Dalam beberapa bulan ini, Daerah Istimewa Yogyakarta memang dilanda cuaca ekstrem. Hujan lebat, angin kencang, dan bahkan badai besar pun terus melanda. Cuaca ini pun membuat lingkungan menjadi basah dan lembab, lantas mengundang berbagai kemungkinan penyakit. Salah satunya demam berdarah
Terdapat 30 kasus Demam Berdarah (DB) selama Februari 2019 di Kota Yogyakarta.
Bila diakumulasikan dengan data Januari 2018 yang mencapai 67 kasus maka hingga Rabu (27/2/2019) total kasus DB di Kota Yogyakarta sejumlah 97 kasus.
Untungnya, dari jumlah tersebut seluruhnya dapat tertangani dan tidak ada pasien yang meninggal dunia akibat DB.
Sebaran kasus DB per kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta pada Februari 2019 beragam:
Mulai dari Karangwaru 3 kasus, Gowongan 1 kasus, Klitren 2 kasus, Tegalpanggung 1 kasus, Bausasran 1 kasus, Notoprajan 2 kasus, Gedongkiwo 1 kasus, Suryadiningratan 1 kasus, Kadipaten 1 kasus, Panembahan 1 kasus, Prawirodirjan 1 kasus, Wirogunan 1 kasus, Keparakan 1 kasus, Brontokusuman 2 kasus, Pandeyan 2 kasus, Giwangan 1 kasus, Semaki 1 kasus, Mujamuju 1 kasus, Tahuna 2 kasus, Prenggan 1 kasus, dan Rejowinangun 3 kasus.
Periode yang sama dibandingkan tahun lalu, tahun ini kenaikannya signifikan. Kemarin turun sekali. Tertinggi saja pada 2018 ada 20 kasus di Mei.
Meski awalnya diperkirakan kenaikan kasus DB terjadi selama lima tahunan, namun dari kasus DB tertinggi pada 2016 hingga saat ini 2019 yang belum berjarak lima tahun, membuat banyak sedikitnya kasus DB tidak bisa lagi diprediksi.
Saat ini hujan cenderung tinggi. Hampir tiap sore hujan. Selama masyarakat menerapkan PSM (Pemberantasan Sarang Nyamuk), maka DB bisa dicegah.
Selain mengenai DB, penyakit yang datang ketika musim hujan yakni Leptospirosis tercatat sebanyak lima kasus pada 2019 ini. Satu di antaranya meninggal dunia.
Hal ini pun menjadi catatan penting bagi masyarakat dan pemerintah serta instansi terkait. Sudah saatnya pemberantasan sarang nyamuk kembali digalakkan oleh warga. Sarang nyamuk umumnya muncul dari genangan air. Maka itu, penting untuk memastikan genangan air di sekitar lingkungan kita diurus dengan baik. Contohnya, dengan menguras bak mandi secara rutin, menggunakan obat pembunuh jentik nyamuk di tempat penampungan air, dan lain sebagainya.
Kejadian ini pun menjadi perhatian juga bagi seorang tokoh politik lokal, Bambang Soepijanto. Ia mengaku prihatin dengan merebaknya kasus demam berdarah ini. Menurutnya, hal ini bisa diantispasi dengan turut menjaga lingkungan.
Sebagai calon anggota DPD dapil DIY yang peduli dengan masalah lingkungan, Bambang Soepijanto menegaskan bahwa lingkungan harus jadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah, agar kesehatan rakyat terjaga dan tidak ada penyakit tertentu yang merebak.
Ikuti tulisan menarik Hamzah Zhafiri Dicky lainnya di sini.