x

Letusan Merapi

Iklan

Dian Novitasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Oktober 2019

Minggu, 17 November 2019 13:26 WIB

Merapi Meletus Lagi, Inilah Fakta dan Pemicu Merapi Rewel

Terjadi lagi letusan di Gunung Merapi tanggal 17 November 2019 pukul 10:46 WIB. Letusan tercatat di seismogram dengan amplitudo max 70 mm dan durasi 155 detik. Teramati kolom letusan setinggi ±1000 m. Angin bertiup ke Barat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terjadi  lagi letusan di Gunung Merapi tanggal 17 November 2019 pukul 10:46 WIB. Letusan tercatat di seismogram dengan amplitudo max 70 mm dan durasi 155 detik. Teramati kolom letusan setinggi ±1000 m. Angin bertiup ke Barat.

Begitu rilis akun resmi BPPTKG Yogyakarta.  Lembaga ini   masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau waspada yang diberlakukan sejak 21 Mei 2018

Rekomendasi BPPTKG Yogyakarta masih tetap sama. Area dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia. Masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Letusan sebelumnya 
Merapi juga telah meletus, mengeluarkan awan panas, Sabtu, 9 November 2019 pukul 06.21 WIB. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat akibat letusan itu, terbentuk kolom setinggi lebih kurang  1.500 meter.

Awan panas letusan tercatat di seismogram dengan amplitudo max. 65 mm dan durasi  160 detik. Terpantau kolom letusan setinggi 1.500 meter  dari puncak condong ke Barat. 

“Condong ke arah barat, kami belum dapat laporan apakah terjadi hujan abu,” kata LasimanPecut, salah satu petugas pengamatan aktivitas Gunung Merapi di pos Kaliurang, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,  Sabtu, 9 November 2019. kata Lasiman.

Letusan Merapi pada 9 November 2019 pukul 06.21 WIB

Berkaitan dengan gempa
Aktifnya Gunung Merapi di Yogyakarta baru-baru ini memiliki kemungkinan tekait pengaruh gempa tektonik yang terjadi di sekitar area tersebut, menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

"Secara tektovulkanik, gempa tektonik dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme. Syaratnya kondisi gunung api tersebut sedang aktif, magma cair dan kaya gas. Jika kondisi semacam ini maka dinamika tektonik di sekitar kantung magma rentan memicu aktivitas vulkanisme," kata Daryono dalam rilis,  14 Novembar 2019.

Hal itu terlihat dari   terjadi letusan Gunung Merapi pada Senin, 14 Oktober 2019. Puncak Merapi menyemburkan awan panas dengan kolom setinggi 3.000 meter, menurut sumber BPPTKG Yogyakarta.

Yang menarik,  kata Daryono, dalam waktu hampir bersamaan dengan letusan Merapi terjadi aktivitas gempa tektonik magnitudo 2,8 SR di Samudera Hindia, dengan episenter gempa berada 38 km barat daya Bantul, D.I. Yogyakarta.

Berdasarkan teori, gempa tektonik memang dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme. Gempa tektonik yang terjadi di dekat gunung berapi aktif dapat menciptakan stress-strain yang memicu perubahan tekanan gas di dalam kantung magma.

Hal itu,  menurut Daryono, dapat menekan cebakan lubuk penyimpanan magma gunung berapi dan dapat mengakibatkan aktifnya gunung api ketika berlangsungnya induksi perambatan stress-strain dari aktivitas seismik akibat gempa tektonik.

BMKG mencatat peningkatan aktivitas tektonik dalam beberapa hari terakhir jelang letusan Merapi pada Senin lalu, dengan terjadi 5 gempa tektonik sejak awal Oktober 2019. ***

Ikuti tulisan menarik Dian Novitasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler