x

Batik khas Papua. ANTARA FOTO/Dian Kandipi

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 2 Oktober 2019 07:19 WIB

Hari Batik Nasional, Tampil Beda dengan Batik Papua

Jika anda ingin sesuatu yang berbeda di Hari Batik Nasional ini, kenapa tidak mencoba batik khas dari Tanah Papua? Batik dari ujung timur wilayah Nusantara ini mungkin belum banyak dikenal, tapi keindahan dan eksotismenya tak kalah dari batik daerah lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada Hari Batik Nasional, 2 Oktober, ini busana batik dengan motif apa yang anda kenakan? Tentu ada banyak pilihan seperti yang kita kenal selama ini, mulai dari motif parang rusak, mega mendung, hingga Lasem dan Bali.

Jika anda ingin sesuatu yang berbeda, kenapa tidak mencoba batik khas dari Tanah Papua? Batik dari ujung timur wilayah Nusantara ini mungkin belum banyak dikenal, tapi keindahan dan eksotismenya tak kalah dari batik daerah lain.

Batik Asmat adalah salah satu motif batik yang paling dikenal di tanah Papua. Tampil dengan perpaduan warna tanah dan terakota yang khas, gambar dalam batik Asmat didominasi corak ukiran khas suku asli penghuni bumi Cendrawasih ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekayaam dan budaya menjadi sumber inspirasi motif batik Asmat. Tak sedikit wastra Asmat ini mengangkat keindahan burung cendrawasih, keunikan alat musik tifa, hingga rumah adat honai. Beragam corak tersebut hadir dengan latar warna yang cerah dan menarik.

Bisa dicatat, warna cerah itulah yang membedakan batik Papua dengan batik dari Jawa Tengah yang didominasi warna gelap dan teduh. Selain Asmat, suku-suku lain di Papua juga mengembangkan batiknya sendiri yang layak dilirik.

Ada pilihan lain untuk tampil beda selain mengenakan batik Papua, yakni memakai batik Rifaiyah yang asli dari dan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Batik Rifaiyah kebanyakan diproduksi di Desa Kalipucang, Kecamatan Batang. Di desa ini tradisi membatik sudah berusia ratusan tahun.

Salah satu ciri khas batik Rifiyah adalah penggambaran makhluk hidup yang tidak boleh utuh. Misalnya, motif bergambar ayam, maka corak gambar kepalanya harus dipisah. Warga Kalipucang tetap mempertahankan motif dan cara membatik semacam ini untuk melestarikan budaya dalam Rifaiyah

Batik Rifaiyah memang memiliki sejarah panjang dan makna spiritual yang dalam. Produk budaya ini dulunya digunakan sebagai sarana dakwah, sehingga motif dalam kain batik ini disisipi pesan-pesan spiritual, seperti pesan paseduluran atau persaudaraan, gotong royong, dan kelembutan hati.

Gubernur Jawa Tengah yang mempromosikan batik ini mengatakan batik Rifaiyah memiliki corak, motif, dan ciri warna yang khas. "Dan yang menarik pada batik Rifaiyah yaitu yang nyolet sambil selawatan sehingga ada nuansa spiritualitasnya," kata dia, di Batang, 2 Oktober 2018 silam, tepat pada hari Batik Nasional.

Nah, mana pilihan anda? Siap tampil beda?

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler