x

Macet

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 30 November 2019 14:47 WIB

Rakyat Biasa Bermacet Ria, Presiden Terkena Macet, Curhat

Presiden curhat terkena macet, apa kerja staf dan ajudannya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sumber: Kompas.comBerita Presiden Jokowi mengaku terjebak macet di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis, 28 November 2019 malam, cukup menarik perhatian masyarakat. 

Namun, dalam berita yang dipublikasikan berbagai media, Jokowi dikesankan mengeluh sehingga curhat. 

Bahkan, gegara kena macet inilah, Jokowi menyampaikan bahwa ini adalah satu di antara alasan mengapa harus pindah ibu kota. Jokowi terjebak macet saat hendak menghadiri pertemuan dengan Bank Indonesia, di Lotte Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jokowi mengeluhkan akses menuju lokasi yang dipenuhi kemacetan. "Tadi ke sini macet, 30 menit berhenti," kata dia di lokasi, Kamis, 28 November 2019. 

Atas peristiwa macet ini, Presiden Joko Widodo memberikan pandangan terkait ekonomi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2019 di Jakarta, Kamis (28/11/2019). 

Dalam acara bertema 'Sinergi Transformasi Inovasi Menuju Indonesia Maju' yang dihadiri oleh para pelaku industri keuangan, ternyata harus terkena macet saat menuju lokasi. 

Sejatinya siapa rakyat  di Jabodetabek ini yang tidak mengetehui bahwa kawasan Kuningan  terkenal dengan lalu lintasnya yang selalu macet dan dipadati oleh kendaraan roda dua maupun roda empat? 

Namun, karena terkena macet, Jokowi pun mengaitkan kemacetan dengan keputusan untuk memindahkan Ibu Kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. "Itulah kenapa ibu kota di pindah," ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin, meski Jokowi juga menegaskan, kemacetan bukan hal utama yang menjadi alasan pemindahan ibu kota tersebut. 

Terlepas dari curhatan Jokowi yang terkena macet 30 menit dan mengaitkan dengan alasan pindah ibu kota, ada yang hal menarik yang perlu diapungkan di sini. Jokowi adalah Presiden yang dipilih oleh rakyat, asalnya juga dari rakyat. 

Terkait masalah kena macet, tidak usah bicara kemacetan di Jakarta, di berbagai kota besar Indonesia, kini kemacetan juga sudah menjadi hal yang wajar. 

Malah sudah menjadi budaya. Apakah masyarakat yang selama ini mengeluh, keluhannya lantas tidak di dengar oleh pemimpin daerah? Pemimpin daerah mendengar, namun apa upayanya? 

Produksi kendaraan terus meningkat, rakyat semakin mudah memiliki kendaraan baik motor atau pun mobil terutama dengan cara mengkredit. 

Sementara jalan tidak mengalami perubahan. Terang saja volume kondaraan pun tak tertampung. Sayangnya, rakyat bukan presiden, jadi keluhan terkena macet yang bahkan dalam hitungan berjam-jam tidak ada yang kebakaran jenggot, karena sebagai hal yang sudah dianggap wajar. 

Ini lucu, presiden kena macet 30 menit, curhat dan media massa pun memviralkan beritanya. Pertanyaannya, ke mana mbah google (map) atau waze? Bukankah presiden kini juga begitu banyak memiliki staf dan ajudan. 

Mengapa sekadar menuju Kuningan saja tidak dapat diprediksi oleh para staf dan ajudan itu? Mengapa tidak naik helikopter saja, yang pasti tidak akan terkena macet? 

Percuma banyak staf dan ada ajudan, namun presiden masih merasakan kemacetan. Tetapi apa juga tidak boleh, presiden yang aslinya juga rakyat, tidak merasakan kena macet juga? 

Rakyat sudah biasa kena macet, Bapak Presiden. Malah kalau Bapak, lewat, semua diberhentikan/dimacetkan.

Bila Bapak mau tidak terkena macet, mungkin ada solusi yang jitu, seperti kini Bapak juga sudah memilih menteri dan staf khusus dari kalangan milenial. 

Barangkali mereka punya solusi dengan teknik digital dan aplikasi. Percuma juga bukan sudah ada sistem ganjil genap. Mau ada pula jalan berbayar? 

Adakah nanti di ibu kota Negara baru, tidak akan ada kemacetan? Ternyata seru juga, bila presiden kena macet 30 menit, lalu curhat. Atau sekadar memberi justifikasi kepada peserta PTBI 2019, karena datang terlambat, tidak tepat waktu, jadi cari alasan.

Banyak rakyat yang sudah diajarkan. Bila mau hadir di suatu acara/sekolah/kuliah/tempat kerja yang acaranya dimulai pukul 07.00 dan menuju lokasi acara, jalan yang dilalui akan banyak kendala, maka sudah dapat diperkirakan. 

Meski bila jalan lancar waktu tempuh menuju lokasi hanya butuh 30 menit, maka karena kondisi yang macet dan tidak ada alternatif jalan lain, maka harus berangkat dari rumah, maksimal usai subuh. 

Begitu caranya, untuk tidak hadir terlambat, sebab bila terlambat, orang lain akan tahu manajemen waktu Anda, sebab jalan yang dilalui memang sudah sangat terkenal padat dan macet. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB