x

Kobra

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 13 Desember 2019 05:30 WIB

Ini Memang Musim Kobra, Bukan Teror

Sekarang memang musim kobra, bukan kobra meneror

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Musim penghujan, memang musim ular kobra.

Kisruh akibat Pilgub, Pilpres dan pro kontranya, hingga dibentuknya Kabinet Indonesia maju serta kasus Harley Davidson, dan lainnya du pusaran politik memang terus mwnggerus hati dan pikiran rakyat.

Namun, ternyata kini, masyarakat justru lebih heboh dengan fakta munculnya ular kobra di berbagai daerah Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini ular kobra seolah tengah meneror sejumlah daerah. Ular kobra yang sangat berbahaya, jumlahnya bahkan ada yang mencapai puluhan, membuat warga resah.

Di Jabodetabek, hampir semua warga telah dihebohkan oleh ular kobra ini, dan Dinas Pemadam Kebakaran, menjadi tulung punggung pengamanannya.

Bahkan di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, sebab adanya anakan kobra di lingkungannya, satu keluarga terpaksa harus mengungsi.

Setali tiga uang, di Jember, puluhan anakan kobra juga meneror warga Sukorambi, Jawa Timur pada Jumat (6/12/2019).

Pertanyaannya, mengapa kini muncul ular kobra di mana-mana? Akibatnya ada warga yang berpikir negatif. Jangan-jangan memang ada yang sengaja menyebar benih ular kobra.

Menurut peneliti Herpetologi Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Amir Hamidy, memberikan penjelasan saat dihubungi awak media, Minggu (8/12/2019).

Dijelaskan bahwa herpetologi merupakan ilmu yg mempelajari reptil dan amfibi. Pulau Jawa dengan tanahnya yang subur adalah habitat asli ular kobra.

“Habitatnya persawahan, sekitar perumahan termasuk perbatasan-perbatasan hutan yang sudah terbuka. Bukan hutan primer,” tambah Amir.

Terlebih, saat memasuki musim penghujan seperti saat ini. Musim penghujan menjadi musim ideal bagi menetasnya telur-telur kobra.

“Karena kan ini musimnya. Jadi memang musim ular menetas ini di awal musim penghujan,” kata dia.

Berdasarkan fakta, kebiasaan Induk kobra bertelur antara 12 hingga 20 butir. Bila yang bertelur banyak induk, maka bisa dibayangkan akan lahir berapa banyak bayi kobra, yang bila mamatuk juga tetap mematikan seperti kobra dewasa.

Telur-telur kobra akan menetas dalam rentang waktu 3-4 bulan. Telur kobra juga tidak diletakkan di sarang layaknya telur ayam, namun biasanya diletakkan di atas tanah, di lubang-lubang, atau di bawah serasah atau tumpukan ranting/sampah.

Di musim penghujan adalah momentum tepat untuk menetaskan telur kobra. Induk kobra membutuhkan suhu yang lembab. Jika panas, telur akan kering.

Tidak seperti ayam, induk kobra akan meninggalkan telur-telurnya dan membiarkan telur tersebut menetas sendiri, dan begitu telur menetas, anak kobra akan menyebar ke mana-mana mencari kehidupan barunya sendiri.

Jadi, munculnya kobra di berbagai daerah karena sebab memang sekarang sedang musimnya. Karenanya, masyarakat waspada dengan ular kobra. Bersihkan seputar lingkungan dan rumah yang sangat memungkinkan dijadikan sarang kobra dan tempat bertelur.

Jangan gegabah dan sok menjadi pahlawan, saat menjumpai kobra dan sebaiknya tidak ditangani sendiri.

Sekali lagi, anak kobra, meski masih bayi, sama seperti kobra dewasa, sudah berbisa dan mematikan.

Kenali telur kobra. Ciri-cirinya berwarna putih, bentuknya lonjong, cangkang keras, dan besar kecilnya bervariasi.

Bila menemukan telur ular kobra, sebaiknya telur-telur tersebut dipindahkan dengan memanggil ahli seperti petugas pemadam kebakaran maupun komunitas ahli ular.

Bila kobra menggigit memang mematikan, namun cara menangani kobra juga bukan dengan cara membunuh. Biar bagaimanapun kobra adalah rantai kehidupan.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler