x

Mendikbud dan Menag

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 November 2019 05:34 WIB

Reformasi Besar-Besaran di Kemendikbud dan Kemenag Ala Jokowi

Presiden meminta reformasi besar-besarandi Kemendikbud dan Kemenag

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Bermimpi boleh, namun lihat jejak sejarah, lihat keterbatasan waktu, dan kemampuan.

Sejatinya siapa yang tak bangga karena Presiden Jokowi sangat optimis dengan mengangkat Nadiem yang dijuluki pakar aplikasi dan mewakili milenial (meski sekarang sudah bukan zaman milenial lagi, bahkan zaman generasi Z pun telah lewat) mengemban tugas maha berat mengampu sektor yang menjadi kawah candradimuaknya kecerdasan bangsa.

Begitu juga dengan pengangkatan Menteri Agama yang bukan tokoh dan pakar yang mumpuni dalam bidangnya pun harus mengelola kementrian agama.

Bila diibaratkan, kedua menteri ini, sejatinya juga sama seperti Bapak Presiden yang berlatar belakang insinyur namun harus dapat menguasai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara karena menjabat sebagai Presiden, namun dibantu para menteri perwakilan dari profesional dan partai untuk mengurusi.bidang yang tak mungkin dikuasai utuh oleh Presiden.

Namun, kesadaran menunjuk menteri yang profeseional dan pakar, nyatanya di dua kementrian.yang sangat vital, malah menjadi blunder Presiden sendiri.

Atas kondisi yang ada, banyak rakyat memandang bahwa kejadian fakta ini adalah konyol. Dipaksakan sehingga terkesan ada tujuan lain.

Namun, seolah mengabaikan kritikan dari rakyat,  Presiden Jokowi malah meminta agar reformasi besar-besaran dilakukan di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.

Seolah reformasi besar-besaran semudah membalik telapak tangan. Padahal waktu bekerja dalam kabinet jilid 2, hanya lima tahun.

Tidak usah muluk-muluk, Kurikulum 13 yang merupakan kurikulum paling anyar, proses lahir dan sosialisasinya butuh tahunan. Lalu, saat diberlakukan, hingga kini pun para guru masih banyak yang kesulitan mengaplikasikan.

Sementara pendidikan manusiawi saja masih terus tercecer hingga sulit lahir manusia Indonesia berkarakter dan berbudi peketi luhur, meski sudah diampu oleh menteri yang sesuai bidangnya.

Apa.yang mau direformasi oleh mendikbud dan menag? Manusianya atau robotnya?

Coba tengok apa mau Bapak Presiden.

“Saya juga minta agar kita semuanya mendukung reformasi besar-besaran di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan juga di Kemenag,” kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas (ratas) Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019.

Dalam ratas, Presiden juga menyampaikan optimisme dan keyakinannya kepada Mendikbud Nadiem Makarim dan Menag Fachrul Razi yang disebutnya telah memiliki bekal pengalaman cukup untuk melakukan itu.
Namun, ia menegaskan reformasi tersebut harus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

Lagi-lagi, Presiden juga meminta agar disusun sebuah sistem atau aplikasi yang memudahkan guru dan murid dalam melakukan pembelajaran.

Apa selama ini Presiden, Nadiem, dan Fachrul memahami kesulitan-kesulitan menyoal menjadikan manusia Indonesia berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Karena lagi-lagi bicara sistem dan aplikasi.

Masih dengan antusias, Presiden juga meminta, "untuk itu tinjau ulang  penyesuaian kurikulum (secara) besar-besaran, harus kita lakukan. Karena dunia sudah berubah sangat cepat ilmu pengetahuan ketrampilan sekarang ini mudah sekali usang, sehari dua hari saja sudah usang karena memang berkembangnya sangat cepat. Oleh karena itu harus di-update, harus di-upgrade, jangan terlambat,” katanya.

Kurikulum harus dibuat agar tidak kaku tetapi harus fleksibel sejalan dengan perubahan dunia yang dialami. Perbaikan kualitas guru juga dibuat melalui sebuah aplikasi atau sistem yang cepat, memanfaatkan teknologi digital, sehingga peningkatan pemerataan kualitas pendidikan benar-benar bisa dirasakan.

Yang menjadi pertanyaan, kapan perubahan besar-besaran oleh mendikbud dan menag menyangkut kurikulum pendidikan? Bukankah sekarang dunia pendidikan masih dalam proses semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?

Apakah perubahan yang diinginkan Presiden akan langsung potong kompas, semester kedua tahun pelajaran 2019/2020  langsung menggunakan kurikulum berbasis aplikasi dan digital?  Kurikulum 13 langsung di hapus? Begitukah?

Pahamkah Nadiem dengan persoalan seperti demikian? Juga Fachrul Razi yang kini gemar mengancam dengan jargon "keluar kamu?"

Butuh berapa lama, menteri-menteri yang tak pakar.dibidangnya ini menyulap perubahan yang tentunya juga wajib melalui proses?

Mimpi memang harus terus dibangun. Tapi mewujudkannya bukan semudah mengucap kata-kata.

Apakah reformasi besar-besaran di kemendikbud dan kemenag, bukan sekadar mimpi disiang bolong? Semoga bukan. Semoga tergapai. Aamiin.


Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu