x

Iklan

Mario Plasidius Manalu

JP Group Reporter
Bergabung Sejak: 20 Agustus 2019

Senin, 9 September 2019 18:10 WIB

Pentingnya Menyembuhkan Luka Masa Lalu, Belajar dari Konflik Papua

Kita akan sulit melangkah maju tanpa terlebih dahulu menyelesaikan dengan baik beban masa lalu. Kasus rasisme terhadap warga Papua di Malang dan Semarang adalah salah satu contoh gesekan yang dapat membuat luka lama terasa sakit kembali. Maka warga di tanh Papua yang berada ribuan kilometer dari Malang dan Surabaya dengan mudah tersulut amarah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ratusan mahasiswa asal Papua pulang  kampung, membuat bingung Gubernur Papua karena sebelumnya telah memberi jaminan keamanan kepada anak-anak Papua yang berada di daerah rantau. Sepertinya konflik beberapa minggu lalu masih akan berdampak panjang walau di sana sini muncul klaim “telah ditangani dengan baik”.

Pelajaran terpenting dari konflik ini adalah bahwa kita semakin mengerti mengapa para pegiat HAM tanpa kenal lelah menuntut pemerintah menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Masyarakat Papua di masa lalu, dalam catatan para pegiat HAM, mengalami beberapa kali pelanggaran HAM yang melibatkan aparat negara. Banyak kasus di Papua yang melibatkan aparat tidak diproses secara adil. Para pelaku tidak diberi hukuman setimpal dan hak-hak korban tidak dipulihkan.

Kita seringkali menyepelekan dampak dari “pengabaian kasus-kasus masa lalu”. Pemerintah sekarang juga bersikap demikian. Patut memang diapresiasi usaha ekstra keras Jokowi membangun Papua. Dia akan dikenang sebagai Presiden yang paling sering mengunjungi Papua dan melakukan pembangunan fisik paling banyak di Papua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekali lagi, usaha keras dan niat baik Jokowi pantas diapresiasi. Tapi konflik yang sangat mudah tersulut seperti beberapa minggu lalu menyadarkan kita bahwa pembangunan tidak akan pernah bisa menyembuhkan luka batin masyarakat akibat pelanggaran-pelanggaran hukum di masa lalu terutama yang melibatkan aparat negara. Satu-satunya cara adalah menyelesaikan terlebih dahulu kasus-kasus tersebut melalui proses hukum yang adil, tapi kita sering kali mencibir para pegiat HAM yang menyerukan penyelesaian seperti ini dan menuduh mereka sebagai penghambat pembangunan.

Kita akan sulit melangkah maju tanpa terlebih dahulu menyelesaikan dengan baik beban masa lalu. Ibarat luka, jika tidak diobati dengan tepat, akan mengering seiring perjalanan waktu kemudian kelihatan sembuh dari luar. Tapi tiap kali ada gesekan yang menyentuh luka kering tersebut di kemudian hari, akan terasa sakit. Kasus rasisme terhadap warga Papua di Malang dan Semarang adalah salah satu contoh gesekan yang dapat membuat luka lama terasa sakit kembali. Maka warga di Papua yang berada ribuan kilometer dari Malang dan Surabaya dengan mudah tersulut amarah.

Ikuti tulisan menarik Mario Plasidius Manalu lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler