x

Anggota Polri mengusung peti berisi jenazah Briptu Hedar (24) yang menjadi korban penculikan dan penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) saat tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa, 13 Agustus 2019. Atas jasanya, Hedar pun diberi kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat dari Brigadir Polisi Satu menjadi Brigadir Polisi. ANTARA/Abriawan Abhe

Iklan

Alfin Riki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 14 Agustus 2019 14:00 WIB

KKB Papua Kembali Menewaskan Aparat, Ancaman Terhadap Kedaulatan NKRI

Brutal, KKB Papua Kembali Melukai Anggota Polisi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Senin 12 Agustus 2019 sore sekitar pukul 17.30 WIT, Brigadir Satu (Briptu) Hedar ditemukan meninggal dunia di Kabupaten Puncak, Papua. Sebelumnya dia diketahui disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata Papua (KKB). Briptu Hedar dibunuh ketika berusaha melarikan diri.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal mengatakan, kejadian tersebut bermula pada Senin siang sekitar pukul 11.00 WIT. Saat itu, Briptu Hedar dan Bripka Alfonso tengah melakukan tugas penyelidikan di wilayah Kabupaten Puncak mengendarai sepeda motor.

Saat melintas di Kampung Usir, Briptu Hedar dipanggil oleh temannya yang merupakan warga setempat. Bripka Alfonso menghentikan kendaraannya dan Briptu Hedar menghampiri temannya tersebut. Alfonso menunggu di atas motor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika Briptu Hedar berbicara dengan temannya, tiba–tiba sekelompok orang datang dan menyergap Briptu Heidar. Mengetahui hal tersebut Bripka Alfonso segera melaporkan ke pos polisi di Kago Kabupaten Puncak.

Kombes Pol Kamal mengatakan mereka telah melakukan koordinasi dengan TNI untuk melakukan pendekatan terhadap para tokoh masyarakat di Kabupaten Puncak. Kamal juga menceritakan sebelum jenazah Briptu Hedar ditemukan, Pemkab Puncak dan Polres Puncak Jaya sempat melakukan negosiasi dengan KKB pimpinan Lekagak Talenggen.

Ia juga menuturkan bahwa Jenazah Briptu Hedar ditemukan tidak jauh dari lokasi penyanderaan, yaitu Kampung usir. Saat ditemukan ada luka tembak di kepala bagian belakang.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyebutkan pembunuh tersebut bukan oleh kelompok Kriminal Bersenjata, melainkan para pemberontak yang harus ditumpas. Dia mengatakan pemerintah tidak tinggal diam dan harus melakukan operasi yang dapat memberantas kelompok pemberontak itu. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut mengatakan, jika pemerintah melalui TNI / Polri tidak bisa menumpas pemberontak, ia akan terjun langsung.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menduga KKB menggunakan senjata laras panjang. Wilayah Puncak, menurut Dedi, merupakan salah satu tempat berkumpulnya para anggota KKB. Selain itu, ada 2 titik rawan lain, yaitu Timika dan Paniai.

Sebelum peristiwa ini KKB juga telah menyerang sejumlah Prajurit TNI yang tengah istirahat di wilayah Kabupaten Nduga. Sernagan dilakukan oleh kelompok Egianus Kogoya. Akibat serangan tersebut salah satu anggota TNI, Prada Asuman Hambelo, telah gugur.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi mengatakan Prada Asuman Hambelo gugur akibat luka tembak di bagian pinggang.

Kita harus mengakui beberapa serangan di Puncak Papua itu serangan yang tidak terhormat. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perlawanan secara kualitatif dari organisasi separatis tersebut. Kejadian ini bisa dinobatkan sebagai krisis nasional, dimana ketika negara sedang berjuang membangun dari pinggiran, masih saja ada sekelompok orang yang melancarkan serangan kepada aparat.

Aksi Penembakan yang telah dilancarkan oleh KKB tersebut menjadi ancaman serius terhadap kedaulatan NKRI dan jalannya program pembangunan di Papua yang tengah digalakkan pemerintah.
Masalah peredaran senjata ilegal yang digunakan oknum tidak bertanggungjawab itu, tentu menjadi pekerjaan rumah bagi intelijan Indonesia. Harus diusut darimana asal usulnya. Penyelundupan senjata sangat mudah. Seakan gampang didapatkan senjata standar militer di mana–mana.

Pemerintah tentu tidak bisa tinggal diam dan tidak boleh takut atas ancaman yang ada. Pembangunan di Papua harus tetap harus berjalan dengan pengamanan yang lebih ketat.

Ikuti tulisan menarik Alfin Riki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler