x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Medsos di Hari Tenang, akankah Tenang?

Pertempuran antarnarasi mungkin akan semakin intens dilakukan oleh pendukung, relawan, simpatisan, warganet non-partisan, hingga buzzer.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Masa kampanye sudah berakhir, begitu pula debat capres-cawapres sudah selesai Sabtu malam, 13 April. Hari tenang dimulai hingga saatnya rakyat memberikan suara, 17 April. Pesan dan kesan sudah terkirim dari kedua capres kepada rakyat lewat pemberitaan, wawancara, debat, kampanye terbuka, hingga beragam iklan. Terhitung sejak Ahad, 14 April, media cetak, elektronik, maupun media sosial tidak lagi diizinkan untuk menampilkan materi kampanye.

Apakah larangan beriklan itu akan efektif dalam menjadikan ‘hari tenang’ benar-benar tenang? Kemungkinan sih sukar, mengingat larangan ajakan dan imbauan untuk memilih pasangan 01 atau 02 di media sosial hanya berlaku untuk iklan berbayar dan unggahan konten oleh akun media sosial peserta pemilu dan tim pemenang yang terdaftar di KPU. Larangan ini berlaku untuk ‘status’ hingga video di media sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Larangan untuk mengajak dan mempersuasi warga maupun mempromosikan capres/caleg tidak diberlakukan untuk warganet karena dianggap membatasi kebebasan berbicara. Tampaknya, inilah celah yang akan mudah dipakai oleh kedua kubu capres, partai, maupun caleg serta pendukung dan relawan. Mereka akan bermain tanpa memakai akun-akun resmi yang terdaftar di KPU. Unggahan konten bisa dilakukan orang lain, tidak mesti dilakukan sendiri. Bisa oleh saudara, teman, siapa saja, termasuk buzzer.

Jadi, meskipun tahapan pemilu secara resmi sudah memasuki hari tenang, tampaknya tiga hari ke  depan berpotensi untuk tidak benar-benar tenang. Kampanye persuasif berbayar, yang dilarang selama masa tenang, akan diganti dengan kehadiran narasi ajakan maupun narasi negatif yang semakin intensif dan dilakukan individu-individu tanpa perlu membawa nama partai, timses, atau nama caleg.

Ajang pertempuran narasi akan semakin ramai di media sosial, sementara di media resmi mungkin akan berlangsung secara terselubung. Pertempuran antarnarasi mungkin akan semakin intens dilakukan oleh pendukung, relawan, simpatisan, warganet non-partisan, hingga buzzer yang sangat mungkin bakal gencar membombardir ruang publik virtual. Maklum, waktu tinggal 3 hari.

Begitulah, jagat media sosial tampaknya tidak akan senyap dari politik di hari-hari tenang ini. Pertempuran antarnarasi akan berlangsung intensif. Siapapun yang berkepentingan dengan hari pemungutan suara tampaknya akan memanfaatkan benar sisa waktu yang tersedia dengan mengeksplorasi potensi media sosial. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler