x

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menerima kunjungan kehormatan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Esam A. Abid Althagafi, Selasa, 12 November 2019, di kantor Kementerian Pertahanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Foto: Kementerian Pertahanan

Iklan

Anung Suharyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 Oktober 2019

Sabtu, 16 November 2019 07:22 WIB

Teka-teki Deal dengan Jokowi, Benarkah Prabowo Bisa Pulangkan Rizieq Shihab?

Masalahnya, apakah janji itu masih berlaku karena Prabowo kalah? Benarkah, soal pemulangan Rizieq merupakan bagian dari deal saat Prabowo rujuk dengan Jokowi?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak hanya sekali,   Prabowo Subianto  berjanji  memulangkan  pemimpin Front Pembela Islam  (FPI) Rizieq Shihab jika terpilih menjadi presiden. Janji  itu antara lain ia  sampaikan saat berkampanye di  Cibinong, Bogor.

"Insya Allah, aku akan jemput Habib Rizieq," kata Prabowo, 29 Maret 2019. Ucapan Prabowo ini lantas disambut sorakkan pendukungnya.  Prabowo juga  telah menandatangani pakta integritas Ijtima Ulama 2, yang salah satu poinnya adalah memulangkan Rizieq.

Janji yang sama itu juga pernah disampaikan oleh Prabowo ketika dia menghadiri perayaan hari ulang tahun ke-1 Front Santri Indonesia  pada 22 Oktober 2018, di Bogor, Jawa Barat.

Masalahnya, apakah janji itu masih berlaku karena  Prabowo kalah?  Benarkah, soal  pemulangan  Rizieq merupakan  bagian dari deal  saat  Prabowo rujuk dengan Jokowi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keinginan kubu Prabowo  soal Rizieq
Ketika  Prabowo masih berencana rujuk dengan  Jokowi pada Juli lalu,   Juru bicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkapkan sikapnya soal itu.  Ia berpendapat  pemulangan Rizieq Shihab semestinya menjadi bagian dari rekonsiliasi politik tersebut.

"Ini pandangan pribadi saya, bila narasi rekonsiliasi politik mau digunakan, agaknya yang paling tepat beri kesempatan kepada Habib Rizieq kembali ke Indonesia," kata Dahnil  melalui akun Twitternya, @Dahnilanzar pada Kamis, 4 Juli 2019. Dahnil mempersilakan cuitannya dikutip.

Menurut Dahnil, narasi rekonsiliasi politik harus disertai dengan berhentinya kriminalisasi terhadap para pendukung Prabowo - Sandiaga Uno di pemilihan presiden 2019. Dia berpendapat narasi yang menstigma kelompok pendukung Prabowo sebagai radikal juga harus diakhiri.

Hanya, kubu  Jokowi saat itu  terkesan menolak  syarat itu.  Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko,misalnya,  mengatakan narasi rekonsiliasi  itu harus demi kepentingan bangsa.

 Rekonsiliasi, kata Moeldoko, jangan didasari demi kepentingan satu kelompok seperti membebaskan para pendukung yang terjerat masalah hukum atau memulangkan  Rizieq Shihab. "Kita harus berpikir lebih panjang, kita tidak boleh terjebak dalam pemikiran pragmatis," kata moeldoko, 5 Juli 2019.

Presiden Jokowi (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di dalam gerbong kereta MRT di Jakarta, Sabtu, 13 Juli 2019. Keduanya sempat menikmati santap siang bersama di sebuah pusat perbelanjaan. ANTARA/Wahyu Putro A

 

 


Sikap  Pemerintah  pasca rekonsiliasi
Akhirnya  Prabowo benar-benar bertemu dengan Jokowi pada 13 Juli 2019 .  Keduanya naik  MRT dari Stasiun Lebak Bulus  dan keluar dari Stasiun MRT Senayan.

Setelah rekonsiliasi itu, nasib Rizieq Shihab tetap tidak jelas. Bahkan setelah  Prabowo masuk  kabinet pun urusan pemulangan  Rizieq   tidak menjadi  agenda pemerintah.  Hal itu terlihat antara lain dari pernyataan  Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Moeldoko bahkan menanggapi  santai tantangan untuk memulangkan Rizieq  yang  disampaikan Persatuan Alumni (PA) 212 kepada Presiden Joko Widodo. "Memangnya (pemulangan Rizieq) urusan presiden, ya?" kata Moeldoko sambil tertawa,  25 Oktober 2018.

Beberapa pekan kemudian, Moeldoko  pun menolak  usulan politikus Partai Amanat Nasional Abraham Lunggana alias Lulung  yang mengusulkan pemerintah melakukan rekonsiliasi dengan Rizieq Shihab. "Apanya yang direkonsiliasikan, wong enggak ada apa-apa kok direkonsiliasi. Enggak ada masalah," kata Moeldoko, 14 November 2019.

Upaya Prabowo
Setelah  terjadi  polemik Rizieq Shihab dan Menteri Mahfud Md soal pencekalan Rizieq,    Menteri Pertahanan Prabowo Subianto  pun ikut bicara.    Ia mengatakan bakal mempelajari  klaim pencekalan dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab. "Saya pelajari dulu, ya," katanya ,  12 November 2019.

Selain itu, kata Prabowo, ia akan coba membawa  masalah Rizieq ini saat bertemu dengan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam Abid Althagafi di kantornya. "Mudah-mudahan. Nanti kami lihat," ucap dia.

Yang menarik, setelah pertemuan Prabowo dengan Esam  Abid terjadi,  juru bicara  Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan  bahwa pertemuan itu tak-membahas  soal pencekalan Rizieq.  "Secara spesifik, karena tadi temanya tentu pertahanan, kunjungan kehormatan, pihak Arab Saudi belum membahas secara khusus terkait dengan itu," katanya.

Meski begitu,  kata Dahnil, Prabowo  akan berbicara dengan Presiden Joko Widodo mengenai hal tersebut. Meski begitu, Prabowo akan terlebih dulu melihat porsinya dalam menyelesaikan kasus ini. Sebab, kata Dahnil, Prabowo ingin memastikan apakah tugas terkait kepulangan Rizieq Shihab ini berada di bawah tanggungjawab Kementerian Pertahanan.

Kejelasan sikap pemerintah
Boleh jadi, sikap pemerintah Jokowi akan menjadi jelas  dalam beberapa hari ke depan.  Hal itu akan terlihat dari hasil  upaya Prabowo. Masyakarat juga bisa melihat apakah terjadi perubahan  sikap  Menteri Mahfud atau Moeldoko mengenai hal itu.

 ***
Baca juga:
Rizieq Shihab vs Mahfud Md: Inilah Urusan Tersembunyi di Balik Isu Pencekalan

Ikuti tulisan menarik Anung Suharyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler