x

Aksi pemain timnas Indonesia Andik Vermansyah melakukan tendangan ke arah gawang timnas Malaysia dalam laga grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis, 5 September 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 8 September 2019 13:09 WIB

Saatnya PSSI Menanam Kebaikan di Laga Timnas Versus Thailand

Hentikan memikirkan diri sendiri PSSI.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Itu peribahasa yang paling tepat untuk PSSI atas peristiwa kekalahan Timnas saat berhadapan dengan  Malaysia, dan ricuhnya suporter dalam laga perdana kualifikasi Piala Dunia 2020, Kamis, lalu. Semoga, untuk laga selanjutnya, meladeni Thailand, Selasa (10/9/2019) yang akan tetap di helat di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), tidak ada lagi tangga-tangga lain yang menimpa Timnas dan sepak bola nasional.

Melempemnya Timnas dan rendahnya perilaku suporter yang bikin rusuh di dalam event resmi FIFA itu, karena sudah membudaya dalam sepak bola nasional. Jelas biang keladinya adalah PSSI, sebagai induk organisasi sepak bola utama Indonesia.

Sudah tahu publik sepak bola nasional sangat mendambakan prestasi yang tolok ukurnya adalah sepak terjang timnas senior, nampak jelas bahwa PSSI terkesan setengah hati menyiapkan timnas. Kompetisi Liga 1 dan 2 hingga seluruhnya, berlangsung carut marut. Mulai dari jadwal yang molor, kisruh, hingga menghalalkan pemain usia muda memetik tanpa membina.

Lalu pemain, pelatih, ofisial, hingga suporter seirama penuh masalah tidak pernah diedukasi secara formal dan masif oleh PSSI. PSSI lewat tangan Komisi Disipilinnya justru memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan rupiah. Sangat jelas, keberadaan Komdis PSSI bukan menjadi komisi yang membuat sepak bola nasional menjadi berjalan di treknya, tetapi justru jadi mesin ATM PSSI.

Apa hasilnya? Timnas melempem! Suporter juga hanya menyerap pendidikan budaya dan karakter anarkis karena dendam kepada PSSI yang hanya gemar menghukum dan mendenda.

Bahkan saat menjelang laga versus Malaysia, yang sudah jelas sangat rentan kisruh karena perseteruan abadi, PSSI tak melakukan gerakan persuasif kepada suporter untuk bijak dan cerdas. Sementara itu tiket juga dijual mahal demi mencari keuntungan.

Alih-alih memporoleh untung, PSSI sendiri yang akhirnya buntung. Suporter rusuh karena drama pertandingan, dan itu tak sebanding sebanding dengan tiket yang mahal.

Dibanding Timnas senior, masih mending apa yang ditunjukkan Timnas U-19. Memang, pada Sabtu lalua mereka takluk pada dalam laga pershabatan di Stadion Chandrabhaga Bekasi. Tetapi, permainan mereka lebih asyik ditonton meski menghadapi lawan dengan kekuatan fisik yang lebih bertenaga dan kualitas 1 level di atas kita.

Kini, atas suporter rusuh, ancaman hukuman FIFA pun menunggu di depan mata, karena AFC juga telah melaporkan kisahnya ke FIFA. Ancaman hukuman yang bakal diterima, antara lain, adalah denda uang, larangan menghadirkan penonton dalam laga kandang, bahkan harus memainkan laga kandang di tempat netral atau pengurangan poin.

Sesuai dengan Kode Kedisiplinan FIFA, Indonesia dalam hal ini PSSI, jelas melakukan pelanggaran seperti tertera di Pasal 16. Pada ayat 1 pasal 16 disebutkan asosiasi tuan rumah sebuah pertandingan resmi FIFA harus bertanggung jawab pada keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar stadion sebelum, selama, serta sesudah pertandingan.

Dalam ayat 2 juga disebutkan bahwa semua asosiasi bertanggung jawab untuk perilaku tidak pantas yang dilakukan oleh satu atau lebih suporternya. Yang masuk kategori perilaku tidak pantas juga disebutkan antara lain: menginvasi lapangan pertandingan, melakukan pelemparan, dan menyalakan suar.

Jadi nanti saat laga melawan Thailand, apakah suporter akan tetap hadir memerahkan SUGBK? Kita lihat saja. Siapa menanam, maka memetik. Inilah buah dari tanaman yang disemai PSSI selama ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler