x

Komunitas Pensil (Silivester Kiik)

Iklan

Silivester Kiik

Penulis Indonesiana.id, Guru, Penulis, Founder Sahabat Pena Likurai, Komunitas Pensil, dan Pengurus FTBM Kabupaten Belu. Tinggal di Kota Perbatasan RI-Timor Leste (Atambua).
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 5 Oktober 2019 12:16 WIB

FILANTROPI KOMUNITAS PENSIL (Ia Hanya Meninggalkan Tulisan-Tulisan yang Nantinya Bisa Dibaca)

Pensil tak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap orang. Sebuah benda yang sungguh sederhana ini memiliki fungsi yang cukup berguna. Ia diibaratkan seperti manusia yang pertama kali mengenal dunia dalam hal menulis, menggambar, dan lainnya. Tentunya ini menggambarkan bahwa pensil merupakan sebuah inspirasi yang hadir membawa warna-warni dalam kehidupan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Atambua - Pensil tak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap orang. Sebuah benda yang sungguh sederhana ini memiliki fungsi yang cukup berguna. Ia diibaratkan seperti manusia yang pertama kali mengenal dunia dalam hal menulis, menggambar, dan lainnya. Tentunya ini menggambarkan bahwa pensil merupakan sebuah inspirasi yang hadir membawa warna-warni dalam kehidupan.

Sebatang pensil memiliki filosofi yang sangat unik untuk ditelusuri. Hasil yang dipetik darinya adalah tentang kehidupan. Banyak fenomena yang ditemukan untuk menguji kesabaran dan memaknainya. Setiap pensil akan habis setelah terpakai. Tak selamanya akan menjadi utuh. Ia akan meninggalkan tulisan-tulisan yang nantinya bisa dibaca.

Ada sebuah cerita yang dapat memberi nuansa kehidupan bagai jejak sebatang pensil. Seorang murid dengan polosnya bertanya kepada gurunya yang sedang menulis sesuatu di sebuah kertas. “Ibu, apakah ibu sedang menulis tentang pengalaman hari ini?” Sang ibu berhenti seketika dan menatap muridnya. Ia berkata kepadanya: “Saat ini ibu sedang menulis tentang masa depan anak-anakku. Tetapi ketahuilah kamu bahwa tulisan ini tak terbaca dan bermakna jika tanpa sebatang pensil ini. Jadikan hidup kalian seperti cerita ini agar terbaca bagi kehidupan orang lain.” Mendengar penjelasan tersebut, muridnya bertanya lagi pada gurunya. “Apakah pensil ibu akan sama dengan pensil-pensil yang lainnya termasuk pensil kami?” Jawab sang guru “Semuanya sama. Tergantung bagaimana kamu menggunakannya.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cerita di atas menggambarkan tentang filosofi kehidupan yang harus diterapkan dalam kehidupan, bahwa:

Pertama; lakukan setiap perbuatan bersama lindungan Tuhan. Dalam kehidupan ini seseorang harus mampu melakukan hal-hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada genggaman Tuhan yang menuntun setiap langkahmu.

Kedua; jangan putus asa. Ketika kita berhenti menulis dan akan meraup pensil ini menjadi lebih tajam agar terlihat indah. Pensil tersebut merasa sakit, tetapi ia akan jauh lebih tajam dari sebelumnya. Begitupun dengan dirimu, belajar untuk menanggung setiap kesedihan dan penderitaan, sebab keduanya akan menjadikan dirimu menjadi orang yang baik.

Ketiga; jangan takut dengan kesalahan dan terus belajar. Setiap pensil yang digunakan tidak keberatan jika menghapus kesalahan-kesalahannya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kita mampu untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan.

Keempat; berani mengakui setiap kekurangan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam hidup akan meninggalkan bekas untuk menyadarinya dalam setiap tindakan, dan benahi selalu apa yang menjadi kekurangan dalam dirimu untuk menjadi sandaran bagi orang-orang yang membutuhkan.

Kelima; jadilah terang dengan berbagi kepada orang lain. Memberi dengan ikhlas kepada orang lain tanpa meminta imbalan. Ini akan menjadi inspirasi bahwa hidup ini tak sendirian. Begitu banyak sesama kita untuk saling menerima dalam kesederhanaan. Jadilah terang bagi setiap kelemahan mereka.

Kembali ke akarnya bahwa pensil mengajarkan tentang sebuah warisan yang berharga bagi sesama. Melalui goresannya untuk dilihat lebih indah tak terlepas dari setiap usaha yang dilakukan. Inilah bekal untuk membentuk sebuah wadah yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil” sebagai pelita bagi anak-anak bangsa. Tiada emas yang dicari, hanyalah sebatang pensil yang dipakai oleh Tuhan untuk memberi dengan hati dan melayani dengan sungguh-sungguh bagi kehidupan orang lain.

Mengapa dimaknai sebagai filantropi? Karena cinta yang menyatukan “Komunitas Pensil” untuk saling mengasihi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Menyumbangkan pikiran kepada anak-anak untuk berperan penting dalam pilar kehidupan berbangsa dengan membaca dan menulis. Hal ini berharga untuk dilestarikan. Inilah sebuah filosofi dari jejak sebatang pensil. Pensil ujungnya tajam dan siap patah, namun selalu siap untuk mengembalikannya seperti semula hingga menjadikannya kemenangan yang tak tergantikan.

Salam Literasi!

*Silivester Kiik

Email: kiiksilivester@gmail.com

Dokumen Pribadi Silivester Kiik (Program Kerja Komunitas Pensil)

Ikuti tulisan menarik Silivester Kiik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler