Putri mantan presiden Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, telah dilantik sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa malam, 1 Oktober 2019. Ia merupakan wanita pertama yang menjadi Ketua DPR RI.
Puan dilantik bersama empat Wakil Ketua DPR, yakni Aziz Syamsuddin, Sufmi Dasco Ahmad, Rachmat Gobel, dan Muhaimin Iskandar. Pelantikan Puan disaksikan langsung oleh Megawati.
Berbeda dengan DPR sebelumnya, pimpinan dan anggota parlemen baru akan bertugas pada situasi yang lebih “nyaman” atau bahasa pejabatnya, "kondusif". Soalnya, KPK sudah dilemahkan atau dikebiri. Gangguan mungkin datang dari demo mahasiswa , tapi sejauh ini masih bisa diredam.
Nyaman dengan KPK lemah
KPK merupakan produk reformasi yang sukses tapi selama ini selalu dimusuhi oleh elite politik. Upaya pelemahan komisi anti korupsi sudah terjadi dari dulu, baik dilakukan oleh pemerintah maupun DPR. Yang menjadi penopang KPK selama ini hanya publik, terutama aktivisi antikorupsi.
Setelah revisi UU KPK, lembaga ini otomatis bakal lemah sekali. Semua aktivitasnya akan dikontrol oleh Dewan Pengawas yang diangkat oleh Presiden. Sejumlah wewenang KPK yang penting juga telah dipangkas.
Kenapa parlemen akan nyaman? Selama ini KPK termasuk paling getol membongkar korupsi di kalangan anggota DPR. Maklum wewenang parlemen amat besar, mulai dari penentuan anggaran hingga mengawasi kinerja pemerintah.
Menurut catatan Indonesia Corruption Watch, setidaknya 23 anggota DPR telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam lima tahun terakhir. Bahkan Ketua DPR , Setya Novanto, bersama Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan, ikut dijerat oleh KPK.
Politikus DPR yang ditangkap KPK itu berasal dari beragam partai. Rincinya, Partai Golkar 8 orang, PDIP 3 orang, Partai Amanat Nasional 3 orang, Partai Demokrat 3 orang, Partai Hanura 2 orang, PKB 1 orang, PPP 1 orang, Partai Nasdem 1 orang dan PKS 1 orang.
Demo diredam
Kepolisian mulai meredam demonstrasi ke parlemen. Kini demonstrasi akan sulit mendekati kawasan gedung DPR/MPR karena pengamanan yang superketat. Seluruh pagar yang menggelilingi areal gedung itu dijaga petugas, termasuk pagar samping dan belakang.
Pendemo yang mulai mendekat akan segera diusir. Mereka bahkan sudah dicegat di jalan-jalan menuju wilayah gedung DPR. Contohnya., yang terjadi di Jalan layang Slipi, Senin malam, 30 September 2019. Polisi memaksa mereka membuka meminta pendemo membuka baju. Seorang anak tampak menangis. Wartawan berupaya merekam kejadian tersebut, tapi aparat melarang nya.
Penangkapan pendemo pendemo mahasiswa gadungan juga menyebabkan aksi mahasiswa sebenarnya seperti gembos. Mahasiswa yang benar-benar berasal dari kampus kesulitan beraksi karena selalu muncul pendemo lain yang tidak jelas asalnya dan cenderung bikin rusuh. ***
Artikel ini sudah di update pada 2 Oktober 2019 pukul 7.40.
Baca juga:
Ulah Buzzer Pro-Jokowi: Berbahaya dan Produk Gagal Demokrasi?
Ada Pesan ‘Hati-hati’ dari Korban Demo, Kenapa Posisi Jokowi Makin Sulit?
Ikuti tulisan menarik Y. Suprayogi lainnya di sini.