Membangun Relasi Melalui Dakwah Ekonomi

Selasa, 25 Juni 2019 17:26 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belajar belanja di toko tetangga untuk membantu ekonomi umat lebih mandiri.

Pada hari jum'at 21 Juni 2019, Tanpa sengaja saya bertemu dengan ketua cabang organisasi Muhammadiyah salah satu yang ada di Kab. Bekasi, Kejadian itu terjadi pada saat sedang sholat Jum'at yang bertempat di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Bekasi, setelah selesai sholat kami berbincang bincang karena sudah lama tidak bertemu, seperti kawan lama yang bertemu kembali menanyakan kabar, perkembangan persyarikatan dan lain sebagainya.

Beberapa tahun yang lalu saya rutin ikut pengajian ditempat beliau, Beberapa bulan belakangan ini saya jarang hadir karena saya mulai menyibukan diri, setelah pulang kerja terus berangkat kuliah, jadi waktunya cukup sibuk hanya bisa ikut pengajian seandainya kuliah sedang libur saja.

Beberapa pelajaran yang saya tangkap dari bertemunya dengan ketua cabang, walapun sebetulnya obrolan ini tidak resmi dan tidak seperti ceramah pengajian, obrolan santai suasana tidak tegang penuh dengan bercandaan khas seorang ketua cabang yang selama ini saya kenal, beliau mengatakan bahwa sekarang perkembangan dakwah menggunakan relasi ekonomi sedang ditekuninya, Selama ini kita terjebak dalam dakwah dilingkungan saja, Lebih tepatnya berdakwah sesama dengan anggota organisasi saja, Relasi hanya dapat dari satu organisasi saja, kurang bergerak keluar jadinya.

Dengan mengadakan suatu trobosan baru yang dinamakan "Belanja Kolektif", Dari sini kita bisa bertemu dengan beberapa masyarakat dengan berbagai macam paham keagamaan yang lain, tidak hanya satu organisasi saja. Lebih tepatnya dibuka untuk umum siapa saja boleh ikut, Trobosan ini adalah mencari jalan agar lebih mudah mendapatkan relasi dan menyatukan ekonomi umat.

Ketika suatu saat ada kegiatan yang bermanfaat bisa kita panggil relasi relasi yang sudah kita kenal, dengan begitu persatuan umat akan terjalin baik. Kerukunan berwarga negara akan berjalan dengan baik.

Sebetulnya tujuan utama dari Sistem Belanja Kolektif bukan hanya soal relasi, Tapi lebih kepada membangun ekonomi umat yang mandiri, Ketika menjadi bagaian dari anggota Belanja Kolektif Ini, kita bisa mempromosikan barang dagangan, Misalkan kita punya produk pasta gigi, Saudara kita punya produk sabun mandi, Tetangga kita punya produk Deterjen, Terus kita kumpulkan dan kita bentuk paket yang isinya beberapa macam produk kebutuhan sehari hari, nanti kita jual kepada anggota Belanja Kolektif tersebut, dari kita untuk kita bisa juga kita tawarkan kepada masyarakat sekitar walaupun tidak masuk menjadi anggota Belanja Kolektif.

Dari hasil jualan paket yang isinya beberapa macam produk yang mana produk tersebut dari para anggota Belanja Kolektif, Kita bisa mengambil keuntungan untuk kepentingan agama dan umat, lebih tepatnya memotong harga penjualan paket tersebut, misalnya harga asli Rp.150.000 kita buat harga jual menjadi Rp.160.000 dan yang Rp.10.000 bisa digunakan untuk kepentingan agama. Misalkan Rp.5.000 untuk Infaq, dan Rp.5.000 untuk kas.

Contoh lain misalnya mengadakan sebuah acara seperti pengajian atau kegiatan lainya, ketika membutuhkan dana, kita lebih mudah jadi tidak perlu seperti membuat proposal bantuan, kita gunakan dana kas tersebut, Untuk membayar Ustadz yang mengisi pengajian, Untuk santunan Anak yatim dan Untuk Berdonasi kepada orang yang kurang mampu.

Jadi belanjalah ditoko tetangga atau lebih tepatnya untuk membantu ekonomi umat sekitar kita, Belilah barang dagangan mereka kita tidak tahu hasil keuntungan dari penjualan mereka bisa digunakan untuk kepentingan mereka misalkan melunasi Utang, Kita tidak tahu mereka jualan seperti itu untuk kebutuhan keluarga yang sangat darurat misalnya anggota keluarga ada yang sedang sakit, sedangkan orang tersebut mengandalkan keuanganya dari hasil keuntungan perdagangan tadi.

Dengan begitu secara tidak langsung sebetulnya kita membantu sesama saudara lewat proses jual beli, Janganlah kita menawar harga kepada pedangang kecil dengan kasar dalam arti memojokkan terus si penjual agar memberi harga lebih murah, Kita tidak tahu sesungguhnya mereka di belakang sedang amat sangat membutuhkan keuntungan tersebut walaupun kecil, yang penting dengan cara mencari rezki yang halal

WaAllahu Alam Bishowab

Adis Setiawan, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nusantara - Bekasi

Bagikan Artikel Ini
img-content
Adis Setiawan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler