KUDUS, Jawa Tengah. Jalan Sunan Kudus dipenuhi oleh pedagang kaki lima (PKL) saat menjelang datangnya bulan Ramadan karna sedang di adakan tradisi dandangan,tradisi dandangan ini tradisi yang sangat terkenal di kudus dan sekitar nya, karna di acara dandangan ini banyak di jual barang-barang rumah tangga,buakan hanya itu saja barang-barang yang di jual,disana juga banyak menjual berbagai macam makanan seperti soto ayam, mie ayam, nasi goreng, bakso, dan lain disana juga menjual jajanan pasar seperti onde-onde martabak,donat sallju,gorengan,sosis bakar,danjuga berbagai macam minuman.
Dandangan juga menjadi tempat menjual berbagai macam pakaian dari mulai pakaian untuk ibu-ibu,hinga pakaian untuk anak-anak,di dandangan ini menjadi tempat favorit untuk warga kudus untuk mebeli berbagai macam pakaian karna harga yang di tawarkan disana sangat terjangkau dan dapat di tawar ,dandangan ini biasanya belansung selama 7 hari menjelang puasa Ramadhan dan di adakan dari alun-alun kudus hingga pasar jember disana banyak berdiri stand-stand jualan yang memadati jalan -jalan yang di gunakan untuk berjualan, pada saat diadakan dandangan jalan dari alun-alun hingga pasar jember di peruntukan hanya untuk pejalan kaki yang sedang berada di dandangan kudus.bukan hannya cerita suasana tentang dandangan saja yanmenarik tapi juga sejarah tentang dandangan juga sangat menarik untuk di ketahui.berikut ini sedikit sejarah tentang awal mula diaadakannya tradisi dandangan.
Secara historis, upacara rakyat kudus itu sudah eksis sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya sejak Sunan Kudus atau Syeikh Ja’far Shodiq, salah satu wali songo penyebar agama Islam di Jawa, masih sugeng (hidup). Masyarakat dari berbagai daerah menunggu pengumuman awal Ramadhan dari Kanjeng Sunan Kudus, dikarenakan beliau adalah salah seorang wali sanga yang pernah menjabat sebagai imam kelima (terakhir) masjid Demak pada akhir masa pemerintahan Sultan Trenggana dan pada awal masa Sunan Prawata. Menurut De Graaf dan Pigeaud, Sunan Kudus pindah dari Demak dengan mendirikan Kota Kudus setelah berselisih paham dengan Sultan Demak mengenai jatuhnya awal bulan Ramadan kala itu. Dalam kedudukannya sebagai imam masjid, tentu saja Sunan Kudus dikenal sangat alim dalam ilmu agama, terutama fiqih dan falak.
Konon, sejak zaman Syeikh Ja’far Shodiq, setiap menjelang bulan puasa, ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara guna menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal puasa. Para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tapi juga dari daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang, bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Pada hari menjelang puasa, setelah berjamaah salat ashar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal puasa. Pengumuman itu dilanjutkan dengan pemukulan beduk yang berbunyi “dang-dang-dang”. Suara beduk yang bertalu-talu itulah yang menimbulkan kesan dan pertanda khusus tibanya bulan puasa. Berawal dari suara dang-dang, setiap menjelang puasa, masyarakat Kudus mengadakan tradisi Dandangan. (Hamid)
Ikuti tulisan menarik Kaito 3 lainnya di sini.