x

Iklan

Najia Helmiah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2019

Kamis, 14 November 2019 15:53 WIB

Ubi Jalar, Primadona Pangan Lokal Papua Pengganti Beras

jika pangan lokal dapat dimanfaatkan, mengapa harus impor beras?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Makanan merupakan satu di antara kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar manusia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu komponen penting dalam makanan adalah karbohidrat. Di Indonesia, padi atau beras merupakan bahan pangan utama sumber karbohidrat. Sebagai negara agraris, harusnya Indonesia dapat dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Namun, pada kenyataannya, kekurangan stok beras masih merupakan momok bagi Indonesia. Tercatat pada tahun 2018 Indonesia mengimpor hingga 2.25 juta ton beras.

Kekurangan stock beras pada dasarnya dapat diatasi dengan mencari bahan pangan pengganti untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Namun, karena kebijakan pemerintah yang hanya fokus pada ketersediaan beras menjadikan masyarakat bergantung kepada ketersediaan beras. Padahal, kadar karbohidrat pada komodititas lain cukup tinggi, contohnya ubi jalar dan sagu kadar karbohidratnya mencapai 85-87% hingga dapat menjadikannya sebagai pengganti beras. Salah satu daerah yang kaya akan sumber pangan lokalnya adalah Papua. Beberapa sumber pangan lokal Papua seperti ubi jalar dan sagu dapat dijadikan makanan utama pengganti beras. 

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Padi, Sagu, dan Ubi Jalar di Provinsi Papua Tahun 2013-2015

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

2013

2014

2015

 

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Padi

41111

169791

45493

196015

41354

181769

Sagu

-

7319

-

12793

35260

28298

Ubi Jalar

30980

405520

33041

411893

36091

 

446925

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa produksi ubi jalar dan sagu dari tahun ke tahun semakin meningkat diiringi dengan peningkatan luas panennya. Tetapi, produksi padi mengalami kenaikan di tahun 2014 dan menurun di tahun 2015. Produksi ubi jalar juga merupakan yang terbanyak dibandingkan dua komoditas lain. 

Tabel 2. Konsumsi Pangan/Kapita Papua (kg/kap/tahun)

 

2014

2015

2016

2017

Ubi Jalar

133.4

179.3

181.3

150.5

Sagu

13.3

11.8

11

9.6

Beras

67.3

72.9

71.6

81.6

Sumber: Statistik Ketahanan Pangan 2017

Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa konsumsi perkapita tertinggi masyarakat Papua yaitu komoditas ubi jalar yang produksinya juga merupakan paling besar. Selanjutnya, diikuti oleh komoditas padi dan sagu. Hal ini menandakan bahwa ketahanan pangan Papua sudah tidak lagi bergantung kepada beras, tetapi kepada bahan pangan lokalnya yaitu ubi jalar. Jika hal ini terus menenerus terjadi, maka Papua dapat mengurangi ketergantungannya untuk mengimpor beras dan momok kekurangan stok beras bukan lagi menjadi masalah. Sejalan dengan ubi jalar, sagu juga dapat menjadi barang substitusi untuk mengatasi permasalahan kurangnya stok beras. Fenomena yang terjadi di Papua dapat dijadikan pelajaran untuk daerah-daerah lain sehingga Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor beras untuk mencukupi kebutuhan pangannya. 

Agar pemanfaatan pangan lokal dapat mengurangi ketergantungan terhadap pangan beras, dapat dilakukan langkah-langkah yaitu meningkatkan sarana dan prasarana Papua untuk kemudahan produksi produk pertanian, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak terlalu bergantung kepada bahan pangan beras, serta pelatihan untuk petani-petani agar dapat meningkatkan kualitas pangan lokal yang dihasilkan. Sehingga permasalahan kurangnya stok beras di Papua dapat diatasi dengan memanfaatkan bahan pangan lokal sebagai makanan pokok dan terhindar dari impor beras.

 

 

Ikuti tulisan menarik Najia Helmiah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler