Museum Le Petit Prince : Suasana Prancis di Tepi Kota Hakone

Kamis, 12 Desember 2019 17:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyusuri Suasana Pedesaan di Jepang

Musim panas merupakan musim kesukaan bagi setiap orang. Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat musim panas, khususnya aktifitas di luar ruangan. Berwisata menjadi opsi yang istimewa untuk menikmati keindahan musim panas di negeri sakura. Mengunjungi sebuah museum yang jauh dari suasana bising perkotaan merupakan salah satu cara untuk menikmati hangatnya musim panas dan bunga-bunga hydrangea yang bermekaran di Museum Le Petit Prince.

Nama Le Petit Prince merupakan salah satu karya sastra terkenal yang ditulis oleh seorang sastrawan asal Prancis yang bernama  Antoine de Saint-Exupéry yang diterbitkan pada tahun 1943 saat Perang Dunia II. Novel ini kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia karena kisah yang dibawakan oleh penulis dalam buku ini. Walaupun buku ini terlihat sebagai bacaan anak-anak, Le Petit Prince atau Sang Pangeran Kecil memiliki makna filosofis dan idealis tentang kehidupan manusia dan masyarakatnya. Oleh karea itu, Museum Le Petit Prince didirikan pada tahun 1999 untuk membuat visualisasi dari novel serta mengenang sang penulis.

 Gerbang masuk

Museum Le Petit Prince terletak di Kota Hakone, Prefektur Kanagawa, Jepang. Ditempuh dengan waktu satu jam dari Kota Tokyo, pengunjung bisa datang ke museum ini dengan menggunakan kereta Tokaido Main Line melalui Stasiun Tokyo dan turun di Stasiun Odawara. Setibanya, pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar 1.600 yen atau Rp208.000,00  untuk dewasa, 1.100 yen atau Rp143.000,00 untuk pelajar, dan 700 yen atau Rp91.000,00 untuk anak-anak. Saat memasuki kawasan museum, pengunjung akan merasakan suasana yang berbeda selama di Jepang. Pemandangan yang dilihat sangat jauh berbeda, sebab disini pengunjung akan merasa seperti di sebuah desa kecil di Prancis. Pemandangan Prancis yang tradisional akan memenuhi seluruh museum ditambah gaya bangunan arsitektur Eropa.

Museum ini cukup luas karena tidak hanya berisi museum saja melainkan café, kapel, toko suvenir serta taman bermain bergaya Eropa yang dipenuhi bunga di bagian belakang museum. Di dalam bangunan museum, pengunjung bisa melihat biografi mengenai penulis melalui berbagai foto dan lukisan kehidupan Antoine dan kisahnya mengunjungi tempat-tempat terkenal di dunia. Di sisi lain, pengunjung akan melihat visualisasi nyata mengenai isi novel di ruang exhibition, seperti replika pesawat, bunga mawar serta bulan tempat sang pangeran kecil tinggal. Pengunjung dilarang untuk mengambil dokumentasi dalam bentuk apapun di dalam museum, karena koleksi yang terdapat disini adalah milik pribadi dari sang penulis.

Taman di Museum

Museum ini merupakan satu-satunya museum Le Petit Prince yang ada di dunia. Di museum ini terdapat buku Le Petit Prince yang sudah diterjemahkan ke 250 bahasa asing, termasuk Bahasa Indonesia. Sayangnya, penjelasan mengenai biografi penulis hanya ditulis dalam Bahasa Jepang saja. Begitu pula dengan audionya, yang hanya tersedia dalam Bahasa Jepang sehingga wisatawan mancanegara akan sedikit penasaran tentang kisah hidup apa yang dialami penulis. Meskipun demikian, museum ini sangat layak dikunjungi oleh kelaurga dan anak-anak bahkan kalangan dari semua umur.

Setelah puas mengelilingi museum, pengunjung bisa mampir ke toko kecil yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Le Petit Prince yang bergaya Prancis. Terakhir, pengunjung juga bisa mengirim kartu pos melalui museum ini ke alamat yang kita inginkan bahkan ke luar negeri hanya dengan membeli kartu pos yang tersedia di toko kemudian memasukkannya ke dalam kotak surat.

Bagikan Artikel Ini
img-content
ivana chrisnaulie

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler