x

Iklan

dedy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 Agustus 2019

Kamis, 8 Agustus 2019 18:40 WIB

Gerakan Literasi Sekolah Parulian Diteliti Untuk Bahan Skripsi

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diterapkan Yayasan Pendidikan (YP) Parulian mendapat banyak respon positif dari berbagai kalangan. Keberhasilan YP Parulian menerapkan GLS telah diteliti oleh mahasiswa Jurusan Imu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) Wita Afsari Surbakti. Hasil penelitiannya itu dijadikan skripsi yang diterbitkan pada 2018 lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MEMBACA

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diterapkan Yayasan Pendidikan (YP) Parulian mendapat banyak respon positif dari berbagai kalangan. Keberhasilan YP Parulian menerapkan GLS telah diteliti oleh mahasiswa Jurusan Imu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) Wita Afsari Surbakti. Hasil penelitiannya itu dijadikan skripsi yang diterbitkan pada 2018 lalu. “Kami turut senang, sebab apa yang kami usahakan ini telah memberi banyak dampak baik bagi masyarakat, khususnya anak didik kami,” kata Sekretaris YP Erita Siburian di Medan, Kamis (8/8).

Wita meneliti bagaimana program GLS yang diterapkan YP Parulian sejak 2016 silam. Program ini dievaluasi apakah berjalan sesuai dengan panduan dari Kemendikbud. Hasilnya, Wita menemukan bahwa pelaksanaan GLS di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Parulian 1 Medan sudah sesuai dengan yang terdapat di buku panduan GLS Kemendikbud. "Berdasarkan hasil penelitian saya, GLS di Parulian sudah sesuai dengan panduan yang dikeluarkan Kemdikbud. Lebih detail bisa dibaca pada skripsi saya," terangnya saat diwawancarai di Medan.

Wita mengapresiasi konsistensi YP Parulian dalam menjalan GLS. Sebab gerakan literasi ini amat relevan dengan kebutuhan siswa di era informasi sekarang. Apalagi GLS ini, timpalnya, telah diterapkan secara terpadu dalam pembelajaran di kelas, sehingga membantu siswa memahami pelajaran dan mengembangkan kreativitasnya. "Terbitnya dua buku karya siswa Parulian juga menunjukkan kesungguhan sekolah ini menjalankan gerakan literasi," pungkasnya.

Menurut Erita, selama ini YP Parulian telah menerapkan GLS melalui tiga tahapan, yakni tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Pada tahap pembiasaan, katanya, siswa diwajibkan membaca buku selama 15 menit setiap hari sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan dan siswa diharapkan membuat jurnal pribadi.

Pada tahap pengembangan, siswa diarahkan untuk dapat menciptakan karya sendiri setelah melakukan tahap pembiasaan. Pembuatan karya tersebut dapat berupa resensi buku bacaan yang telah dibaca, menciptakan pantun, puisi dan cerpen. Sedangkan pada tahap pembelajaran terang Erita lagi, siswa dituntut untuk dapat bertanggungjawab dengan hasil karya yang telah dibuat. Biasanya hal tersebut dilakukan melalui persentasi yang dilakukan siswa di depan kelas dan dihadapan guru serta murid-murid lainnya.

Selanjutnya, ungkap Erita, faktor pendukung pelaksanaan GLS di sekolahnya adalah adanya buku yang disediakan sekolah di setiap lorong kelas dan juga pojok baca serta dukungan dari guru kepada siswa. Sementara itu ada pula faktor penghambatnya. Menurut Erita adalah masih adanya siswa yang minat membacanya rendah, murid yang ribut pada saat kegiatan membaca berlangsung sehingga mengganggu konsentrasi murid lainnya. (*)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik dedy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler