x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 6 Agustus 2019 16:54 WIB

Sisi Baik dari Putusnya Aliran Listrik

Di tengah kemarahan kepada PLN, lihatlah sudut-sudut lain dari kegelapan yang timbul akibat terputusnya aliran listrik. Di balik padamnya lampu-lampu, ada kebaikan yang dapat kita pungut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ketika banyak orang marah-marah kepada PLN, ada yang mengojok-ojoki agar menuntut ganti rugi kepada perusahaan negara ini, ada yang mengajak untuk mengajukan class action, dan ada pula yang menyalahkan kerugian bisnisnya akibat ‘ulah’ PLN, saya ingin melihat adakah sisi-sisi baik dari putusnya aliran listrik serentak. Kasihan bukan PLN di-bully dari atas sampai bawah? Memang benar, bisnis terganggu, perusahaan merugi, perjalanan kereta sangat terlambat, komunikasi seluler tersendat, dan banyak lagi keluhan kita. Tapi niscaya ada hal baik dari semua itu.

Di tengah kemarahan kepada PLN, saya ingin melihat sudut-sudut lain dari kegelapan yang timbul akibat terputusnya aliran listrik selama beberapa jam. Di balik padamnya lampu-lampu karena tidak ada arus listrik yang mengalir, ada sejumlah kebaikan yang dapat kita pungut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, ketika kegelapan menyergap, kita seperti orang yang baru menyadari bahwa ada sesuatu yang penting yang hilang walau sesaat dalam hidup kita, yaitu ‘terang’. Tampaklah bahwa karena terbiasa hidup dalam terang, kita gelagapan sewaktu hidup dalam gelap. Kita begitu bergantung kepada listrik. Sekalipun begitu, ketika sekeliling kita terang-benderang, kita tetap saja kerap mengeluh. Kita kurang perhatian dalam menjaga agar sekeliling kita senantiasa terang, kita kurang menjaga dan merawat agar terang kita tetap benderang. Misalnya saja, berhemat dalam memakai energi listrik.

Kedua, selama ini kita mungkin tidak peduli kepada PLN, kecuali ketika tarif dasar listrik naik: kita berteriak dan memaksa PLN menurunkan tarif. Selama ini kita barangkali acuh tak acuh kepada PLN, tapi ketika lampu-lampu rumah kita padam dan kita terjebak dalam kegelapan, kita mencari-cari ‘ooyyy... kemana PLN?’ Dan kini kita ramai-ramai merundung PLN yang sudah terduduk tak berdaya di sudut dinding. Bagaimana kita membantu PLN agar mampu bangkit dan membanggakan?

Ketiga, terputusnya aliran listrik memang merugikan bisnis banyak orang. Entah berapa banyak orang mengeluh telah mengalami kerugian--dari pebisnis besar, warung kelontong, hingga ibu-ibu yang makanan di kulkasnya terancam basi. Namun, sisi baiknya, matinya lampu membuat anggota keluarga bisa ngobrol bareng. Biasanya, jika aliran listrik lancar jaya, semua anggota keluarga sibuk sendiri-sendiri: melototi laptop, nonton drama televisi, mendengarkan musik dengan earphone menutup rapat telinga, atau bermain game hingga pagi hari. Padamnya lampu mendekatkan anggota keluarga.

Keempat, lantaran aliran listrik terputus lama, tidak banyak orang yang sibuk bermain gawai. Maklum, baterai dan power bank belum sempat diisi ulang. Sebagian orang merasa stres karena hapenya kosong dan baterai laptopnya belum diisi. Tapi, istirahat dari hape, istirahat dari media sosial, istirahat dari gosip dan membicarakan orang lain, bukankah ini positif buat kita? Kita bisa beristirahat barang sejenak, secara fisik dan secara psikologis.

Kelima, karena aliran listrik terhenti, tetangga yang biasanya jarang bertegur sapa lantas keluar dari rumah masing-masing. Dalam remang-remang lampu lilin, warga justru berkesempatan ngobrol santai sembari minum kopi dan menyantap kudapan. Sebagian kita juga menikmati langit malam yang cerah, menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip, serta menikmati kesunyian. Jarang bukan yang seperti ini kita lakukan? 

Keenam, banyak orang yang terbiasa hidup nyaman—rumah ber-AC—terpaksa ikut merasakan bagaimana susahnya saudara kita yang hidup dengan fasilitas listrik serba terbatas, apa lagi yang belum terjangkau listrik. Yah, barangkali saja, padamnya lampu rumah sedikit banyak bisa membangkitkan kepekaan empatetik kita, mendorong kita untuk merenung alangkah beruntungnya kita selama ini.

Ketujuh, anak-anak muda zaman now bisa merasakan bagaimana hidup di zaman old: tanpa gawai, teve masih jarang, kulkas pun tak ada. Kebanyakan keluarga hidup dengan lampu minyak tanah. Apa yang bisa dilakukan di tengah keterbatasan pasokan listrik dan fasilitas bertenaga listrik? Andai saja anak-anak zaman now bisa meresapi bahwa sekalipun fasilitas hidup di zaman old serba terbatas, tapi orang tetap bisa bahagia, bahkan mungkin lebih bahagia ketimbang sekarang.

Kedelapan, kita bagai dibangunkan dari tidur bahwa ternyata keamanan energi kita begitu rapuh. Selama ini kita merasa segala sesuatunya berjalan normal. Baik-baik saja. Hingga kemudian sesuatu terjadi dan menyentakkan kesadaran kita. Apabila terjadi sesuatu yang buruk, baik karena alam ataupun disengaja oleh perusak, nyatalah bahwa demikian mudah sumber kekuatan energi kita dibuat lumpuh. Kita tidak memiliki sumber energi cadangan yang siap dikerahkan untuk menghadapi situasi darurat. Momen kegelapan serentak ini menjadi momen introspeksi bersama: seberapa tangguh kita menghadapi kejadian tidak terduga?

PLN memang harus berbenah, sebagaimana banyak BUMN lainnya mesti berbenah agar kinerjanya bertambah baik, tapi kasihan juga kan kalau PLN terus-menerus jadi bulan-bulanan seolah tak pernah berbuat kebaikan buat kita. >>>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB