x

Terpuruknya Peringkat Literasi Kita

Iklan

Berto Sitompul, S.Pd., Gr

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 September 2019

Senin, 30 September 2019 17:00 WIB

Menumbuhkan Budaya Literasi Keluarga Melalui ORIM

Literasi keluarga belum cukup populer di kalangan orang tua. Apa itu literasi keluarga? Literasi keluarga adalah tentang upaya yang dilakukan oleh keluarga menggunakan aktivitas literasi dan bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja. Tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses panjang dan sarana yang memadai. Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu didukung atau dikembangkan di sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. Keluarga adalah sarana utama agar anak semakin dapat mencapai literasi yang tinggi melalui literasi keluarga (family literacy).

Literasi keluarga belum cukup populer di kalangan orang tua. Apa itu literasi keluarga? Literasi keluarga adalah tentang bagaimana suatu keluarga belajar, menggunakan aktivitas baca-tulis untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari mereka, membantu anak-anak mengembangkan kemampuan baca-tulisnya, menggunakan aktivitas literasi untuk menjaga hubungan dengan satu sama lain dan dengan masyarakat, serta bagaimana meningkatkan kemampuan seseorang untuk berinteraksi, baik dengan organisasi dan institusi. Singkatnya, literasi keluarga adalah tentang upaya yang dilakukan oleh keluarga menggunakan aktivitas literasi dan bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dasar Filosofis Literasi Keluarga

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Makin dan Whitehead, pendidikan literasi bukan dimulai saat anak-anak pergi ke sekolah tetapi jauh dimulai sebelum anak memasuki dunia sekolah. Pengenalan literasi sebaiknya sudah dimulai sejak dini, yakni sejak pendidikan di rumah.

Rumah merupakan pusat pendidikan dini dan pendidikan berkelanjutan yang tak berhenti seiring perkembangan anak. Orang tua, khususnya ibu sudah menjadi pusat literasi anak semenjak dini. Melalui seorang ibu (dan ayah), seorang anak belajar untuk meniru, mengucap kata, berbahasa, bahkan sampai berhitung. Dari sinilah sejatinya anak belajar tentang literasi. Selain itu penelitian dari Karther juga menunjukkan bahwa ayah dengan tingkat literasi tinggi mempunyai efek yang besar pada tingginya literasi dan hasil belajar anak.

Perspektif orang tua sebagai dasar pendidikan literasi jarang dilihat Indonesia. Hal itu terjadi karena umumnya pendidikan literasi hanya dipandang sebagai program pemerintah yang diterapkan di sekolah.

Gerakan Literasi Keluarga

Sejauh ini pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mensosialisasikan Gerakan Literasi Nasional (GLN) melalui Gerakan Literasi Keluarga, antara lain kemendikbud melalui direktorat pembinaan pendidikan keluarga meluncurkan website sahabat keluarga dan majalah Pendidikan keluarga yang bertujuan untuk berbagi praktik baik yang berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga dan kaitannya dengan satuan pendidikan.

Sejak tahun 2018, kemendikbud meluncurkan kampanye #Gernasbaku yang merupakan singkatan dari Gerakan Nasional Membaca Buku dimana orangtua diajak untuk membacakan buku bagi anak. Program ini dilaksanakan serentak di beberapa daerah di Indonesia. Program ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya. Upaya lainnya adalah pemerintah mengeluarkan buku saku Gerakan Literasi Nasional yang berusaha menjelaskan berbagai jenis kemampuan literasi yang dibutuhkan peserta didik.

Merancang program literasi keluarga

Merancang program literasi keluarga adalah strategi yang paling efektif untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dan pengembangan literasi anak. Tujuan kurikulum literasi keluarga adalah untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Ketika program literasi keluarga terwujud, orang tua bisa berperan menjadi pendukung bagi literasi anak mereka.

Mari kita belajar singkat tentang ORIM Framework. ORIM adalah singkatan dari Opportunities, Recognition, Interaction, dan Modelling. Menurut kerangka ORIM ini,  literasi anak akan berkembang bila orangtua memberikan atau melakukan empat hal: KESEMPATAN, PENGAKUAN, INTERAKSI, dan KETELADANAN. Kerangka ini dapat digunakan untuk mencermati atau merencanakan kegiatan literasi di rumah maupun di sekolah.

Orang tua perlu memberikan kesempatan agar literasi menjadi praktik dan berkembang menjadi kemampuan. Memberikan pensil dan kertas kepada anak, mengajak anak ke perpustakaan dan menjadi anggota, menyediakan ruang di rumah agar peristiwa literasi dapat terjadi, menempatkan buku dan peralatan tulis di tempat yang mudah dijangkau adalah beberapa contoh sederhana yang dapat kita lakukan.

Orangtua juga dapat dan perlu memberikan pengakuan kepada keberhasilan anak, sesimpel apapun, misalnya dengan memberikan catatan pujian, mendiskusikan hal yang berhasil dilakukan anak.

Interaksi dapat dilakukan dengan menyediakan waktu bersama dengan anak melalui kegiatan membaca bersama, bermain tebak kata, bermain Scrabble, atau menulis kartu ucapan untuk teman.

Tak kalah pentingnya, dan barangkali yang paling penting adalah contoh dan keteladanan dari orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati Ruhaena dari Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa pemahaman orang tua tentang cara pengembangan literasi dini pada anak di rumah tergolong tinggi. Sayangnya, pemahaman ini masih belum mendorong orang tua untuk melakukan aktivitas literasi seperti bermain dan membaca buku tetapi lebih banyak mengajar langsung.

Banyak orang tua yang hanya rajin menuntut anak rajin membaca, tetapi mereka sendiri enggan melakukan apa yang diperintahnya. Anak ialah peniru ulung, lebih-lebih pada masa prasekolah. Ia suka meniru apa yang dilakukan orang-orang terdekatnya. Jika orang tua suka membaca, tidaklah sulit bagi anak meniru kebiasaan tersebut.

Ayah atau ibu yang sering kelihatan membaca dan/atau menulis akan memberikan penguatan bagi anak. Menulis resep, mengetik, mengerjakan Teka Teki Silang, melengkapi formulir, mencatat hal penting ke dalam buku adalah kegiatan sederhana tapi menjadi contoh praktik literasi yang baik di rumah.

 

Ikuti tulisan menarik Berto Sitompul, S.Pd., Gr lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler