x

Iklan

Muhammad Itsbatun Najih

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 5 November 2019 14:34 WIB

Literasi ASI: Anak Ceria, Ibu Bahagia

Buku mengurai literasi ASI untuk menekan kematian bayi dan menjawab soal baby blues syndrome. Pun, mengkampanyekan Ayah ASI.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

WHO dan UNICEF pernah keluarkan rilis memilukan: 50 persen kematian balita tersebab kurang gizi. Kurang gizi bukan melulu kemiskinan orang tua yang tak mampu belikan susu serta asupan sehat. Melainkan karena rendahnya literasi ASI. Yakni, pemberian makanan kurang tepat, seperti tidak dilakukannya inisiasi menyusu dini pada satu jam pertama pascalahir dan pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu cepat atau lambat. Praktik salah macam itu sebabkan bayi lemah tahan tubuh, gampang sakit, dan gagal tumbuh-kembang.

ASI tetap menjadi makanan pokok bayi, hingga pada usia enam bulan bisa dimulai memberi makanan pendamping. Kepercayaan lokal serta para ahli kesehatan sepakat ASI tak terganti. Namun, banyak kepercayaan lokal (baca: mitos) nyatanya perlu diluruskan para pakar. Buku ini membedah dengan rinci pelurusan tersebut agar mitos-mitos seputar ASI yang kadung mematri selama ini, lekas terkikis.

Semisal, ASI tidak cukup untuk bayi kembar. Padahal, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif dua bayinya. Mitos mengatakan, ibu harus berhenti menyusui anak yang lebih tua saat mengetahui dirinya hamil. Padahal, ibu hamil masih dapat dengan aman menyusuinya. Termasuk mitos ibu bekerja di luar rumah yang tidak dapat memberi ASI eksklusif. Pun, konon stres yang dialami ibu, dapat merusak kualitas ASI (hlm: 7).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masih ada setumpuk soal-soal mitos ASI yang dibabar lima penulis buku selaku ahli. Selain itu, dipaparkan langkah-langkah teknis menyusui dengan tepat. Salah posisi menyusui berpengaruh bagi kesehatan dan tumbuh-kembang anak. Ada banyak tamsil perawatan yang diwedarkan perihal menjaga kesehatan payudara ibu--meski babakan ini kerap diabaikan lantaran lebih berfokus soal ASI. Padahal, ASI berkualitas ditentukan oleh konsumsi makanan ibu serta caranya merawat payudara.

Aktivitas menyusui tentu menguras energi. Ibu mesti mendapat perhatian ekstra urusan asupan. Gizi dan nutrisinya mesti dimafhumi agar makan tidak sekadar terpenuhi karbohidrat --guna kembalikan energi. Ada protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang seyogianya tercukupi pula (hlm: 44). Buku aplikatif ini juga merinci panduan konsumsi bagi ibu vegetarian. Variabel makanan yang direkomendasikan senyatanya gampang didapat.

Kehadiran buku ini terkata penting mengingat tidak sedikit perempuan merasa stres menghadapi sebelum dan pascakelahiran (baby blues syndrome). Fenomena tersebut tidak boleh dikata sebagai kelumrahan; lantaran boleh jadi pangkal persoalan “hanya” tersebab rendahnya literasi ASI. Lebih mendalam, literasi ASI hakikatnya juga ditujukan pada ayah. Perhatian dan kesiapsiagaannya, turut menibakan kelancaran pemberian ASI eksklusif. Walhasil, ASI bukan saja Air Susu Ibu, melainkan bisa termaknai Ayah Siaga Ibu.

 Data buku:
Judul: Buku Pintar Pemberian Makanan Bayi dan Anak
Penulis: Dr. Tri Sunarsih, dkk
Penerbit: Rosda, Bandung
Cetakan: Mei, 2019
Tebal: 211 halaman
ISBN: 978-602-446-337-3

Ikuti tulisan menarik Muhammad Itsbatun Najih lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu