Mengapa harus GOLPUT? ungkapan itu muncul di grup whatsapp keluarga sesaat setelah saya memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilih saya. Satu penyebabnya, pihak KBRI tidak memberikan lagi kesempatan untuk pindah surat suara dengan alasan bisa menggunakan surat suara cadangan. Kedua, muak sebenarnya dengan militansi pendukung kedua pasangan calon presiden tanpa mereka memikirkan apa hal positif yang bisa mereka petik dari sikap mereka yang seperti itu.
Sampai hari ini saya tidak bisa melihat tujuan lain Pak Jokowi untuk menggandeng KH. Maaruf Amin sebagai wakilnya selain mengambil suara dari segmen tertentu. Begitu juga sebaliknya. Dosa lama Pak Prabowo di era orde baru sudah menjadi satu titik untuk tidak memberikan suara.
Sejujurnya apa yang diharapkan dari para pendukung kedua calon presiden ini? tentunya adalah pemaparan program - program jagoannya dalam membangun negara kedepannya. Tapi itu semua ada pepesan kosong. Karena sejauh ini mereka hanya meributkan dosa lama dan juga saling hujat kelemahan individu. Satu hal, kalau kalian memunculkan keburukan masing-masing musuh kalian. Seakan - akan demokrasi menawarkan yg buruk - buruk ke kita sehingga kita harus memilih yg paling baik dari antara yang buruk?
“Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.” -Tan Malaka-
Ikuti tulisan menarik Alfonsius lainnya di sini.