia yaitu "hoaks" sudah masuk ke dalam KBBI.
 
Lalu, bagaimana caranya agar tidak terjerumus hoax?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sabar! Jangan buru-buru sebar!

Eitttsss! Sabar dulu. Tahan dulu. Jangan karena isinya sejalan dengan persepsi dan opini kita, lalu kita meyakininya sebagai kebenaran. Ingat: Saring sebelum sharing. Saring dulu apa yang mau kita bagikan. Jangan sampai kita menyambung rantai per-hoax-an itu.

Jadi kudu gimana dulu?

 

Cek dan ricek berita yang didapatkan
 
Hati-hati dengan judul provokatif

Biasanya berita hoax mengandung judul sensasional yang memancing minat pembaca. Judul-judul heboh sudah menjamur yah? Kadang isinya benar, kadang isinya clickbait. Jadi, kita sebaiknya tidak mudah terpancing dan tidak mudah percaya. Apalagi yang suka baca judulnya saja, janganlah mudah menyimpulkan.

Cermati sumber berita

Mengetahui sumber berita ini penting, apakah berita berasal dari sumber terpercaya atau bukan. Lihat juga situsnya apakah situs abal-abal atau media mainstream seperti surat kabar (baik cetak maupun elektronik). 

Media mainstream tidak dijamin 100% bebas hoax

Parahnya, media mainstream tidak dijamin 100% bebas hoax. Tahu media mainstream yang biasa nongol di laman pertama google? Terus, pernah baca berita yang isinya ternyata hanya bersumber dari akun-akun media sosial tanpa mengadakan wawancara? Akun media sosial yang dijadikan sumber bukan akun orang yang bersangkutan pula. 

Contoh beritaya berjudul: 'Miris, Kuliah Jurusan Fisika Nuklir di Jerman, Pria Ini Malah Menjadi Driver Ojol'. Berita itu menimbulkan tanggapan setidaknya bagi diri saya: Pertama, ada yang salah dengan menjadi drivel ojol, judulnya pakai kata 'miris' segala biar heboh ya? Kedua, informasi itu ternyata dari medsos curhatan penumpangnya. Bukan wawancara dengan siapapun, dengan penumpang, dan -yang paling penting- dengan driver itu.

Perhatikan juga apakah media online itu mempunyai kontributor atau tidak, karena faktanya, Tidak semua berita dari situs berita dibuat oleh jurnalis dan editor.

Di antara pembaca mungkin juga sudah pernah mendengar pelesetan kata dari nama media seperti *****tipu dan **oon. Hal tersebut terjadi karena media itu diduga tidak memberikan informasi yang netral dan tidak bebas dari keperpihakan kepada penguasa yang berhubungan dengan politik. Perilaku tidak netral dan keberpihakan sudah menyalahi prinsip jurnalisme.

Bandingkan dengan berbagai sumber

Perhatikan fakta dan data. Bedakan fakta dengan opini. Fakta adalah kesaksian tanpa bukti. Sedangkan opini adalah pendapat yang cenderung bersifat subjektif. Bandingkan dengan sumber-sumber lain agar mendapatkan gambaran yang lebih utuh. Di tahun politik ini, sebaiknya kita berhati-hati dengan informasi yang berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. 

Mengerti bahwa foto dan video belum tentu asli

Pada zaman yang canggih ini, foto dan video juga bisa dimanipulasi. Jadi, lagi-lagi kita diharapkan agar jadi pribadi yang tidak mudah percaya berita yang belum jelas asal-usulnya. Kalau mahu tahu alias kepo sangat, kita bisa menggunakan fitur Google Images untuk mencari gambar serupa dan membandingkannya. Kita harus jeli. Video juga tak terhindar dari editan, apalagi dengan keberadaan teknologi lipsinc, perhatikan betul gerak-gerik mulut orang yang ada di dalam video dengan kata-kata yang dikeluarkannya.

Konfirmasi langsung dari sumber yang bersangkutan

Paling baik adalah mendapatkan informasi secara langsung dari orang yang bersangkutan, dengan melakukan tabayun/ konfirmasi (atau dari melihat video atau rilis dari situs resminya).

Ikut forum diskusi anti hoax

Dengan mengikuti forum-forum anti hoax, kita bisa bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau tidak.

Memeriksa di Stophoax.id

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI sudah meluncurkan situs stophoax.id yang bisa kita gunakan untuk memeriksa apakah suatu berita itu hoax atau tidak dengan memasukkan kata kuncinya.  Canggih yah?

Hentikan Hoax
 
Saatnya kita putuskan informasi hoax itu. Ingat, tombol report dibuat bukan tidak ada gunanya.

Di Facebook ada fitur Report Status. Di twitter ada Report Tweet. Di instagram ada fitur report juga. Di google ada fitur feedback.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI juga melayani pengaduan konten negatif dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id

Kita harus hati-hati dalam mengunyah informasi.

Jangan sampai kita menjadi penyambung hoax ya ^^

Kalau twitter bersih-bersih penggunanya, kita juga bisa bersih-bersih informasi di dalam otak kita dengan tidak mengindahi informasi hoax.

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler