Gagalnya Demokrasi Perwakilan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fokus di Pilpres, masyarakat lupa Pileg

Indonesia telah sepakat menerapkan demokrasi perwakilan. Suara kita, kita wakilkan kepada para anggota parlemen yang terhormat. Namun sayang, tampaknya demokrasi perwakilan gagal saat ini, di tengah pemilu serentak presiden, DPR, DPRD, dan DPD.

Salah satu indikasi kegagalan demokrasi perwakilan adalah pemilu presiden (pilpres) lebih ramai diperbincangkan, baik kampanyenya, figurnya, debatnya dll, dibandingkan pemilu calon legislatif (caleg). Siang malam diskusi di media sosial lebih ramai seputar pilpres. Bahkan ada yang saling bunuh hanya masalah pilpres. Demikian pula keluarga dan teman jadi ribut karena saling bela capres cawapresnya. Padahal kebijakan dibuat oleh legislatif, mulai dari DPRD Kab/Kota, DPR Provinsi, dan DPD.

Presiden selaku eksekutif sebenarnya lebih sebagai pelaksana dari kebijakan yang telah dibuat oleh legislatif. Termasuk program apa yang akan dikerjakan eksekutif, harus mendapat persetujuan dulu melalui APBN dan APBD.

Sayangnya, tidak banyak masyarakat yang kenal dan tahu program-program caleg. Demikian pula sebaliknya, caleg tidak banyak menawarkan program yang akan dikerjakan nantinya. Spanduk bertebaran di mana-mana sebagian besar hanya foto dan nama, tanpa disebutkan pengalaman dan program apa yg akan dikerjakan. Terlebih citra lembaga legislatif terus terpuruk di mata masyarakat akibat banyak kasus yang menerpanya, sehingga banyak masyarakat yang abai dengan pemilu caleg.

Maka kita terjebak pada perdebatan panjang seputar figur capres dan cawapres. Seolah mereka adalah superhero yang bisa melakukan segalanya. Jika demikian halnya, maka negara kita belum menjadi negara hukum yang sempurna, karena hukum masih tergantung pada figur, bukan pada sistem. Jika sistem sudah dibenahi dengan baik, dengan memilih wakil-wakil terbaik, seharusnya siapapun presiden dan wapresnya, akan berjalan dengan baik.

Maka perbincangan seputar capres cawapres perlu mendapat proporsi yang wajar, jangan berlebihan. Pengetahuan dan perbincangan seputar caleg juga penting. Ayo kenali caleg daerahmu. Selamat memilih!

 

Roziqin, Dosen Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Jakarta

Bagikan Artikel Ini
img-content
Roziqin Matlap

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Kenaikan Premi BPJS Kesehatan Bukan Solusi

Selasa, 19 Mei 2020 15:58 WIB
img-content

Gagalnya Demokrasi Perwakilan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler