Perang Kubu CaPres di Media Sosial
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBSaya rasa wajar jika pendukung Prabowo melawan. Dan ini baru kali pertama terjadi di tahun politik
Debat capres kedua telah usai. Kini masing-masing kubu saling menyerang di lini media sosial Facebook. Berbagai foto, video dari peserta debat diungkit dan saling membuly. Terlebih peserta debat capres nomor urut -01, Joko Widodo.
Seakan-akan pendukug capres nomor urut 02 mengajak 'perang' dengan menampilkan meme politik sindiran kepada calon petahana tersebut.
Saya rasa wajar jika pendukung Prabowo melawan. Dan ini baru kali pertama terjadi di tahun politik selama Indonesia menjadi salah satu negara yang katanya negara demokrasi.
Entah benar atau tidak. Para pengamat politik tanah air menyatakan Indonesia kebablasan dalam menjalankan demokrasi. Hal ini begitu tampak dari saling beringas mengolok, mencaci bahkan memfitnah jelang pemilu mendatang.
Apalagi ucapan dari masing-masing peserta capres disiarkan secara langsung oleh beberapa stasius televisi. Tentu memudahkan para penonton unuk menyimak dan mendengarkan tiap-tiap kalimat maupun gestur tubuh dari masing-masing peserta debat.
Di lini facebook saya contohnya. Masing-masing pendukung saling melempar data fakta. Rekam jejak media digital jadi senjata pamungkas untuk melumpuhkan lawan. Apalagi capres nomor urut 01 merupakan Presiden aktif yang dengan mudah dikritik dan dilacak tiap pernyataannya dari media online tanah airu. Tinggal dibagikan (share, dan dikomentari) masing-masing pendukung.
Terlebih kebohongan-kebohongan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) selama empat tahun terakhir dimasa jabatannya.
Kebohongan yang ramai dibully kubu Prabowo. Diantaranya klaim pemerintah capres petahana soal tiga tahun sudah Indonesia tidak pernah terjadi kebakaran hutan lahan (karhutlah).
Padahal data rekam jejak media digital masih bersisa di situs pencarian google.
Jika kita buat kata kunci pembakaran lahan hutan. Maka akan keluar jutaan artikel terbaru. Baik tiga tahun terakhir maupun puluhan tahun masih tersimpan di data base perusahaan milik Amerika tersebut.
Jadi, menurut saya, Presiden jokowi sudah tidak perlu bohong kepada rakyat.
Sesuai materi debat tema semalam mengenai Infrastruktur, Energi, pangan, Sumber daya alam dan lingkungan hidup, masyarakat tinggal mengecek kebenarannya lewat situs pencarian google.
Banyaknya serangan ke kubu pemerintah di lini masa facebook saya membuat saya penasaran. Dari salah satu artikel yang saya lihat terdapat data fakta yang sebenarnya.
Salah satunya data karhutla di Indonesia yang berasal dari BNPB:
- Tahun 2019 (hingga Februari): 5 kali kejadian karhutla, 1 orang hilang/meninggal dunia
- Tahun 2018: 370 kali kejadian karhutla, 4 orang hilang/meninggal dunia
- Tahun 2017: 96 kali kejadian karhutla, tak ada korban jiwa/hilang
- Tahun 2016: 178 kali kejadian karhutla, 2 orang hilang/meninggal dunia.
Jadi pernyataan tiga tahun tidak ada kebakaran hutan dimaksud Jokowi yang mana?
Seakan-akan apa yang pernah diucapkan Jokowi kepada awak media datanya bohong alias tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
Bisa diambil kesimpulan sangat bertolak belakang dengan ucapan capres petahana yang mengada-mengada disaat debat capres Minggu (17/2/2019) malam tersebut.
Saya pikir pak Presiden sudah berhalusinasi selama memimpin tanah air. Masak tidak memiliki data akurat dari bawahannya.
Data lainya yang diserang oleh pihak oposisi yaitu soal ‘Unicorn’.
“Unicorn disini maksudnya dunia perusahaan rintisan atau startup, Pak?” kata Prabowo memperjelas pertanyaan Jokowi saat segmen adu argumen.
Dengan mudah bagi Prabowo untuk menanggapi pertanyaan dari calon rivalitasnya mengenai Unicorn. Netizen pun banyak memberikan komentar soal isu ini. Rata-rata pemakai facebook menyebutkan Prabowo sangat jago berbahasa asing terlebih Inggris.
Di tulisan ini saya mencoba sedikit mengulas mengenai Unicorn. Mengingat, ungkapan ini sangat fenomena paska debat capres semalam.
Dilansir dari beberapa sumber menyebutkan istilah unicorn digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan privat yang telah mengantongi valuasi lebih dari US$1 miliar.
Istilah unicorn di dunia startup pertama kali diperkenalkan oleh pemodal kapital Aileen Lee pada tahun 2013.
Lee menggunakan istilah unicorn untuk mendefinisikan perusahaan teknologi yang dinilai memiliki ide dan solusi tak biasa dengan valuasi lebih dari US$1 miliar.
Valuasi startup merupakan nilai ekonomi dari bisnis yang digeluti suatu perusahaan rintisan. Valuasi biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis sebuah perusahaan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Konco Ossy Bantu Korban Banjir di Jawa Timur
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBPerang Kubu CaPres di Media Sosial
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler