x

Terlepas dari kisah cintanya saat ini dengan Justin Bieber, model bernama lengkap Hailey Rhode Baldwin sempat mendukung hubungan Justin dengan penyanyi Selena Gomez, September 2011 silam. Splash News

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 29 Juli 2019 08:54 WIB

Ketika Remaja Mulai Jatuh Cinta

Merespon remaja yang sedang jatuh cinta perlu diperhatikan oleh orang tua agar membantu anak menghadapi tugas perkembangannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

managing your soul

Bagaimana Ayah/Bunda jika nanti ananda yang laki-laki sudah mulai berkehendak kepada lawan jenisnya. Mulai bercerita, “Bu, aku suka sama dia!” atau “Pak, aku suka sama dia!” Respon terbaik orang tua di saat itu adalah merangsang anaknya untuk mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya. Membangun kesadaran dan menyentuh logika dan perasaaannya serta mengikat jiwanya dengan prinsip yang kokoh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Coba katakan kepada anak laki-laki (usia 11-14 tahun), “Allah Maha Pengasih/Penyayang. Lihat detak jantungmu bukan kamu yang mengendalikannya, pencernaan di ususmu bukan kamu yang mengendalikannya, begitu pula peredaran darahmu, pernapasanmu, dan teknik tubuhmu mengeluarkan racun atau sisa makanan atau kotoran. Pasti ada yang menguasainya. Allah lah yang mengendalikannya. Itu tanda Allah Swt menyayangimu. Getaran kasih sayang Allah dan Rasul-Nya sampai ke Ibu. Ibu juga sayang sama kamu, coba sebutkan tanda-tanda ibu sayang kamu?

Biarkan ananda menjawab, sementara ibu sudah benar menunjukkan cintanya kepada ananda.  “Ibu sayang kamu karena Allah Maha Penyayang, Nabi Muhammad saw yang menjadi contoh kita dalam berkasih-sayang.

Ibu telah telah terbukti cintanya kepada ananda atau ananda merasa dicintai, dengan diidentifikasi terlebih dahulu apakah dengan pujian, waktu bersama, kegiatan bersama, hadiah atau sentuhan. Kasih sayang orang tua terbukti jauh lebih besar daripada teman lawan jenisnya (usia 11-14 tahun). Kasih sayang Allah jauh lebih besar lagi daripada kasih sayang orang tua.

Apa yang perlu kita lakukan untuk bersyukur kepada Allah? Apa yang perlu kita lakukan untuk berterimakasih kepada Allah?

Baiknya Ayah/Bunda mengambil hikmah terlebih dahulu dari kisah  keturunan Ibrahim as (yang dikasihi Allah). Kisah ayah dan anak-anaknya yaitu Ya’qub as, Yusuf as dan saudara-saudarany). Ingat ya, bukan cuma kisah Yusufnya saja!

Dulu ketika Ayah/Bunda mau menikah barangkali ada 8 kaidah yang saling dipahami, dan sepintas sesuai dengan hikmah kisah dalam Qur’an Surat Yusuf. Bahwa kaidah ini memuliakan keluarga dan mempertahankan kekeluargaan, lebih dekat kepada nilai fitrah, bukan nilai-nilai ekstrem.

Pertama, laki-laki dan perempuan memiliki kehendak satu sama lain yang menjadikan keduanya Allah ridhai atau Allah murkai. (Untuk kecenderungan terhadap lawan jenis lihat QS. 12: 24).

Kedua, mengajak zina adalah antitesa dari mengajak komitmen untuk nikah. Zina adalah perbuatan keji, mengajak nikah adalah perbuatan mulia. (QS. 12: 23-24, 53). Rasulullah Saw bersabda, “Lam ara lil mutahabbaini mitsla nnikaah”, yang artinya “Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling cinta, selain nikah” (HR Ibnu Majah).

Ketiga, kebutuhan seseorang kepada Allah untuk diselamatkan dari zina (QS. 12: 53).

Keempat, ketika seseorang memilih pasangannya dan saling berkomitmen maka di saat yang sama membatasi orang lain dalam arti tidak memilih orang lain (kecuali poligami, dibicarakan dalam konteks lain). Maka diperlukan lisan dan sikap yang terbaik. Akhlak terbaik telah ditunjukkan oleh Ya’qub as kepada anak-anaknya yang mencelakai Yusuf as. Begitupun Yusuf as, lisan dan sikapnya menunjukkan kemuliaan dirinya (QS 12: 23-24, 38, 77, 92, 100-101) dan ayahnya (QS. 12: 64, 83-84) ketika menghadapi saudara-saudara Yusuf as. Oleh karena itu, seseorang yang memilih pasangan dan saling berkomitmen nikah maka perlu sikap yang terbaik agaknya dengan do’a untuk orang lain yang tidak dipilih sebagai pasangan “… Rabbi inni u’idzu ha/hu bika wadzurriyata ha/hu minasysyaithoonirrajiim (QS. 3: 36)” yang artinya “Duhai Tuhan penciptaku, pemeliharaku, penyayangku, sesungguhnya aku mohon perlindunganMu untuknya dan keturunannya dari (gangguan) setan yang terkutuk”. Kemudian doa untuk diri sendiri “Rabbana hablana min azwaajina wadzurriyatina qurrata’ayun waj’alna lil muttaqiina imama (QS. 25: 74)” yang artinya “Duhai Tuhan pencipta kami, pemelihara kami, penyayang kami, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang qurrata’ayun dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”.

Kelima, ketika seseorang memilih pasangannya dan saling berkomitmen maka diperlukan meluruskan niat, istigfar dan taubat (lihat taubatnya saudara-saudara Yusuf as, QS. 12: 91,97).

Keenam, ketika ketika seseorang memilih pasangannya dan saling berkimitmen nikah maka diperlukan kesiapan untuk memaafkan (lihat maafnya Ya’qub as kepada anak-anaknya (QS. 12: 98), dan sikap pemaafnya Yusuf as kepada saudara-saudaranya (QS. 12: 92). Jadilah orang yang memaafkan sebelum orang lain meminta maaf. Karena pemaaf, menahan amarah dan istigfar itu karakter penghuni Surga (QS. 3: 133-135). Jadilah orang yang memaafkan, terlebih ketika datang orang lain kepada kita yang mengakui kesalahan dan meminta maaf!

Ketujuh, adanya keutamaan sikap mengakui kesalahan pribadi, bukan mencari-cari kesalahan orang lain (lihat pengakuan Yusuf as , QS. 12: 53 dan saudara-saudara Yusuf as, QS. 12: 91,97).

Kedelapan, ini hal yang tidak banyak diketahui oleh manusia. Ia adalah ‘mata air’ energi seorang muslim yaitu aqidahnya. Begitupun ‘mata air’ energi sebuah keluarga adalah aqidahnya. Perhatikan lisan Yusuf as! “Wahai penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. 12:39-40). Oleh karena itu, perlu melibatkan Allah dalam setiap pengambilan keputusan kita. Kita perlu dekat dengan Allah Swt sebagaimana Rasulullah Saw dekat dengan Allah Swt misalnya kedekatan itu karena Rasulullah Saw bersikap pemaaf yang meniru Allah Yang Maha Pengampun. Semua sifat-sifat hasanah Allah Swt (Asmaul Husna) perlu ditiru agar kita dekat dengan Allah Swt.

Dengan kaidah itu kita menjadi mengerti bagaimana harus berkata kepada ananda. “Nak sekarang kamu maunya gimana? Ini ada jalan untuk bersyukur berterimakasih sama Allah dengan bersekolah, itu ada jalan untuk membangun keluarga dengan menikah? Ini ada jalan untuk mempersiapkan diri untuk membangun diri dan keluarga, itu ada jalan untuk merusak kehormatan perempuan. Menghormati perempuan aqil baligh dengan cara bicara seperlunya, bekerjasama seperlunya, tidak bercampur baur, juga tidak bersentuhan. Satu lagi, pilihan lain untuk menghormati perempuan itu dengan mengusulkan komitmen untuk menikah jika ia juga siap dan mau menikah. Bukankah yang utama saat ini, perlu serius dengan sekolah dan kegiatan positifmu?”

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler