x

Iklan

Marsekal Bintang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 September 2019

Rabu, 9 Oktober 2019 22:43 WIB

Pentingnya Cara Kamu Mengenali Diri Kamu Sendiri, Untuk Kamu yang Terjebak Lingkungan dan Kesulitan Memahami Diri Sendiri


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seiring mulainya kamu beranjak dewasa, mungkin saja tuntutan dan berbagai tekanan dari segala pihak pun datang. Bisa juga dari dalam dirimu sendiri, tentang sebuah kewajiban yang kamu tetapkan sendiri untuk dijadikan benchmark sebagai dasar dari sebuah standar pencapaian diri kamu.

Banyak sekali faktor yang kamu pertimbangkan saat ini, mulai dari keadaan keluarga kamu saat ini, standar nilai sosial keluarga, segitiga norma, latar belakang dan kapabilitas daya capai kamu untuk mencapai target yang kamu dan orang lain sebenarnya inginkan. Kamu mulai kelelahan untuk saat ini, karena setiap kamu pergi tidur, baru memejamkan saja ketakutan dari timpangnya keadaan diri dengan target yang kamu pasang menakuti diri kamu secara berlebihan, setiap saat. Kamu merasa cemas sekali.

Baru saja adalah perkenalan dari sebuah cerita tentang kecemasan seseorang dalam melanjutkan hidup ke depannya. Bayangan yang ia takuti semakin lama semakin menjadi- jadi. Dari ketakutan akan mampu tidaknya ia untuk melanjutkan eksistensi keluarganya yang terhormat dan terpandang, kaya raya, tekanan tentang impian yang sejujurnya dirinya ingin capai terlebih dahulu, atau tentang sebuah keluarga baru yang ia idam-idamkan bersama pasangannya yang kelak atau yang sedang ia sayang-sayang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita lihat sama-sama dari awal, dari cerita tadi, berapa kalikah penilaian tentang mengenali diri sendiri? Tentang caranya untuk masuk lebih dalam mengenali apa yang betul-betul diinginkan oleh diri ini? Apa yang belum dikenal dan sudah dikenali tentang adanya diri sendiri? Kita sering mendengar tentang kurangnya pendalaman religius yang dilakukan, yang menyebabkan seseorang berfikir secara berlebihan, menyebabkan kecemasan dan ketakutan yang hadir terlalu besar, menyurutkan harapan untuk melanjutkan hidup dan betul-betul memadamkan cita-cita yang dimiliki. Halu. Yaps, banyak sekali cemooh yang mungkin datang ke kamu tentang kurang religiusnya kamu, atau sekedar saran yang selalu mengingatkan kamu untuk lebih mengingat Tuhan. Mempan? Ya, untuk sebagian orang. Tapi maaf, sayangnya hal demikian tidak selalu mempan untuk semua orang. Bukan karena lemah iman atau kemurtadan, tapi hanya memang terkadang cemooh atau saran tersebut dirasa tidak relevan dengan apa yang sedang kamu alami. Selamat, kamu memang betul-betul seseorang yang cerdas. Seorang kritis yang tidak mudah terpuaskan hanya dengan embel-embel religi.

Kembali lagi ke judul, yang mungkin saja cerita ini terdengar terlalu panjang intro nya. Mari kita bedah satu-satu, tentang cara-cara yang bisa membantu kamu mengenali diri kamu secara mendalam. Langkahnya adalah :

Kamu bisa mulai analisa lingkungan sekitar kamu sekarang.
“Rasakan manfaat dari orang-orang sekitar kamu. Orang-orang menghargai tulus adanya kehadiranmu. Kamu tidak perlu berpura-pura baik dan jago hanya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang mereka. Tidak ada eksploitasi, pemanfaatan tentang apa yang kamu miliki, baik materi maupun non materi. Saling tegur sapa, nyaman, berbagi, terbuka, membantu dan saling percaya.

Happy ending!

Bukan malah terbentuk ekosistem yang saling menjelek-jelekkan, saling memanfaatkan, mencela satu sama lain, serta saling merendahkan. Kamu tidak mendapat satupun manfaat yang dirasa baik untuk diri kamu, dan kamu tidak dihargai.

2. Kamu bisa mulai menilai lingkungan sekitar kamu sekarang.

“Setelah kamu merasakan tentang perilaku orang-orang sekitar kamu, kamu mulai menilai bahwa lingkungan ini suportif terhadap kamu atau justru sebaliknya. Disini, kamu akan merasa depresi, jenuh, dan bosan dengan hidup kamu. Kamu tidak memiliki satu ekosistem yang baik dalam pergaulanmu dengan orang-orang sekitar kamu saat ini. Kamu merasa tidak berkembang, skill kamu masih sama seperti awal, kamu tidak bebas berekspresi menunjukkan bakat kamu.

Disini, mungkin ada yang kamu bela. Misalnya, untuk mendapatkan nilai ujian dalam perkuliahan atau mendapatkan uang dalam bekerja. Perlu diingat, nilai itu penting, uang juga penting, tapi kamu mau hidup hanya untuk nilai atau cuma untuk membayar tagihan-tagihan kebutuhan kamu sampai tua? Enggak, hidup kamu jauh lebih berharga daripada hanya untuk urusan itu.

3. Kamu bisa mulai ambil keputusan lingkungan sekitar kamu sekarang.

Kamu mulai menjadi diri kamu, entah itu diterima positif atau negatif oleh orang-orang sekitar kamu. Mungkin saja kamu akan jadi orang yang bersemangat dalam menjalankan hidup. Atau justru malah menjadikan kamu malas dalam menjalani hidup sehari-hari. Tak apa, sampai sini perlu diingat, bahwa betul-betul lingkungan akan menentukan tumbuh kembangnya diri kamu.

Semoga, kamu bertahan pada prinsip kamu bahwa kamu mampu menjauh dari orang-orang yang tidak mendukung tumbuh kembang kamu, yang memandang rendah kamu belajar untuk hanya untuk nilai atau bekerja hanya untuk uang. Kamu butuh orang-orang yang serius untuk membantu perkembangan diri kamu. Kamu harus tetap maju, berkembang, baik dari sisi hard skill maupun soft skill. Sudahi hubungan dengan orang-orang sekitar kamu yang tidak membangun.

It’s time to shut the fuck up and walk away!

4. Kamu bisa mulai menjadi seseorang sesuai dengan keinginan kamu di lingkungan sekitar kamu sekarang.

Setelah kamu berdamai dengan orang-orang sekitar kamu, yang penuh drama dan tipu muslihat, yang terkesan baik di depan namun merendahkan diri kamu di belakang. Tidak perlu lagi berpura-pura untuk menjadi orang lain hanya supaya diterima oleh lingkungan kamu. Kamu sudah berhasil menjadi apa adanya kamu, sesuai dengan kesukaanmu, sesuai dengan nyamanmu.

Kamu sudah damai sekarang.

Saatnya untuk lebih banyak mendengarkan diri kamu. Mengikuti alur perasaanmu. Dengarkan dan ikuti kata hatimu. Kamu sudah mencapai titik dewasa. Kamu bertoleransi terhadap mereka. Kamu keluar, mengalah pada keadaan yang tidak memihak kamu. Sekarang, kamu sudah benar-benar dewasa dan mengenali diri kamu.

Mungkin terlalu banyak kata “Kamu bisa mulai ….. lingkungan sekitar kamu sekarang”. Mungkin kamu mulai berfikir dan merasa poin-poin tersebut seperti sebuah template. Baik, sekarang saya akan mulai jelaskan. Jadi pengulangan kata “Kamu bisa mulai …. lingkungan sekitar kamu sekarang” karena memang begitulah cara kamu melakukannya.

Kamu terlalu takut secara berlebihan, terlalu cemas dan tidak mendengarkan suara hati kamu, karena terlalu banyak mendengar saran dan pendapat orang sekitar kamu (yang tentu saja hal ini mempengaruhi pikiran-pikiran kamu). Padahal, ada juga suara yang muncul dari dalam diri kamu, yang seharusnya lebih kamu dengarkan dan ikuti.

Kalau kamu nggak mulai, terus mau nunda? Kalau kamu nggak sekarang, terus mau nanti? Kalau kamu nggak mulai sekarang, terus mau nunda nanti?

“Mulailah saat ini, sekarang juga, dan nikmatilah hari ini.”

Semoga harimu menyenangkan ya! Salam cinta untuk orang-orang baik di sekitarmu, selalu berbuat baik terhadap orang lain, dan jangan pernah menyakiti (lagi) seseorang dengan lisan dan perbuatanmu.

Please claps if you like this story, and follow me for the mesmerized next upcoming story to tell. Matur nuwun.

Ikuti tulisan menarik Marsekal Bintang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB