x

Cabai rawit merah di Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta, Kamis (26/2). Para pedagang mengeluhkan labilnya harga cabai rawit merah yang hingga saat ini mencapai Rp 35 ribu per kilogram. TEMPO/Yosep Arkian

Iklan

juliafatin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 November 2019

Sabtu, 16 November 2019 19:01 WIB

Pedasnya Harga Cabai Rawit Ibu Kota


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cabai rawit merupakan sayuran yang paling laris di pasar, karena permintaan terhadap cabai rawit sangat besar setiap harinya. Konsumen cabai rawit bukan hanya rumah tangga, namun juga industri kuliner yang jumlahnya cukup banyak terutama di daerah perkotaan. Masyarakat Indonesia hampir setiap hari mengonsumsi makanan pedas. Saat ini, banyak industri besar yang memproduksi sambal kemasan sehingga permintaan terhadap cabai rawit semakin meningkat.

Cabai rawit merupakan tanaman sayuran semusim yang berumur kurang dari satu tahun dan dapat dipanen berulang kali. Data produksi cabai rawit diperoleh dari Laporan Tanaman Sayur dan Buah-buahan Semusim (SPH-SBS) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik setiap Bulan.

Pada Agustus 2018, DKI Jakarta mengalami inflasi 0,17 persen. Cabai rawit merupakan salah satu komoditi yang memberi sumbangan inflasi yang cukup besar yakni 0,03 persen. Hal ini terjadi akibat kenaikan harga cabai rawit yang sering terjadi di pasar. Namun saat ini, rata-rata harga cabai rawit di Jakarta sudah cukup stabil di Rp 48.800 per kilogram. Bahkan di Pasar Induk Kramat Jati harga cabai rawit hanya mencapai Rp 23.000 per kilogramnya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harga cabai di Jakarta sempat menanjak tinggi  pada Agustus 2018, bahkan harganya menyentuh Rp 100.000 per kilogram. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan mengungkapkan berkurangnya pasokan cabai menjadi penyebab kenaikan harga ini. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran yakni rendahnya kuantitas barang yang beredar di pasar mengakibatkan harga barang tersebut tinggi.

Kebutuhan pasokan cabai rawit per hari di Jakarta dan sekitarnya adalah sebanyak 120 ton. Namun, saat harga cabai rawit sedang tinggi, hanya ditemukan pasokan sebesar 60 ton di Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Tangerang. Menurunnya pasokan cabai rawit disebabkan oleh keterlambatan jadwal panen. Diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir ini, Indonesia mengalami kekeringan sehingga banyak kegagalan panen akibat tanaman kering. Cabai rawit sendiri dapat dipanen setelah 3 bulan sejak bibit ditanam, satu batang cabai rawit dapat berproduksi sekitar 0.7-1.4 kg dengan masa panen 20 kali yang dipanen 2 kali seminggu. Sehingga jika tanaman mati akibat kekeringan masa panen akan tertunda lama dan pasokan cabai rawit akan turun drastis. Jika produksi cabai rawit yang dihasilkan menurun petani akan menaikkan harga jual sehingga harga pasar cabai rawit juga akan naik.

Kenaikan harga cabai rawit di Jakarta terjadi akibat kekurangan pasokan. Jakarta sendiri pada tahun 2018 hanya memiliki luas panen sebesar 2 hektar dan produktivitas sebesar 0,2 ton per hektar sehingga dapat diperkirakan hasil produksi cabai rawit di Provinsi DKI Jakarta tidak mencapai 1 ton padahal kebutuhan pasokan cabai rawitnya sebanyak 120 ton, sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut DKI Jakarta mendapat pasokan dari daerah lain.

Daerah yang memberikan pasokan cabai rawit terbesar ke DKI Jakarta antara lain Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, provinsi yang memiliki luas panen cabai rawit terbesar pada 2018 adalah Provinsi Jawa Timur yakni sebesar 70.226 hektar, diikuti Jawa Tengah sebesar 24.145 hektar. Selisihnya sangat jauh, diketahui bahwa Jawa Timur masih didominasi lahan pertanian dan pada tahun 2018  terdapat 1.266.255 pekerja bebas pertanian di Jawa Timur.

Jika dilihat dari nilai produktivitasnya Jawa Timur hanya mencapai 6,46 ton per hektar, tidak sebanding dengan luas panen yang begitu besar. Nusa Tenggara Barat menduduki posisi pertama dalam produktivitas cabai rawit yakni sebesar 25,43 ton per hektar. Cabai rawit diketahui merupakan komoditas unggulan di NTB terutama di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Sehingga NTB juga merupakan pemasok cabai rawit untuk daerah-daerah lain.

Total produksi cabai rawit nasional pada 2018 adalah sebesar 1.323.200 ton. Produksi cabai rawit mengalami kenaikan dari tahun 2017 sebesar 14,75 persen. Hal ini terjadi akibat kenaikan luas panen cabai rawit sebesar 22,5 persen menjadi 171.690 hektar di tahun 2018. Kemungkinan besar pada 2019 produksi  cabai rawit juga mengalami kenaikan walaupun tetap terjadi kenaikan harga. Karena kenaikan harga bukan baru kali ini saja terjadi. Pada 2018 harga cabai rawit di DKI Jakarta juga sempat mencapai Rp 95.000 per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit memang memiliki tren musiman tersendiri.

Ikuti tulisan menarik juliafatin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler