x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 4 Desember 2019 14:09 WIB

Di Festival Semerdang 2019, Mereka Bicara Industri Berkelanjutan

Festival Semerdang (Sembilang, Merang, Dangku) merupakan tindak lanjut dari The South Sumatera Landscape Festival 2018 sebagai salah satu bentuk pembelajaran terkait pendekatan bentang alam di Muba dan Banyuasin.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FESTIVAL Semerdang 2019 baru saja usai. Sejumlah rekomendasi dan catatan penting dihasilkan dalam hajatan yang digelar selama tiga hari di Palembang dan di beberapa daerah model. Iskandar Syahrianto, Kepala dinas Perkebunan Musi Banyuasin (Muba) menggarisbawahi perihal industri hilir sawit. Muba sudah menyiapkan pabrik yang akan memproduksi avtur hijau dll. Helmi Muhansya, Kepala divisi UKM dan Koperasi, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memastikan pihaknya akan support apapun yang terkait dengan pengembangan industri hilir sawit. Sedangkan David Ardhian, deputy director project Kelola Sendang punya catatan menarik lainnya.

David Ardhian, deputy director project Kelola Sendang menuturkan Festival Semerdang (Sembilang, Merang, Dangku) merupakan tindak lanjut dari The South Sumatera Landscape Festival 2018 sebagai salah satu bentuk pembelajaran terkait pendekatan bentang alam di Muba dan Banyuasin. Menurutnya alam dan manusia serta industri merupakan satau kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehinga itu rangkaian tersebut harus tetap berjalan seirama.

Ia menuliskan beberapa hal penting yang menjadi catatan dalam Festival Semerdang : Penerapan pendekatan lanskap pada tiga area penting yaitu Sembilang, Merang dan Dangku. Mendukung pembangunan hijau di kedua kabupaten.Pihaknya membagi dua focus berbeda, di Banyuasin fokus pada ekoeduwisata untuk keseimbangan konservasi dan ekonomi masyarakat. Sedangkan di Muba fokus pada pengembangan produk lestari sawit dan karet. “Bagi kami yang penting itu adalah konservasi mangrove, burung migrant dan keaneragaman hayati dapat berjalan dengan baik dengan tetap membawa manfaat bagi masyarakat di daerah penyangga,” kata David, Rabu, 4 Desember 2019.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam satu short talk session di hotel Wyndham, OPI Mall, Selasa kemarin, Iskandar Syahrianto menjelaskan sekitar 2000 petani sawit rakyat di Musi Banyuasin (Muba) akan dilibatkan langsung dalam pembangunan pabrik IPO dan CPO di daerah itu.  Petani tersebut berasal dari 7 koperasi yang berada di sekitar pabrik. Hal itu bertepatan dengan tahun depan ini mereka mulai panen dari perkebunan yang telah mengalami peremajaan sejak beberapa tahun lalu. "Tahun depan sekitar 6000 dari 12 ribu  sawit peremajaan mulai panen, ini salah satu sumber bahan baku pabrik IPO dan CPO," katanya, Selasa.

Selain menjadi pemasok untuk menjadikan pabrik tersebut lebih memberdayakan masyarakat, para petani juga akan dilibatkan dalam kepemilikan saham. Ditemui seusai menjadi pembicara "Festival Semerdang 2019" yang mengangakat topik membangun kawasan industri melalui pendekatan lanskap ekologi dan budaya komoditi lestari, ia  menambahkan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan bakal menjadi daerah pertama di Indonesia memiliki satu pabrik dengan dua model operasional dalam hal hilirisasi Tandan Buah Segar (TBS) sawit. Pabrik Industrial Palm Oil (IPO) dan pabrik Crude Palm Oil (CPO). Pabrik ini bisa dibilang sebagai salah satu langkah mewujudkan industri ramah lingkungan dengan menghasilkan avtur dari bahan non fosil.

Sementara itu Helmi Muhansya menjelaskan pihaknya menyambut baik langkah pemkab Muba dengan memberikan pendampingan dalam hal penelitian dan pengembangan usaha perkebunan sawit berkelanjutan. Jauh hari sebelum adanya pembangunan pabrik, BPDPKS telah memberikan bantuan pendanaan untuk peremajaan sawit tua di Muba. Hasilnya sudah ribuan hektar berhasil dimudakan dan siap panen mulai tahun depan. “Kalau di sini berhasil maka proyek di Muba ini akan kami terapakan di daerah lainya,” katanya.

Pabrik Kapasitas 60 Ton Sawit/Jam

Pabrik ini berkapasitas 60 ton setiap jam dibangun di salah satu kecamatan penghasil sawit. Beberapa waktu yang lalu, IGBN Makertihartha, Ketua Program Studi Magister dan Doktor Teknik Kimia, FTI, Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan pihaknya sudah melakukan pengkajian secara mendalam sehingga Muba layak memiliki kedua pabrik tersebut. “Muba merupakan daerah penghasil sawit terbesar di Sumsel, itu salah satu alasan kami,” katanya. 

IGBN Makertihartha, yang juga Ketua Tim Feasibility Study Pembangunan Pabrik CPO/IPO Muba menjelaskan pabrik yang akan dibangun berkapasitas 1440 ton perhari, sesuai dengan luasan 1 kawasan perkebunan sawit rakyat yang luasnya berkisar 8000 Ha dengan produktivitas 30 ton Tandan Buah Segar atau TBS/Ha. Muba juga diketahui memproduksi sekitar 1.263.030 ton sawit setiap tahunnya. Selain dikenal dengan produksi terbesar, Muba juga merupakan daerah dengan luasan kebun terluas di Sumsel yaitu 313.125 hektar. Kedua pabrik diproyeksi untuk menghasilkan Biodisesel, Avtur Hijau dan Bahan makanan sehat konsumsi. “Dengan demikian diharapkan pabrik yang akan dibangun itu sustain,” ujarnya.

Dalam perencanaanya, satu pabrik menghasilkan dua (2) model operasi yaitu untuk menghasilkan CPO dan IPO. IPO dirancang sebagai bahan baku untuk industri bahan bakar nabati yang akan dibangun di sentra-sentra sawit tanah air. Dengan terwujudnya pabrik ini maka Muba katanya akan menjadi proyek percontohan untuk membangun pabrik bahan bakar nabati dari sawit. Selain Muba pabrik serupa bisa saja dibangun di daerah penghasil sawit lainnya di Sumatera, Kalimantan, Papua, akan tetapi memang saat ini Kabupaten tersebut Pelalawan, Riau menjadi proyek percontohan.

Dalam kajiannya, pabrik akan beroperasi pada tahun 2021 dengan rincian meliputi Basic Engineering Design dan Detailed Engineering Design akan memakan waktu 3-4 bulan. Berikutnya proses konstruksi (EPC - Engineering, Procurement and Construction) akan memakan waktu sekitar 6-9 bulan. Rencana itu akan berjalan mulus bila semuanya lancar temasuk dalam hal proses pembebasan tanah, AMDAL, perizinan, pembangunan infrastruktur berupa jalan, penyediaan air dan utilitas.

Bupati Muba, Dodi Reza Alex menjelaskan pabrik tersebut akan dibangun di lokasi yang berdekatan dengan bahan baku utama yaitu di kecamatan Sungai Lilin. Setiap tahunnya menurutnya Muba menghasilkan lebih dari sejuta ton sawit sedangkan harga dipasar tidak menentu. Menurutnya Pabrik CPO akan beroperasi di 2022 diperuntukkan bagi industri makanan sedangkan IPO beroperasi lebih cepat yaitu 2021 untuk keperluan industri biofuel. Ia memastikan Pemkab Muba optimis bisa merealisasikan proyek tersebut. Karena industri pabri IPO dan CPO ini akan mengangkat kesejahteraan petani di Muba dan jalan keluar dari keterpurukan harga sawit yang selama ini anjlok. “Kita optimis upaya dari realisasi pembangunan pabrik IPO dan CPO di Muba ini akan menjadi jalan keluar dari titik lemahnya anjlok harga sawit di kalangan petani rakyat," ucapnya.

Secara terpisah juga, Rektor ITB Kadarsah Suryadi menyatakan  akan merealisasikan Biohidrocarbon Berbasis Kelapa Sawit di Kabupaten Muba dalam tempo singkat. Menurutnya, terobosan energi baru terbarukan biofuel berbasis kelapa sawit ini tidak hanya menyejaterahkan petani kelapa sawit tetapi juga akan mengangkat harga diri bangsa Indonesia. Dengan realisasi biofuel ini nantinya negara Indonesia ini akan sangat terbantu dalam pengembangan energi. Menurut dia, jika 17 juta ton kelapa sawit saja di distribusikan untuk pengelolaan biofuel secara hitungan kasar Indonesia bisa menghemat 9 miliar dolar AS. Diyakininya, impor BBM bisa berkurang dengan adanya biofuel dari Muba nantinya. "Betapa tidak, avtur dari sawit, titik beku - 7.0 derajat celcius. Dibanding dari fossil yang  - 4.0. Kalau berbicara kualitas tentu sangat baik sekali," pungkasnya.

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler