x

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 29 Oktober 2019 16:54 WIB

Kongres PSSI 2 November Terancam Batal?

Tidal memiliki latter head dari FIFA dan kompetisi pun masoh berlangsung kongres terancam tidak sah dan dapat dituntut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Kongres PSSI yang akan digelar pada 2 November 2019, terancam batal. Pasalnya, ada calon Ketua Umum (caketum) yang menarik diri dengan alasan Kongres 2 November tidak sah.

Namun, yang manarik saya soroti di sini, atas peristiwa tarik mundur dari salah satu caketum itu, justru ada dua caketum lain dan satu anggota exco PSSI yang menghadap ke Menpora.

Ke mana saja mereka selama ini? Mengapa ada caketum yang menarik diri tatkala kongres tinggal hitungan hari? Sementara Komisi Pemilihan (KP) dan Komisi Banding Pemilihan (KBP) sudah bekerja sesuai prosedur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, bila ditelisik, benar juga, bila ada caketum yang mengambil sikap undur diri, karena ternyata pelaksanaan Kongres 2 November 2019 tidak ada latter head-nya dari FIFA.

Karenanya, inisiatif caketum Vijaya Fitriyasa dan anggota Exco PSSI, Refrizal, yang mendatangi Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Senayan, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019) dan melaporkan persoalan kepada Menpora, Zainudin Amali, memang boleh dibilang langkah yang tepat. Namun sekaligus hal itu juga patut menjadi pertanyaan.

Mengapa langkah yang tepat? Kongres PSSI pada 2 November masih menjadi polemik terkait majunya jadwal Kongres PSSI yang dinilai tidak seusai arahan FIFA. Sebab FIFA selaku otoritas tertinggi sepak bola dunia, meminta kongres digelar pada Januari 2020.

Hal inilah yang menyebabkan salah satu Calon Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, tidak menyetujui Kongres PSSI digelar pada 2 November mendatang, karena bertentangan dengan FIFA. Dia akhirnya menarik diri.

Atas kejadian itu, Vijaya dan Refrizal menghadap Zainudin Amali. Vijaya juga mengungkap, bahwa PSSI belum mendapatkan persetujuan dari FIFA untuk menggelar kongres pada 2 November 2019, tidak ada latter head atas kesetujuan FIFA, hanya ada reply emailnya Ratu Tisha (Sekjen PSSI).

Yang lebih vital, adalah pertanyaan siapa voters dari liga 2 dan 3 yang tidak sesuai jumlah klub, sementara kompetisi masih berjalan? Sudah pasti ini akan menjadi polemik karena kongres menjadi tidak legitimate.

Bila demikian, keputusan La Nyalla itu adalah tepat. Andai kongres tetap dipaksakan, ada peluang terbuka La Nyalla dan lainnya menggugat hasil kongres yang tidak sah.

Ini sangat membahayakan, terlebih FIFA juga baru menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021.

Terbayang andai benar kongres kisruh, FIFA pun dapat mencabut kembali kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah.

Namun demikian, melapornya Vijaya dan Refrizal ke menpora Zainudin Amali yang diharapkan menjadi penengah antara dua perbedaan waktu penyelenggaraan Kongres PSSI, juga dapat jadi petaka.

Bagaimanapun, bila Menpora (pemerintah) meski sebatas menjadi penengah pun, tetap dapat dianggap turut mencampuri PSSI. Ini bisa membuat PSSI kembali dikenai sanksi oleh FIFA.

Siapa yang seharusnya membuat kongres menjadi legitimate? Sementara PSSI saja malah menciptakan masalah baru dengan memajukan kongres? Bila kongres tidak sah, maka babak lanjutan kisruh sepak bola nasional sudah di depan mata.

Bagaiamana PSSI, exco, voters, KP, KBP?

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

5 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB