x

Iklan

ANNISA RAMADHANTY

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 November 2019

Kamis, 21 November 2019 12:05 WIB

Menilik Potensi Tersembunyi Energi Panas Bumi

Sudah akrab ditelinga rasanya, “Indonesia kaya akan sumber daya alamnya.” Tak hanya kaya akan flora, fauna, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu ‘harta karun’ sumber daya mineral di dunia. Namun sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan pemanfaatan sumber daya alam tersebut untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah akrab ditelinga rasanya, “Indonesia kaya akan sumber daya alamnya.” Tak hanya kaya akan flora, fauna, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu ‘harta karun’ sumber daya mineral di dunia. Namun sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan pemanfaatan sumber daya alam tersebut untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya.

Salah satu sumber daya alam yang masih jauh dari perhatian adalah energi panas bumi atau kerap disebut dengan energi geothermal. Belum banyak masyarakat yang tahu, apa sebenarnya yang dimaksud energi panas bumi tersebut. Energi panas bumi adalah sumber energi panas yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Sumber ini terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.

Energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Indonesia sendiri, berada pada urutan ketiga dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia setelah Fillipina dan Amerika Serikat, dengan potensinya sebesar 28,5 Giga Watt electrical (GWe). Hal tersebut didukung oleh posisi geografis Indonesia yang berada pada lintasan gunung berapi (ring of fire), yaitu posisi Indonesia yang berada pada kerangka tektonik dunia atau lintasan gunung berapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia mengalami peningkatan permintaan listrik sebanyak 10% setiap tahunnya, terutama pulau-pulau di luar Jawa. Hal yang menarik dari segi penyebaran geografis sebesar 18.183 MW atau 66,15% terdapat diluar pulau Jawa. Namun demikian pemanfaatannya justru terkonsentrasi di pulau Jawa, padahal di luar pulau Jawa ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sangat tinggi.

Seperti yang kita ketahui, penggunaan energi listrik sendiri sangat diperlukan bagi berlangsungnya kehidupan suatu negara. Sektor tenaga listrik memberi kontribusi paling besar terhadap konsentrasi gas rumah kaca, yang menjadi faktor utama terjadinya global warming karena adanya konsentrasi gas berlebihan akan merangkap cahaya matahari sehingga suhu bumi semakin naik. Kebutuhan listrik yang terus menerus meningkat mengakibatkan kebutuhan akan energi fosil sebagai bahan baku listrik juga meningkat, sehingga bila eksploitasi terus dilakukan maka global warming juga tidak akan bisa terhindarkan, yang akan berdampak pada ketidakseimbangan lingkungan. Selain itu, dengan semakin menipisnya ketersediaan energi fosil, cepat atau lambat krisis energi pun tidak dapat terhindarkan jika tidak segera mencari energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Adanya krisis energi seharusnya merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan untuk memaksimalkan potensi energi bukan fosil yang sifanya terbarukan. Energi panas bumi merupakan salah satu harapan besar bagi Indonesia sebagai sumber energi alternatif. Selain sifatnya yang ramah lingkungan, energi ini juga bersifat indigeneous, yang berarti dapat dimanfaatkan baik secara langsung dari sumbernya maupun dengan melalui proses terlebih dahulu.

Energi panas bumi juga merupakan salah satu energi renewble (terbarukan) sehingga dapat dimanfaatkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang (suistanable). Sehingga, berdasarkan hal tersebut dapat menjadi pertimbangan yang kuat, untuk menjadikan energi panas bumi sebagai pembangkit yang sesuai untuk digunakan di Indonesia

Berdasarkan data terbaru dari Direktorat Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tercatat sumber daya panas bumi yang telah termanfaatkan baru mencapai 1.948,5 MW dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2013 hingga 2017, menunjukkan belum adanya perubahan yang cukup signifikan terhadap produksi energi primer di Indonesia.

Batu bara, masih menjadi sumber energi primer terbesar di Indonesia dengan mencapai 12,3 juta terajoule pada tahun 2017. Disusul gas alam yaitu sebesar 2,49 juta terajoule. Sedangkan produksi energi biomasa, air, dan panas bumi masih sangat jauh dibawah energi mineral lainnya.

Penyebab belum maksimalnya pemanfaatan energi panas bumi diantaranya harga energi terbarukan belum dapat bersaing dengan harga energi fosil. Selain itu, sulitnya wilayah yang jauh dari pusat beban membuat biaya transmisi dan distribusi tenaga listrik cukup tinggi, ditambah lagi dengan kemampuan jasa dan industri energi yang kurang mendukung serta kemampuan sumber daya manusia yang masih relatif rendah.

Bila dilihat dari kacamata investor, biaya investasi awal memang cukup tinggi namun biaya pemeliharaannya relatif rendah sehingga untuk jangka panjang sangat menguntungkan. Sebenarnya pemerintah telah membuat regulasi dalam pemanfaatan panas bumi, namun sayangnya hal ini juga belum dapat memberikan hasil yang signifikan. Maka dari itu, diharapkan adanya kerjasama dari berbagai pihak terkait agar dapat lebih menggali potensi energi panas bumi sehingga mampu menjadi salah satu penopang energi bagi keberlangsungan hidup kita bersama.  

Ikuti tulisan menarik ANNISA RAMADHANTY lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler